BBMWm6TCMAAOXeF

Saya selalu percaya bahwa potensi wisata Garut itu tiada dua indahnya, dengan catatan diurus dengan benar. Apabila dipersonifikasikan, alam Garut yang menjadi potensi wisata terbesar ibarat gadis molek nan rupawan. Gadis molek nan rupawan itu sebenarnya tanpa dipoles pun sudah pasti memikat, tinggal dirawat dan diperlakukan dengan benar. Namun sayang seribu sayang yang terjadi di Garut adalah gadis molek nan rupawan itu tak diurus dengan benar, bahkan diabaikan. Jadilah dia menjadi seorang gadis nan muram, menanti diurus dengan benar agar kemolekannya kembali memancar dan menggoda siapa saja yang melihatnya.

Kemuraman itu terlihat pada saat saya menuju ke Situ Cibeureum, di Samarang. Samarang adalah salah satu daerah yang memiliki bentang alam yang rupawan. Dengan sawah berterasering, hamparan gunung-gunung yang seolah benteng raksasa membentang mengelilingi dataran Garut. Di Samarang ada resort mahal yang cukup terkenal, Kampung Sampireun. Jika lebih keatas lagi, bentangnya mirip di Dieng dengan hamparan ladang membentuk garis-garis teratur nan cantik maka akan sampai pada suatu tempat bernama Pasirwangi, disitulah sumber wisata panas bumi Kawah Darajat  berada.

Kembali ke Situ Cibeureum, untuk menuju Situ Cibeureum sangat mudah. Di pertigaan Samarang tinggal belok kanan menuju arah Kawah Kamojang dan bertemu Arboretum, ya di Garut terdapat sebuah Arboretum, 1 dari 2 Arboretum yang ada di Indonesia untuk mengumpulkan tanaman-tanaman langka dan dijadikan objek penelitian. Di sisi Arboretum yang memiliki luas 2 Ha itulah ada jalan masuk ke Situ Cibeureum, papan petunjuknya kecil penuh coretan vandal, jadi harus memelankan kendaraan untuk memastikan tidak salah jalan.

Begitu masuk menuju arah Situ Cibeurerum, ucapkan selamat tinggal pada jalanan mulus dan lebar, silahkan ucapkan selamat datang pada jalan berbatu, menanjak dan sempit. Saya sarankan jangan membawa mobil van, minimal bawalah mobil sekelas jeep atau 4 x 4. Karena jalanan yang ditemui sekelas jalanan offroad. Jika membawa motor, mungkin bawalah motor trail, tidak disarankan membawa motor sport apalagi bebek.

Jalur tanah menuju Situ pun sedikit menyesatkan karena memiliki banyak persimpangan yang pasti membuat pengunjung yang pertama kali berkunjung akan bingung. Sempitnya jalanan ini pun perlu membuat pengemudi mobil harus berhati-hati, apalagi jika berpapasan dengan mobil lain. Niscaya harus saling mengalah satu sama lain atau jika tidak siap-siap terperosok. Selain itu sudut kemiringan di beberapa titik cukup curam, sehingga harus sangat berhati-hati atau benar-benar menguasai teknik mengemudi mobil. Penumpang pun harus cukup sabar menahan gojlokan sepanjang jalan yang mampu membuat isi perut keluar semua.

Sampai ke tepian danau, saya berharap akan menemukan Situ yang luas, segar, bening dan sejuk. Namun apa yang saya temukan adalah sebuah Situ yang muram. Dengan gazebo tidak terurus, air danau yang entah warnanya seperti cincau dan pekat, bau yang tidak sedap dan rumput tumbuh liar, bahkan di tengah Situ terdapat sebuah bebek-bebekan yang dibiarkan nyaris tenggelam. Yang membuat cantik situs ini adalah lestarinya ekosistem disini, ikan-ikan berenang dengan merdeka, dan besar-besar. Tampaknya karena situs ini belum terganggu dengan banyaknya pengunjung.

Menurut cerita, Situ ini dulu sempat dilupakan penduduk. Sampai suatu ketika pada 2001 penduduk desa sekitar, Desa Sukakarya mengalami kekeringan dan mencari sumber air. Akhirnya ditemukan Situ ini sudah tertutup ilalang dan pohon-pohon tinggi serta tertimbun lumpur karena saking lamanya tidak diketahui. Padahal setelah ditelusuri, di peta desa berangka tahun 1946 peninggalan Belanda, Situ ini sudah tercantum dengan jelas posisinya.

Sejak ditemukan situs ini, warga dengan swadaya mulai membenahi Situ, pertama kali adalah untuk mengalirkan air bersih dan mengatasi kekeringan. Tidak untuk wisata secara umum, baru kemudian setelah pada tahun 2005 dibangun area berkemah, dan mulai 2005 itulah Situ ini mulai mendapat perhatian warga Garut walaupun memang belum seterkenal Situ Bagendit atau Situ Cangkuang misalnya. Namun areal Situ mulai dikenal sebagai areal perkemahan dan wisata alam. Beberapa penduduk sekitar pun menangguk untung dengan membuka warung di areal Situ.

Jika mengamati papan nama menuju Situ Cibeureum maka akan ditemukan papan nama Perhutani. Memang areal Situ Cibeureum masuk kedalam wilayah Pemangkuan Hutan Perhutani Garut. Wajar jika pengelolaan Situ Cibeureum menjadi domain Perhutani. Menurut rencana Perhutani, di sekitar Situ Cibeureum akan dibangun rest area yang terintegrasi dengan bumi perkemahan yang sudah ada di Situ Cibeureum. Kemudian akan dibangun berbagai fasilitas penunjang wisata seperti rumah pohon, kavling tenda, titik api unggun, track downhill, lintasan ATV, flyngfox serta pondok wisata yang bisa dijadikan tempat menginap wisatawan.

Namun sampai sekarang tanda-tanda pembangunan belum tampak, Situ Cibeureum masih tetap muram belum tersentuh pembangunan atau dipoles kembali agar cantik. Saya justru bertemu dengan seorang bapak yang kabarnya penjaga disana, menurutnya Situ ini dulu pernah dibangun namun berhenti. Sampai sekarang belum kembali dibangun, sempat ada bantuan untuk pembangunan gazebo dan jalanan menuju Situ, namun tampaknya belum maksimal.

Sementara ini tidak ada biaya yang dipangut untuk memasuki areal Situ, masih gratis. Pengunjung masih bebas mengeksplorasi area Situ. Tampaknya areal Situ ini perlu digarap maksimal jika memang ingin dijadikan tempat wisata. Area sekitar sudah sangat menjanjikan untuk dijadikan tempat wisata, hanya apakah pemerintah setempat dan tentu saja akan serius membangun areal ini dan masyarakat dipersiapkan untuk menjadikan Situ ini menjadi tempat wisata dan kembali molek?

Saya harap demikian, pembangunan areal wisata tentunya bisa membuat ekonomi setempat menggeliat. Namun perlu diingat pembangunan areal Situ ini harus melibatkan masyarakat setempat dan perlunya edukasi sadar wisata untuk tetap menjamin keseimbangan lingkungan alam. Dengan begitu hingga nanti pada saat Situ ini sudah bersolek, kecantikannya bisa terus terawat tak hanya cantik sesaat.

Tabik.

foto-foto lain bisa dilihat disini. sumber referensi bisa dilihat disini dan disini.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

4 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here