Foto Keluarga.

 

keseringan melakukan perjalanan sendiri tidak membuat saya lupa untuk membuat perjalanan dengan keluarga. akhirnya saya membuat trip bersama ibu, adik dan ketiga adik sepupu saya. keluarga saya sebenarnya penggila perjalanan, dulu saat masih ada bapak, hampir setiap minggu kami sekeluarga melancong. entah ke wonosobo, semarang, solo, klaten bahkan pernah sampai ke pekalongan dengan kereta dari semarang.

kali ini saat lebaran tiba, saya secara impulsif saja mengajak keluarga untuk jalan-jalan, tidak jauh-jauh kog. hanya di seputaran jogjakarta. kebetulan juga sepupu-sepupu saya ini tipe anak-anak rumahan, siapa tahu dengan saya ajak trip mereka segera pensiun dari label anak rumahan.

destinasi pertama, saya ajakĀ  mereka ke candi ratu boko. di candi yang dulu merupakan kompleks bangunan kerajaan ini adik-adik sepupu saya terlihat girang sekali. terutama via, sepupu paling kecil yang walaupun selalu mengeluh kepanasan tapi dia bak burung yang keluar dari sangkarnya, lari kemana-mana sampai saya harus teriak2 dan mengejar dia agar jangan jauh-jauh.

ibu saya hanya menunggu di pintu gerbang, saya tanya kenapa? ibu cuma tersenyum simpul “ibu kesini awal tahun 80-an nak, pas masih kuliah, dulu masih semak belukar belum seperti ini”. rupanya ibu sedang bernostalgia, lalu menyambung “jaman dulu kalau anak-anak pacaran, pasti kesini liat matahari terbenam, kadang juga kemah.” .rupanya romantisme anak muda jaman dulu lebih avonturir daripada jaman sekarang.

enaknya ngetrip di tempat bersejarah bersama ibu adalah tidak usah menyewa atau bertanya pada guide, ibu adalah seorang guru sejarah, kuliah di jurusan sejarah jadi kalau masalah bangunan bersejara, ibu saya seperti kamus berjalan. ibu sayalah yang menerangkan tentang periodisasi pembangunan candi ratu boko dengan detail. saya mahfum karena setiap tahun ibu selalu berkelililng dari candi ke candi beserta teman-teman guru sejarahnya. termasuk di Borobudur, tempat ibu mengajar. ibu termasuk salah satu yang ikut dalam tim konservasi dan edukasi Borobudur, rata-rata guide di Borobudur kenal ibu / pernah menjadi anak didik ibu.

saya lebih banyak mengobrol dengan wisatawan lain, ibu menilik relief-relief dan susunan batuan sementara adik dan sepupu-sepupu lain berlarian ke sudut-sudut candi, berfoto dan berkeliling. menjelang sore akhirnya kamipun meninggalkan candi ini, walaupun untuk mengajak Fia, sepupu saya yang paling kecil susahnya bukan main. dia masih ingin bermain disini rupanya.

Ibu dan Fia

 

Nisa dan Intan

 

Kiki dan Nisa

 

dari Ratu Boko saya mengajak ke Tamansari. di pemandian putri-putri Keraton saya membeli tiket dan segera masuk. sebenarnya oleh pengelola, kami harus memakai guide karena dipikirnya kami wisatawan dari jauh. tapi ibu saya menolak dan bahkan menjelaskan kalo ibu saya orang sekitar Tamansari. memang benar, saat kuliah ibu tinggal di Kauman di tempat salah satu nenek, bagi ibu Tamansari sudah seperti halaman belakang saja.

sekali lagi ibu menjadi guide, menyusuri jalan-jalan perkampungan Tamansari. tanpa guide, ibu yang menunjukkan arah dan menjelaskan kepada adik dan sepupu-sepupu saya tentang sejarah Tamansari. begitu sampai di kolam utama, sepupu terkecil saya Fia merengek minta berenang. tentu saja kami semua tertawa, ada-ada saja. karena kolam ini memang bukan kolam renang. kemudian ibu mengajak kami semua ke masjid bawah tanah. di tempat yang berbentuk bundar ini kami berhenti sejenak, berfoto-foto. Ibu lalu menunjukkan terowongan yang katanya bisa menembus ke Pantai Selatan.

ibu
Foto keluarga

 

dari masjid bawah tanah, kami menuju Benteng Cemeti melalui lorong-lorong di Tamansari, melewati pinggiran kampung. karena sudah jam setengah lima sore, suasana sudah sepi. hanya ada tinggal beberapa wisatawan termasuk kami.dari atas benteng kami menikmati suasana senja jogjakarta dan semilir angin sore. benteng ini dulu tertutupi oleh pasar burung, namun kemudian pasar burung itu dipindah, lahannya dijadikan taman dan tempat parkir, sehingga keindahan benteng ini kembali tampak.

selain sebagai tempat wisata, benteng ini juga dijadikan tempat bermain bagi anak-anak setempat. tak jarang yang bermain bola di atas benteng, juga orang tua yang mengajak anaknya berjalan-jalan menikmati sore disini sekaligus melihat pemandangan kota dari ketinggian.

menjelang maghrib kami meninggalkan Tamansari, sebelum benar-benar meninggalkan jogja, saya belokkan mobil ke Bakmi Kadin yang tersohor itu sekaligus menutup wisata keluarga edisi ini.

Benteng Cemeti
Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here