Medan adalah kota ketiga di Pulau Sumatera yang saya kunjungi setelah Palembang dan Bandar Lampung. saya ke Medan pada Oktober 2010, agendanya sebenarnya adalah menghadiri pernikahan sahabat saya sekaligus sedikit ngetrip berszama sahabat-sahabat saya. persiapannya sudah lumayan lama, karena tiket ke Medan harganya lumayan ke kantong dan saat itu tidak ada promo dari maskapai manapun. setelah hunting tiket satu bulan sebelumnya akhirnya saya mendapat tiket lumayan murah untuk pp Jakarta – Medan.

Trip ini memang bukan trip backpacking, tapi lebih ke travelling. tidak ada program pengiritan disini, karena memang dari awal perjalanan ini tidak disetting untuk backpacking, jadi saya tidak meminta opsi paling murah saat di Medan. yah, kecuali tiket pesawat tadi.

saya tiba di Medan menjelang tengah malam, agak gerimis malam itu dan segera ke hotel untuk beristirahat. sebelumnya saya mengisi perut terlebih dahulu di Rumah Makan Padang Garuda, rumah makan Padang yang kata sopir taksinya adalah rumah makan para pramugari, dan ternyata benar, saat saya makan disana banyak pramugari yang selesai menunaikan tugasnya ikut makan disana.

setelah semalaman tidur pulas, paginya kami segera mengatur trip untuk berkeliling Kota Medan dengan menyewa satu mobil secara patungan. tujuan pertama adalah Istana Maimun, yang merupakan Istana dari Kesultanan Deli yang pernah memerintah Medan beberapa waktu silam. Istananya megah dan tampak terawat rapi, menjadi satu dengan rumah-rumah keluarga kesultanan. sayang waktu itu sedang penuh pengunjung jadi kurang begitu menikmati suasana dan yang perlu disayangkan disini adalah sampah yang berserakan serta pedagang yang seenaknya menggelar dagangannya. di seberangnya terletak Masjid Kesultanan Deli dengan paduan arsitektur Belanda – Arab, masjid ini dahulu merupakan Masjid Kesultanan Deli. konon ada lorong yang menghubungkan langsung antara Istana Maimun dengan masjid yang sayangnya sekarang sudah ditutup.

dari situ lalu saya beranjak untuk menjelajahi Kota Medan yang terkenal dengan bangunan kuno bergaya indies. banyak sekali. puasa rasanya melihat kemegahan arsitek-arsitek Belanda yang masih dipakai dan terawat rapi hingga sekarang ini. lalu saya dan teman-teman meluncur untuk makan siang karena tentu saja perut sudah lapar.  atas rekomendasi teman, saya mengajak teman-teman merapat ke Rumah Makan Nelayan di Sun Plaza.

Rumah Makan ini lumayan termasyhur di Medan dengan sajian menu Cina, namun sebenarnya menu yang paling enak disini adalah Pancake Durian yang rasanya benar-benar membuat lidah melayang saking enaknya. karena sudah lapar dan sajiannya enak, kami pun memesan dengan kalap dan keluar restoran dengan perut yang membulat penuh makanan.

saat membayar, agak shock juga melihat nominal yang harus kami bayar. namun karena patungan jadi tidak terlalu terasa mahal. setelah makan siang, kami sempatkan jalan-jalan di Sun Plaza ini. Mall yang besar untuk ukuran Medan, bersih dan tentunya banyak pengunjung yang aduhai cantiknya.

berikutnya kami meluncur menuju Kuil Sikh di Jalan Teuku Umar, daerah Kampung Madras. kenapa disebut Kampung Madras? karena disini banyak bermukim keturunan India yang katanya berasal dari Madras. sebelumnya nama kampungnya diberi nama Kampung Keling, namun karena terkesan SARA karena keling merupakan julukan untuk penduduk yang berkulit keling/hitam, maka nama kampung ini diganti dengan Kampung Madras sebagai penghormatan untuk para keturunan India yang bermukim di Medan.

entah kenapa saya merasakan ada aura kedamaian disini. tempat ini begitu sejuk, dan menenangkan hati. selain itu arsitekturnya yang penuh ornamen serta kaya warna membuat kekaguman saya semakin menjadi-jadi. keberadaan kuil ini membuat Medan sebagai kota yang begitu majemuk dan toleran. semua umat beragama hidup dengan nyaman dan tenang di kota ini.

tak jauh dari Kuil Sikh ini, ada Vihara Gunung Timur. tempat ibadah ini termasuk bersejarah di Medan dan merupakan salah satu yang terbesar. pada saat kesana, sedang ada persiapan untuk ibadah, sayangnya saya lupa apa nama ibadahnya. penjaga Vihara tampak sedang mempersiapkan ubo rampe untuk ritual upacara tersebut, setelah meminta izin akhirnya kami dipersilahkan melongok ke dalam Vihara.

Selepas dari sana, kami berombongan menuju Velangkani. Maria Anai Velangkani lengkapnya adalah Gereja Katolik dengan arsitektur India, dan pada awalnya dipergunakan untuk umat katolik keturunan Tamil yang banyak bermukim di Medan. Sayangnya pada saat kesini hujan turun dengan sangat deras dan tidak sempat memfoto Gereja yang sangat indah ini.

diambil dari http://creepik.blogspot.com/2011/07/gereja-annai-velangkanni-medan-sumatra.html

tak jauh dari Velangkani, ada penangkaran buaya milik pribadi. dan meluncurlah kami kesana walaupun saat itu sudah sore, untungnya penangkaran buaya tersebut masih dibuka untuk pengunjung. tiket masuknya murah, hanya 5000 rupiah. penangkaran ini milik Lo Than Muk, dahulunya hanya memelihara 12 buaya dan akhirnya sekarang mencapai lebih dari 2000 buaya. dengan biaya sendiri, beliau memelihara buaya ini hingga sekarang penangkaran ini menjadi wisata andalan Kota Medan.

jangan sampai salah langkah jika masuk kesini, salah langkah sedikit bisa masuk ke kandang buaya yang isinya ribuan buaya, besar-besar pula. selain buaya juga ada kandang-kandang kecil binatang seperti ular, burung, monyet. agak mirip kebun binatang mini.konon katanya penangkaran buaya ini yang terbesar di dunia.

menjelang maghrib kami menyelesaikan trip di Medan ini dan kembali ke hotel. kebetulan waktu itu malam minggu, sayang kalau tidak digunakan untuk malam mingguan. selepas maghrib kami berombongan menuju Lapangan Merdeka, Medan.

lapangan ini boleh dibilang sebagai tempat gaulnya orang Medan. semua tumplek-blek disini, apalagi malam minggu. muda-mudi berkumpul disini merayakan malam minggu. banyak kedai / cafe yang menjajakan beranekarupa makanan dan begitulah cara kami menikmati malam minggu di Medan.

dan menjelang tengah malam, kami kembali ke hotel untuk beristirahat. esok hari agenda sudah banyak menanti, terutama agenda untuk mengenyangkan perut alias wisata kuliner.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

2 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here