tidak ada alasan  khusus kenapa postingan saya di bulan April adalah tentang kuliner, selain karena di bulan Maret saya tidak melancong sehingga tidak ada postingan berupa catatan perjalanan. edisi kuliner kali ini saya akan membahas tentang Mie Godila, seperti apakah itu?

Plang Papan Nama Mie Godila.

Mie memang makanan sejuta umat, komplementer jika tidak ada nasi. ribuan bahkan mungkin jutaan warga indonesia mengkonsumsi berbagai jenis mie setiap tahunnya, bahkan korporasi kuliner terbesar Indonesia menjadikan mie sebagai produk jualan utamanya. kedai mie pun banyak bertebaran di setiap tempat, mulai dari kedai mie instan, mie ayam, mie yamin dan berbagai produk olahan mie lainnya.

Salah satu kedai mie yang cukup legendaris di Jakarta adalah Mie Gondangdia Lama atau sering disebut Mie Godila (Gondangdia Lama). Kedai mie ini dirintis oleh Toe Wah Seng dan Lim Kwi Fong pada tahun 1968. kala itu kawasan Gondangdia termasuk kawasan elite dan tempat nongkrong anak muda kaya raya jaman itu. menurut catatan sejarah, Kedai mie ini menjadi tempat nongkrong utama para kaum elit tersebut, selain radio Godila dan tempat dansa yang dulu ada di seberang kedai mie ini.

kedai ini terletak di Jalan R.P Soeroso, Gondangdia. sekitar 50 meter dari Hero Gondangdia, lokasi kedainya ada dibawah jalur rel kereta api. kedainya gampang dikenali, bangunannya masih bangunan lama beratap genteng dengan cat warna hijau. plang papan namanya pun sudah tampak pudar termakan usia. namun jangan sampai tertipu oleh tampilan luarnya, di depan kedai mie ini penuh mobil yang parkir, mobil ini dari pengunjung kedai. dan begitu masuk kedainya, maka dipastikan sulit sekali mencari kursi kosong, karena banyak sekali pengunjung yang menikmati hidangan mie yang legendaris ini.

tatanan interior kedai ini sederhana dan tampak bersahaja, nuansanya kuno dan pengunjung seolah dibawa ke masa – masa awal Mie Godila ini buka. di bagian depan kedai terdapat tempat membuat mie ayam dengan panci besar panas berisi kuah mie, lalu ada meja kursi makan kemudian ada meja kasir yang ditunggu oleh engkoh pemilik kedai yang senantiasa tersenyum kepada pengunjung. kemudian ada ruangan bebas asap rokok dan ber-ac di bagian samping kedai. kedua ruangan tersebut senantiasa penuh pengunjung, saya sendiri dan pacar memilih ke ruangan bebas asap rokok.

Suasana pengunjung.

Pengunjungnya beragam mulai dari opa-oma sepuh sampai anak kecil. para opa-oma ini mungkin sedang bernostalgia di kedai ini. sementara anak-anak kecil ini pasti diajak ayah – ibunya yang mungkin sudah menjadi pelanggan tetap kedai mie ini. para pramusaji tampak hilir mudik melayani para pengunjung ataupun membereskan meja yang sudah ditinggalkan para pengunjung.

begitu daftar menu ke meja saya, saya pun segera memilih mie ayam bakso dengan tambahan pangsit goreng. saya ingin mencoba menu utama berupa mie yang membuat kedai mie ini menjadi legendaris. harganya bervariasi mulai dari 10.000 rupiah sampai 30.000 tergantung menu yang dipilih. banyak sekali variasi menu di kedai ini, tampaknya pemilik kedai melakukan diferensiasi produk dengan banyaknya menu yang bisa jadi pilihan termasuk menyajikan nasi goreng yang tentunya jauh sekali dari mie.

Mie Ayam Bakso
Kuah Mie dan Saus Pangsit.
Pangsit

Pesanan saya datang berupa satu mangkok mie dengan suwiran ayam dan sayur, satu kuah untuk mie tadi dan satu piring dengan tumpukan pangsit goreng, tampak menggoda dan yummy. saya coba dulu kuah mie nya, wangi harum menyeruak di kuah mie yang panas itu. bumbunya terasa gurih dan ada aroma seperti rempah kemudian bercampur dengan aroma daun bawang yang ditaburkan di kuah tersebut.

kemudian kuah tersebut saya campur ke dalam mangkuk bakmi, saya memilih memakannya dengan model seperti itu karena tidak mau repot. mie yang disajikan merupakan mie produksi kedai ini sendiri, mienya kenyal dan empuk serta tipis. berbeda dengan mie di warung-warung mie ayam lainnya. suwiran daging dan jamurnya manis, pas di lidah, bumbunya meresap dengan baik.

saya terbelalak begitu melihat pangsitnya, ukurannya jumbo. begitu satu gigitan saya tak bisa menggambarkan kata lain selain enak. pangsitnya tipis, renyah dan gurih. gurihnya bukan gurih karena banyak vetsin, gurihnya gurih alami, pas dan tidak terlalu banyak meninggalkan sisa-sisa minyak di pangsit tersebut. benar-benar enakapalagi dicocol dengan saos yang pedas-pedas sedikit asam, pas lezatnya.

kedai  ini membuktikan ekpektasi saya tentang kelezatan mie yang disajikan. mie yang sederhana namun lezat di mulut. pengunjung yang datang silih berganti semakin menguatkan bahwa mie di kedai ini memang lezat. dan senyum bahagia di mulut saya dan pacar seusai menyantap hidangan mie ini membuat kami harus kembali lagi kesini, menikmati mie legandaris a la Godila.

Pacar Yang Bahagia Saat Makan Mie.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here