pertengahan 2010 saya dikejutkan dengan sebuah undangan dari kawan di Bojonegoro dan tanpa pikir panjang saya langsung membuat rencana trip kesana. sampai akhirnya ada beberapa kawan yang bergabung untuk ngetrip ke Bojonegoro.

saya tidak menemukan moda transportasi langsung ke Bojonegoro dari Ciamis, oleh karena itu saya harus transit di Solo lalu melanjutkan naik bis menuju Ngawi, dari Ngawi saya melanjutkan perjalanan dengan bus 3/4 menuju Bojonegoro dengan kondisi jalan yang bisa dibilang buruk. perjalanan total dari Solo sampai Bojonegoro membutuhkan waktu 4,5 jam, sebenarnya bisa lebih cepat namun perilaku bis yang ngetem seenaknya mambuat perjalanan dari Ngawi ke Bojonegoro menjadi lebih lama.

sesampainya di Bojonegoro, ada beberapa pilihan untuk mengelilingi kota. bisa dengan angkot atau dengan becak, namun saya dan kawan-kawan memilih untuk berjalan kaki menikmati suasana kota. impresi pertama tentang Bojonegoro adalah panas membara, entah kenapa bisa begitu. mungkin karena Bojonegoro dekat dengan Cepu yang merupakan ladang minyak? tidak tahu, itu hanya hipotesa saya belaka.

Bojonegoro ini sepi, lengang, tipikal kota non pesisir di Jawa dan cocok dijuluki kota pensiunan. suasana disini tenang, damai dan waktu seolah melambat. warganya pun ramah, murah senyum. beberapa kali kami berhenti untuk bertanya arah pada warga karena kehilangan orientasi, padahal saya sudah membawa peta Bojonegoro.

kami terus berjalan melewati pusat kota, masjid agung, kantor bupati dan wilayah perkantoran di Bojonegoro. kawasan ibukota kabupaten ini tertata rapi dan bersih. menurut saya ini salah satu ibukota Kabupaten terbersih yang pernah saya kunjungi.

kondisi jalan di Bojonegoro mulus, tanpa ada lubang-lubang jebakan di tengah jalan yang bisa mencelakakan pengguna jalan. di kanan kiri terdapat pohon peneduh yang selain berfungsi mengurangi polusi juga membantu menghalangi sinar matahari. jalur pedestrian pun dibuat menyenangkan

sekitar hampir 1, 5 jam kami mengelilingi Bojonegoro sampai akhirnya kami menuju ke tampat resepsi kawan. saya bersua beberapa kawan semasa kawan kuliah disini yang datang dari Surabaya. setelah bercakap-cakap dan mengikuti prosesi sebentar, saya pun pamit untuk melanjutkan perjalanan menuju Surabaya.

dari lokasi resepsi kami menuju terminal Bojonegoro, di siang yang panas itu seharusnya kami menggunakan angkot untuk menuju terminal. namun naluri kami sebagai backpacker memutuskan untuk berjalan kaki menuju terminal yang jaraknya sekitar 7 kilometer.

di perjalanan sempat mampir sebentar di swalayan besar untuk berbelanja sedikit snack dan minuman sebagai bekal perjalanan menuju Surabaya. lokasi terminal yang agak di luar kota membuat saya bisa menikmati sisi lain dari Bojonegoro. rupanya di luar kota masih terhampar luas area persawahan yang menghijau

selain itu tampaknya pemerintah setempat sedang berbenah untuk mengembangkan kawasan kota, sehingga banyak area pembangunan yang melebar ke areal pinggiran kota. tampak ada beberapa bangunan baru seperti rumah sakit dan beberapa bangunan pemerintahan lain yang akan dibuat, termasuk terminal yang mungkin dikonsepkan sebagai areal perluasan dan penyebaran kawasan perkotaan.

kurang lebih dua jam saya berjalan menuju terminal Bojonegoro dan setelah beristirahat sejenak saya dan kawan-kawan segera mencari bus jurusan Surabaya untuk melanjutkan perjalanan. mungkin suatu saat nanti saya akan kembali kesini.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

2 KOMENTAR

  1. Terima kasih atas kunjunganya di kota kami bojonegoro, kota kecil yg beranjak ramai, apalagi status kota minyak bakal disandangnya. Oh ya justru minyaknya ada di bojonegoro(95%) dan cepu(5%), maka suasanya panas seperti yg ente bilang.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here