486123_10200298324639697_925308623_n

Di tengah hiruk pikuk soal perdebatan rokok yang tak kunjung usai. Mari kita tengok sebentar ke Kudus, kota dimana semburat rokok kretek masih harum tercium di sudut-sudut kota, kota dimana sekarang ini korporasi rokok besar di Indonesia berada. Kudus memang tak akan lepas dari kretek, karena konon Kudus adalah tempat lahirnya rokok kretek, ibukotanya rokok kretek.

Karena saya benar-benar ingin menelusuri salah satu kepingan penting dalam sejarah rokok di Indonesia. Akhirnya saya melangkahkan kaki ke Kudus, mencoba merangkai rekam jejak harumnya usaha rokok di kota itu, seratusan tahun yang lalu. Dulu, Kota Kudus menjadi penting dalam dunia kretek karena seorang Nitisemito. Siapakah Nitisemito? bagi yang belum tahu maka pasti akan mengernyitkan dahi. Tapi di awal abad ke – 20, Nitisemito adalah pribumi terkaya di Indonesia. Pengusaha rokok paling sukses di Hindia Belanda yang hampir menguasai seluruh distribusi rokok di Hindia Belanda bahkan menyeberang sampai ke negeri Belanda.

Nitisemito tidak serta merta sukses, awalnya Nitisemito hanyalah pedagang bangkrut yang terlilit hutang. Beres dari hutang dia menjadi kusir dokar. Di kala istirahatnya dia sering mampir ke warung tembakau Mbok Nasilah untuk nginang dengan sesama kursi dokar. Lambat laut Nitisemito jatuh cinta dan ia peristri Mbok Nasilah, disinilah kemudian kelak lahir kerajaan rokok Nitisemito.

Konon Mbok Nasilah sendiri dikatakan sebagai penemu rokok kretek walaupun tidak ada rujukan literatur yang bisa memastikan itu, Mbok Nasilah menciptakan rokok kretek dari klobot jagung karena geram dengan ulah para kusir dokar yang membeli tembakau dan nginang seenaknya di warungnya. Lepehan tembakaunya mengotori warungnya. Karena kegeraman itu Mbok Nasilah mencampur tembakau, cengkeh dan dibungkus klobot jagung dan jadilah rokok kretek.

Kemudian setelah pernikahannya berlangsung, pasangan Nitisemito – Nasilah ini menseriusi usaha rokok. Ditinggalkannya pekerjaan sebagai kusir dokar, Nitisemito turut bergulat di warung tembakau Nasilah. Lambat laun warung itu makin ramai, akhirnya Nitisemito berinsiatif membuat merk rokok hasil mereka berdua dan setelah bebeberapa kali ganti nama, akhirnya rokok mereka dinamai Rokok Bal Tiga. Dikisahkan ini adalah rokok kretek dengan kemasan modern pertama di Indonesia.

4953056_20130215050812
Nitisemito

Nitisemito dan Nasilah berbagi tugas, Nitisemito bertanggung jawab atas manajemen dan pemasaran Rokok Bal Tiga, sementara Nasilah sendiri mengurusi racikan rokoknya. Kolaborasi ini menjadikan usaha rokok Nitisemito menjadi sukses besar, lambat laun dia bangun pabrik di daerah Jati. Dan di era puncaknya Pabrik Rokok Nitisemito mempekerjakan sampai 10.000 pekerja. Bahkan saat itu dia sudah mempekerjakan juru hitung berkebangsaan Belanda. Bayangkan di era dimana inlander masih duduk manis diinjak penjajah, Nitisemito sebaliknya, dia memiliki pegawai seorang Belanda.

Oia, Nitisemito adalah orang yang visioner. Bagaimana tidak di sekitar tahun 1930-an saja untuk memasarkan rokoknya saja ia sampai menyewa pesawat Fokker untuk menyebarkan pamflet Rokok Bal Tiga. Itu merupakan prestasi cemerlang, apalagi Nitisemito adalah seorang pribumi asli. Kemudian Nitisemito pula yang mempopulerkan hadiah dalam setiap pembelian rokok, seperti hadiah piring, cangkir dan lain sebagainya.

Nitisemito kemudian menjadi raja dalam dunia sigaret di era 1930-1940-an. Kekayaan dan asetnya melimpah, bisa jadi dikatakan dialah Rockefeller-nya tanah Jawa kala itu. Sayang kejayaan Nitisemito dan Rokok Bal Tiga tidak berlangsung lama. Nitisemito kemudian terkepung taipan-taipan cina yang juga agresif turun di persaingan produksi rokok, ditambah lagi Nitisemito pernah tersangkut kasus penggelapan pajak ratusan ribu gulden, nominal yang sangat besar kala itu. Pada akhirnya Nitisemito pun turun gelanggang, gelar raja kretek tanah jawanya berpindah kepada taipan lain, pribumi terkaya pada jamannya inipun tidak lagi bergelar pribumi terkaya di Indonesia.

Dalam masa kejayaannya ada beberapa bangunan cukup ikonik yang dibangun oleh Nitisemito. Yang pertama adalah pabrik yang mampu menampung sampai 10.000 pekerja. Kemudian yang masih bertahan sampai sekarang adalah Rumah Kembar Nitisemito.  Rumah ini yang kemudian menjadi tujuan saya saat ke Kudus. Rumah Kembar Nitisemito begitulah namanya, karena memang ada dua rumah berbentuk sama persis yang dibangun bersisian dan dipisahkan Kali Gelis. Arsitekturnya khas kolonial dilengkapi dengan taman yang luas. Di atap rumah kembar terpasang simbol Rokok Bal Tiga, penanda bahwa pemilik rumah ini adalah penguasa Rokok Bal Tiga.

Rumah inilah yang jadi saksi kejayaan Nitisemito. Menurut orang setempat yang saya temui dulu konon ada kapal kecil yang menghubungkan Omah Kembar, hilir mudik dari sisi satu ke sisi lainnya. Entah benar atau tidak tapi saya rasa itu mungkin saja. Omah Kembar dibagi dua, sebelah Barat dan Timur dengan bentuk yang sama persis. Dan konon saking kayanya, Nitisemito menghiasi lantai rumahnya dengan uang logam yang ditanamkan di lantai rumah.

Namun sekarang rumah kembar sepi bak tak berpenghuni. Di sisi Kali Gelis, saya berjumpa dengan seorang yang katanya masih kerabat Nitisemito, salah satu dari rumah kembar sekarang memang sepi aktivitas namun masih dihuni oleh anak cucu Nitisemito. Di pagi hari biasanya ada emban yang datang dan membersihkan rumah. Sementara rumah yang satu lagi katanya bahkan kosong, hanya ada penjaga yang menjaga rumah itu.

Sebenarnya sayang apabila bangunan dengan nilai historis tersebut dibiarkan sepi. Namun setidaknya sampai sekarang Rumah Kembar masih didiami oleh anak cucu Nitisemito dan masih terjaga dengan baik. Sehingga warisan kedigdayaan bisnis sigaret Nitisemito masih lestari sampai sekarang.

157015_10200298323239662_923065859_n

487636_10200298322959655_858137452_n

Saya mengakhiri lawatan ke Rumah Kembar Nitisemito tanpa sempat masuk ke dalam areal rumah. Sebenarnya sayang sekali, namun saya memang tidak memiliki banyak waktu selama di Kudus, namun melihat betapa pentingnya peran Rumah Kembar dalam perkembangan dunia kretek tanah air, saya rasa saya harus kembali ke Kudus lagi kapan nanti. Rumah Kembar Nitisemito adalah saksi perkembangan dunia kretek dan bukti adanya seorang pribumi yang maju melampaui jamannya.

Tabik.

Sumber gambar Nitisemito

Referensi :

1. Kretek Jawa: Gaya Hidup Lintas Budaya. 2011, Rudy Badil.

2. Nitisemito: Juragan Bal Tiga. 2010, Petrik Matanasi.

3. Nitisemito “Raja Rokok Kretek” Asal Kudus.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

6 KOMENTAR

  1. Mohon info, Bro, tahun berapa kira2 bisnis nitisemito mulai surut? Terimakasih dan apresiasi yg tinggi utk artikel ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here