artikel ini juga dimuat di http://the-travelist.com/index.php/920

Langit selalu diasosiasikan dengan ketenangan dan kedamaian. Di kala langit sedang biru atau langit malam penuh bintang selalu memberikan inspirasi dan gambaran akan rasa tenang dan damai tersebut. Maka, berbondong-bondonglah orang ingin menikmati langit dengan berbagai cara, mulai dari pergi ke pantai sampai naik ke gunung tertinggi.
Saya pun tak ketinggalan, sebagai pecinta langit saat di Bandung saya ingin menikmati langit indah Bandung dengan mengunjungi Moko Daweung, suatu tempat untuk menikmati keindahan Bandung dari ketinggian. Moko Daweung, bagi sebagian orang Bandung, populer untuk menikmati panorama Bandung. Biasanya di malam hari, tempat ini penuh sesak bagi mereka yang ingin menikmati langit berbintang, tapi kali ini saya justru ingin menikmati langit biru pagi yang bersih. Lokasinya ada di Caringin Tilu, sebuah daerah perbukitan di Bandung.


Sekitar jam 7 pagi saya mulai perjalanan ke Moko Daweung bersama sahabat saya Endra, menggunakan sepeda motor. Ada dua rute menuju Moko Daweung, melalui Dago Pakar atau Cicaheum dan kami memilih rute Cicaheum – Caringin Tilu karena rute ini yang mudah dikenali. Patokannya mudah, dari Cicaheum ada pertigaan menuju Saung Udjo dan tinggal ikuti jalur ini terus ke atas. Tak sampai satu jam maka sampailah di Moko Daweung.
Jalan yang dilalui sudah beraspal dan berliku-liku, di kanan kiri terbentang kebun sayur. Mungkin bagi yang mengunjungi Bandung akan terkesima dan tak menyangka bahwa di Bandung ada daerah seindah ini. Sepanjang jalan ke atas kami bertemu petani sayur yang sedang menuju kebun, lalu berpapasan dengan mobil yang mengangkut hasil bumi ke bawah ke Bandung.

 

Cuaca cerah, langit biru, dan udara cukup sejuk. Sampai saat di suatu titik kami berhenti dan memutar pandangan ke belakang dan panorama Bandung tampak kecil di bawah. Awan-awan seolah berada di bawah kaki dan serasa berdiri di atas awan, di langit.
Bermotor menuju kesana harus penuh hati-hati dan sabar karena jalan yang dilalui menanjak dengan sudut kemiringan yang lumayan besar. memakai sepeda motor saja sudah ngos-ngosan, apalagi naik sepeda yang perlu kekuatan ekstra. Nah, jalur menuju Moko Daweung ini termasuk jalur favorit para pecinta sepeda. mereka akan bersepeda menuju Moko Daweung lalu beristirahat untuk kemudian turun kembali.
Satu jam perjalanan sampailah di Moko Daweung. Di sini terdapat pondokan tempat beristirahat dengan gazebo kecil untuk menikmati suasana. Terdapat halaman di bagian depan pondokan yang di malam hari, pondokan ini penuh dengan pengunjung yang ingin menikmati langit berbintang. terkadang juga dinyalakan api unggun di sini.
Sembari memesan sepiring pisang goreng dan teh manis, kami berdua duduk santai dan menikmati bentangan langit pagi bandung. Di beberapa sudut terdapat meja dan kursi batu yang bentuknya seperti batu megalith dan menambah kesan antik tempat ini. Pengunjung bisa bebas duduk di sini atau di gazebo.
Suasana tenang, langit yang cerah, dan awan putih yang seolah terletak di bawah kaki benar-benar semacam candu bagi saya. Sembari merebahkan diri di gazebo, saya memejamkan mata dan menikmati suasana tenang ini. Saya sarankan, jika memang anda pecinta langit, anda harus menikmati tempat ini, Moko Daweung.

 

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

2 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here