DSC_0194
Mumun si Navigator dan Rohib si Penumpang.

Jadwal hari ke tujuh bootcamp adalah road trip keliling Sumbawa Barat, senjata untuk Road Trip adalah 4 mobil 4 Wheel Drive. Masing-masing adalah 3 Mitsubishi Strada Triton dan sebuah Mazda BT-50. Road Trip dimulai dari Maluk dengan rute Maluk – Taliwang – Kertasari – Mantar – Taliwang – Maluk, diperkirakan rute ini bisa dilibas sehari penuh. Tim dibagi 4, dan masing-masing mobil terdiri dari 5 orang. Tim saya sendiri terdiri dari Saya, Mumun, Rohib, Ibnu dan Mufti, berlima kami satu atap dalam mobil double cab lansiran Mitsubishi, si handal Strada Triton.

Rute Maluk – Taliwang – Kertasari tidak perlu dibahas, jalanan mulus, hotmix, bahkan seharusnya para kepala pemerintah daerah – daerah Pantura Jawa Tengah patut malu pada NTB yang memiliki jalan propinsi super mulus. Walau berkelak-kelok, perjalanan dilalui dengan lancar, mesin tenaga besar yang saya kemudikan enteng saja melibas jalur yang memiliki bonus berupa pemandangan indah lepas pantai.

Nah, yang lebih menarik adalah perjalanan antara Kertasari -Mantar, wih, jalur bebatuan ini memang mensyaratkan mobil 4 WD. Jalur baru yang ada sejak 2008 ini membutuhkan skill tinggi dan ketenangan untuk melewatinya. Untunglah saya berpartner dengan Mumun, yang berpengalaman dengan mobil 4 WD. Maka Mumun memposisikan diri sebagai navigator, sementara saya fokus di belakang kemudi, sementara 3 penumpang lain duduk manis di kursi belakang.

Tanpa adanya bantuan dari Mumun, mungkin saya bisa sukses membuat Rohin, Ibnu dan Mufti muntah-muntah terguncang-guncang. Lha wong mobil yang saya kemudikan saja blok mesin bawahnya sudah membentur batu besar saat mulai menanjak naik. Apalagi tanjakan-tanjakan berikutnya yang cukup membuat kening berkerut untuk melahapnya, ada tanjakan dengan kemiringan > 45 derajat, ada tikungan patah dan langsung menanjak, ada sisa longsoran yang dibawahnya langsung jurang. Benar-benar membuat saya ciut di belakang kemudi.

Untungnya Mumun dengan sigap mengarahkan kemana saya harus melajukan mobil, bagaimana saya harus ke kanan, ke kiri, menghindari lubang, melewati jalur batu. Sementara Mumun sibuk melihat jalur dan saya pusing di belakang kemudi, si Mufti malah berteriak kegirangan saat mobil menghajar lubang. Bagi Mufti semakin kencang mobil menghajar lubang dan bergoyang-goyang maka makin asyik sebuah perjalanan.

Jalur terjal berbatu tadi kira-kira sejauh 6,3 kilometer dan berakhir di desa Mantar, sebuah desa di puncak bukit yang dihuni 1400 kepala keluarga. Di atas Mantar rombongan sempat berkunjung ke rumah-rumah warga kemudian sebagian sightseeing di sekeliling desa yang pernah menjadi lokasi shooting film Serdadu Kumbang. Puas berkeliling akhirnya rombongan road trip kembali turun ke Taliwang, sesaat setelah matahari tenggelam di Mantar.

Perjalanan turun bagi saya lebih mengerikan, gelap, berbatu, kondisi ini memaksa saya harus lebih awas. Mumun pun bekerja ekstra, bayangan lubang di malam hari bisa jadi jebakan, yang dikira dangkal ternyata dalam. Pada beberapa titik saya sempat meleset memperkirakan jalur dan membuat mobil miring ke sebelah, mengerikan. Mumun pun lalu sibuk mencari jalur untuk menstabilkan kembali mobil yang sudah miring tak karuan.

Keringat dingin sudah merambat pelan di tengkuk saya, ini mungkin perjalanan paling mengerikan yang pernah saya alami saat ini. Jalanan off road Garut yang pernah saya lewati saat saya berdinas di Garut bagaikan upil di jalanan Mantar, tidak ada apa-apanya level kengeriannya. Maka lalu saya berpikir, bagaimana masyarakat melewati jalur ini setiap hari, pastilah mereka orang-orang dengan level sabar yang luar biasa tinggi.

Dari hasil obrolan, rupanya Mumun sudah tak asing dengan jalanan terjal berbatu karena pekerjaannya di Wetar menuntutnya untuk menembus jalan-jalan terjal berbatu dengan mobil 4 WD. Pantas saja Mumun tampak santai saja di mobil yang bergoyang-goyang tak tentu arah. Mumun sangat fasih mengarahkan jalan dan meminta saya oper gigi, penunjukan jalannya pun cukup presisi. Boleh dibilang dalam road trip ini saya, Mufti, Rohib dan Ibnu menggantungkan nasib kepada Mumun si Navigator. Untungnya saya satu tim dengan Mumun, entah apa jadinya tanpa Mumun sebagai Navigator, mungkin pulang-pulang kami berlima sudah jadi kaleng rombeng.

Tabik dari Sumbawa Barat.

IMG_4569
Foto oleh Rohib : Jalur pembuka menuju Mantar.
Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

6 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here