akau

Bayangkan ada lapangan luas di tengah kota, menjadi public space, dan terdapat aneka jajanan sedap yang bisa disantap. Temuilah itu semua di Tanjung Pinang, di sebuah tempat legendaris bernama Akau. Akau adalahtempat kuliner legendaris di Tanjung Pinang, dimana segala macam makanan terhidang disana, dan masyarakat Tanjung Pinang pun tumplek blek disana setiap malam.

Kawasan ini mulai ramai saat malam tiba, saat lapak-lapak berbagai jenis makanan terhidang dan meja-kursi terhampar hampir di setiap sudut lapangan. Lapangan ini dikelilingi rumah toko yang buka di siang hari. Jika diperhatikan dengan seksama, tatanan rumah toko tersebut mirip dengan flat/apartemen yang ada di Hongkong.

Tapi yang menarik adalah tempat makan di lapangan terbuka ini terlokalisir, saya membayangkan lapangan ini mirip cafe-cafe di Paris yang berjejeran di selasar toko. Tapi ini versi indonesianya yang memiliki lebih banyak sisi humanis.

Akau pun tak semata tempat kuliner, disini juga pusat akulturasi berbagai kebudayaan. Tanjung Pinang memang sangat heterogen, dengan masyarakat yang terdiri dari banyak suku. Dan sedikit banyak heterogenitas masyarakat Tanjung Pinang tercermin di Akau.

Makanan yang disajikan lintas etnis, ada makanan cina, makanan india, makanan padang, makanan bintan, sepertinya semua ada. Contohnya : Teh Tarik, Sate Padang, Lomie, Gonggong, Sate Babi, Seafood dan banyak lagi, saya sampai bingung saking banyaknya.

akau 2

Heterogenitas masyarakat pun terlihat dari kursi-kursi yang penuh pengunjung. Pengunjung bisa berjam-jam duduk, kongkow di Akau. Nuansa keakraban pun terlihat amat cair. Kata kawan saya, Dimas yang sudah 3 tahun disana, suasana di Akau ini mirip suasana reuni, hangat dan akrab. Pengunjung bisa saling sapa satu sama lain dan obrolan pun bisa terjalin dengan sangat menyenangkan.

Berhubung rombongan trip ke Bintan, saya, Titiw dan Priant tidak membuat itinerary sama sekali. Maka kami ikut apapun ajakan kawan di Bintan, Dimas dan Fachrizal . Jadi ketika diajak ke Akau, kamipun oke-oke saja. Dan dengan senang hati, Dimas mengantar saya berkeliling sambil bercerita sedikit banyak tentang Akau.

Yang menarik disini adalah kebiasaan kongkow tiap malam. Seperti halnya kebiasaan orang Melayu di Belitong yang gemar minum kopi di warung kopi. Rupanya disini pun demikian, setiap malam masyarakat biasa berkumpul di Akau. Walaupun kegemaran kongkow di Akau bukan monopoli orang Melayu Tanjung Pinang, namun sudah multietnis.

Oia, pesanan kami malam itu adalah Es Kacang Merah yang katanya Khas Tanjung Pinang. Rasanya manis menghentak dan melumuri lidah dengan rasa manis secara perlahan. Sementara yang lain memesan Red Bull, minuman berenergi dari Thailand. Memang secara umum di Tanjung Pinang akan sulit menemui minuman produk Indonesia, kebanyakan pedagang disini menjajakan minuman dari Singapura, Malaysia dan Thailand yang lebih mudah mendapatnya dan murah harganya dibandingkan minuman dari Jawa.

Malam terus mengalir dan Akau semakin rame. Menegaskan bahwa disinilah pusat aktivitas masyarakat Tanjung Pinang di kala malam. Terus terang suasana keakraban di Akau ini benar-benar sangat mengesankan, bukti pluralitas dan kerukunan masyarakat Tanjung Pinang.

Suatu kali jika ingin mendapatkan pengalaman lain dalam mencicipi kuliner khas, datanglah ke Akau dan rasakan kehangatan suasananya. Bahkan konon katanya Pak Bondan sang ahli kuliner legendaris itu pun suka sekali ke Akau. Cobalah!

Tabik.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

6 KOMENTAR

  1. Sebenarnya akau itu sendiri adalah sebuah term yg merujuk pada tempat makan-minum di area terbuka. Jd bukan nama satu tempat. Di Tg Pinang ada macam2 akau. Ada akau di potong lembu, akau bintan plaza, akau di gudang minyak, dll. Nah ane masih cari asal kata akau sendiri itu dari mana. Kayaknya sih dari cina. 🙂

  2. wahh, sudah main ke akau ya?
    saya orang tanjung pinang, dan akau ini adanya di tanjung pinang.
    tempat ini memang rame dikunjungi, khususnya abis magrib, banyak yang memilih nongkrong atau sekedar membungkus makanan yang di jajakan disana.

  3. aku blom sempat ke akau pas ke Bintan. aku sibuk nyari alun-alun, tiap tanya orang “alun-alunnya dimana ya?” mereka selalu tanya balik “alun-alun itu apa ya?” wew. emang alun-alun cuma ada di Jawa ya? padahal aku pengen foto dengan latar belakang tulisan ‘tanjung pinang’. alun-alun sekarang kan kebanyakan ada tulisan nama kota gede banget kayak alun-alun Magelang tuh. akhirnya nyari kantor DPRD buat foto dengan latar belakang tulisan ‘Tanjung Pinang, ibukota Kepulauan Riau’ ternyata DPRD nya jauh dari pusat kota…

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here