IMG_20121225_092156

Founding Father kita pernah dengan lantang menggemakan jargon “Jas Merah” / Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah. Pesannya jelas, agar kita tidak lupa dengan perjuangan di masa silam, tidak silau saat melangkah ke masa depan. Sejarah adalah sebuah kisah dari masa lalu yang bisa dijadikan pelajaran di masa sekarang. Beberapa kisah-kisah sejarah masa silam Bangsa terkumpul dari manuskrip – manuskrip yang banyak hilang, patung-patung di museum yang dicuri, bangunan-bangunan bersejarah yang digusur atas nama pembangunan dan monumen-monumen yang berdiri kesepian.

Tampaknya memang kita masih harus belajar banyak soal menghargai sejarah, mulai dari yang kecil, mulai dari menyimpan dan merawat jejak sejarah. Seperti yang saya temui, sebuah monumen berupa patung-patung pemuda yang menggambarkan perjuangan bangsa merengkuh kemerdekaan dalam kondisi sepi, tanpa banyak yang tahu bahwa disitu terdapat monumen tentang kisah sejarah bangsa. Monumen adalah sebuah penanda yang dibangun untuk memperingati peristiwa yang dianggap penting, sebuah kisah sejarah yang terjadi di tempat tertentu. Dan juga menjadi salah satu simbol sebuah daerah.

Monumen ini terletak di depan Stasiun Senen, yang menjadi pintu keluar/masuk Jakarta. Tepat di depan stasiun, tenggelam dalam hiruk pikuk stasiun dan tersembunyi diantara lapak pedagang asongan. Orang mungkin hanya lewat, sambil lalu. Walaupun sekarang monumen ini tampak lebih terawat dibandingkan dulu yang dibiarkan merana, monumen ini tetap kusam, suram, sesuram penghargaan bangsa kita terhadap sejarah. Dan di beberapa sudut taman monumen,bahkan dijadikan tempat parkir pengunjung seenaknya.

Siapa yang ingat monumen ini? Mungkin mayoritas akan mengabaikan. Monumen ini dikenal dengan nama Monumen Perjuangan Senen, siapa yang tidak ingat Senen di masa lampau? Senen dan sekitarnya pernah menjadi medan tempur hebat saat mempertahankan kemerdekaan. Diresmikan pada 2 Mei 1981 oleh Walikota Jakarta saat itu, A. Munir. Monumen ini adalah kolaborasi beberapa pematung dan pelukis. Pesan di monumen ini adalah menggambarkan era revolusi fisik, dimana monumen ini menggambarkan semua unsur masyarakat dalam mempertahankan kemerdekaan. Ada pemuda yang berjuang, ada gadis palang merah dan bahkan anak-anak. Penegasan ini ada pada tulisan di bagian depan monumen. “Tekad Merdeka”.

Monumen dengan segala pesannya ini sekarang mungkin sedang kesepian, kesepian diantara lalu lalang penumpang kereta api di stasiun Senen, jika monumen ini bisa bicara, mungkin mereka akan bicara tentang sedihnya mereka yang diabaikan, tidak dihargai semestinya. Ya, seperti bangsa kita yang belum terlalu menghargai sejarah dan melupakan pesan dari founding father kita.

Tabik.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

4 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here