Saya percaya, tempat makan yang lezat itu walaupun lokasinya nylempit, masuk ke dalam gang dan susah dijangkau tapi pasti pengunjung akan tetap datang berbondong-bondong untuk menikmatinya. Seperti Gado-gado bonbin yang saya sambangi kemarin minggu. Lokasinya ada di Jalan Cikini IV yang sempit dan apabila ada mobil yang saling berpapasan terpaksa harus mengalah satu sama lain.

Dinamai Gado-gado Bonbin bukan karena lokasinya di Kebun Binatang / Bonbin. Namun karena dulunya nama jalan di depan warung gado-gado ini adalah Jalan Bonbin. Β Memang dahulu di Cikini terdapat Kebun Binatang Cikini yang dibangun Belanda sejak tahun 1864.

Tempatnya sangat sederhana, hanya serupa kios kecil bercat putih dengan papan nama kecil di atas bertuliskan “Gado-gado Bonbin, sejak Tahun 1960”. Saking sederhananya sampai-sampai saya sempat hampir tidak jadi masuk.Β Namun jangan salah, begitu melongok ke dalam pengunjungnya penuh sesak. Semua ingin menikmati kelezatan Gado-gado yang amat legendaris ini.

Gado-gado ini berawal dari tangan oma Lannny Wijaya yang pertama kali menjual es cendol untuk para pengunjung Kebun Binatang, kemudian oma menambah variasi makanan dengan menjual Gado-gado dan menjadi legenda hingga sekarang. Para pelanggan di warung Gado-gado ini tidak main – main mulai dari Taufik Kiemas, Emil Salim, Ali Sadikin hingga para penghuni Istana Negara menjadi pelanggan setia gado-gado ini.

Gado-gadonya memang khas. Bumbu kacang yang disiram ke dalam racikan sayur dan lontong memiliki aroma tersendiri. Rupanya ada teknik tersendiri hingga menguatkan rasa Gado-gado. Yaitu dengan mensangrai kacang yang dijadikan bumbu tersebut sehingga bisa menarik rasa kacangnya lebih keluar. Sehingga rasa kacangnya sangat alami dan campuran bumbunya memberi kesan manis yang pas di lidah, tidak lebih, tidak kurang.

Kemudian ada pelengkap berupa kerupuk renyah, rasanya gurih serta taburan emping melinjo. Kombinasi ini membuat rasa gado-gado ini tiada duanya dan pantas kiranya menjadi legenda. Minumnya bisa memesan es cendol yang menjadi menu minuman khas disini. Namun saya malah lebih memilih Es Shanghai, es serut dengan campuran berbagai macam buah, kolang-kaling dan agar ini pas untuk menetralisir rasa pedas Gado-gado yang sedari tadi menggempur lidah.

Pengunjung yang datang memang beragam, mulai dari anak kecil sampai oma-opa yang bernostalgia. Banyak yang menjadi pelanggan gado-gado ini sejak tahun 70-an hingga sekarang dan diturunkan ke anak-cucunya. Oia, harus sedikit bersabar jika ingin menikmati gado-gado ini karena banyaknya pengunjung sehingga butuh sedikit waktu untuk menyajikan Gado-gado super lezat ini. Kemudian harganya memang sedikit mahal untuk ukuran gado-gado, tapi menurut saya itu sebanding dengan rasa lezatnya. Cobalah!

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

12 KOMENTAR

  1. Salam kenal mas! Akhirnya ada juga yang mengulas gado-gado Bon BIn , dulu sewaktu bujangan dengan uang ngepas maklum kuliah sambil kerja, makan di gado-gado ini adalah hal yang ‘mewah’ dan buat kangen. Terimakasih sudah membantu mengingatkan kembali nostalgia saya akan makanan enak. Oh ya untuk sharing di daerah situ juga ada bubur ayam Jakarta, Mie Ayam Gondangdia (abis kebakaran pindah di Cikini tadinya godangdia), ke arah megaria ada pempek Megaria, dekat metropole nya juga ada ayam bakar, baso, siomay, es teler rasa jawi. Tolong dicek pas ada waktu apa masih eksis juga! Terimakasih

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here