img_0396

Saya meyakini bahwa di setiap kota pasti ada sebuah pasar yang khas dan menjadi icon kota tersebut. Termasuk Bandung, sebagai kota yang dijuluki Paris van Java, pusat fashion di Indonesia pastilah ada sebuah tempat yang menjadi icon tempat belanja.  Sekarang ini mungkin icon fashion di Bandung adalah deret ratusan FO yang membanjir Bandung, atau seruas jalan Cihampelas yang penuh sesak toko pakaian.

Namun jika bertanya pada orang-orang tua, icon tempat belanja fashion bukankah FO seperti sekarang. Bagi generasi diatas saya, icon kota Bandung adalah sebuah gang kecil di belakang Pasar Baru, Pasar tekstil yang katanya terbesar kedua setelah Tanah Abang di Indonesia. Apa sih Gang Tamim itu? Gang Tamim di masa lalu kondang sebagai pusat kain dan bahan denim. Memang di Bandung selain Gang Tamim ada kawasan Cigondewah yang dikenal sebagai sentra kain. Namun secara spesifik, Gang Tamim lebih populer dengan pusat denim dan pembuatan jeans.

Penasaran dengan lokasi Gang Tamim? Lokasinya persis ada di belakang Pasar Baru, Bandung. Jelasnya bisa lihat peta berikut :

Tangkapan layar penuh 01082013 222404.bmp
Huruf A adalah lokasi Gang Tamim

Jika masih bingung dengan Gang Tamim, pokoknya meluncurlah ke Pasar Baru. Sampai pasar baru langsung jalan kaki ke bagian belakang tempat Gang Tamim nyempil. Hampir semua di Pasar Baru tahu letek Gang Tamim, jadi pasti tidak akan tersasar. Untuk menuju kesana Jika naik kendaraan pribadi sih mudah, bisa akses dari Jalan Jenderal Sudirman atau Jalan Otista. Tapi jika naik kendaraan umum bisa dengan angkot yang melewati Pasar Baru, seperti angkot jurusan Cicadas – Elang, St. Hall – Gedebage atau Damri Dago – Leuwipanjang.

Saya tidak tahu asal-usul yang jelas tentang Gang Tamim sebagai pusat denim, selain bahwa Gang Tamim adalah kawasan Pecinan di Bandung. Terus terang, di Gang Tamim di mata saya sebagai pecinta sejarah memiliki warisan heritage dengan banyaknya arsitektur rumah toko Tionghoa berusia tua. Memang kawasan Pasarbaroeweg sejak jaman walanda sudah menjadi pusat perdagangan cum tempat bermukim orang-orang Tionghoa di Bandung.

Gang Tamim mulai semarak sebagai tempat penjualan kain sejak era 60 – an dan kemudian menjadi populer dan menjadi jujugan orang Bandung untuk berbelanja kain. Dinamai Jalan Tamim karena konon ada pedagang sukses di Pasar Baru bernama Haji Tamim, memang jaman dulu daerah Pasar Baru termasuk Gang Tamim adalah kawasan saudagar kaya, pedagang sukses di pasar baru.

Walaupun sudah sejak era 60-an, namun Gang Tamim mulai moncer sebagai pusatnya denim urang Bandung sejak sekitar tahun 90-an awal. Mulanya Gang Tamim bukan pusat kain, apalagi denim, namun justru pusat penjualan barang-barang kelontong. Adalah seorang ibu bernama Kanti yang pada awal 1980-an yang juga pemilik toko di Gang Tamim mulai menjual pakaian jadi disana dan rupanya disukai oleh pembeli. Lambat laun akhirnya menjadi seperti sekarang.

Bahkan di era 1990-an awal, ada idiom bahwa belum lengkap ke Bandung kalau belum belanja baju di Gang Tamim. Jauh sebelum Cihampelas populer sebagai pusat jeans atau menjamurnya FO, Gang Tamim telah meletakkan namanya sebagai pusat fashion. Tentang asal usul darimana datangnya kain denim tersebut ke Gang Tamim, masih simpang siur. Ada yang bilang ini adalah bahan sortiran pabrik, ada yang bilang selundupan, yang tahu hanya penjualnya sendiri. Dan ketika saya coba konfirmasi ke salah satu penjual, dia hanya tersenyum tak menjawab, mungkin itu rahasia dapurnya sendiri.

IMG_0350

IMG_0359

IMG_0360

Ada banyak toko di Gang Tamim dengan dagangan utama adalah kain. Kain apa saja, mulai dari katun, jeans, bahan sprei, bahan celana, batik, semua ada. Dan mungkin yang membuat takjub adalah harganya yang luar biasa miring. Itupun masih bisa ditawar-tawar. Gang Tamim adalah one stop shopping jika ingin berbelanja kain. Tapi ada diversifikasi diantara toko-toko tersebut, misalnya ada toko yang berjualan bahan katun, ada yang hanya berjualan bahan denim, ada yang berjualan kain untuk sprei dan macam-macam lainnya.

Sebagai gambaran, bahan denim bisa didapatkan dengan harga Rp 55.000 – 70.000 / potongan satuan denim yang dijual ini sudah dipotong untuk bahan satu celana dengan ukuran 1,5 meter. Atau jika ingin motif atau bahan khusus, biasanya adalah denim kualitas bagus, biasa dijual di kisaran harga Rp 40.000 – 50.000 / meter. Jadi ada 2 opsi yang ditawarkan oleh penjual, tergantung pembeli ingin membeli yang mana.

Ada banyak bahan denim, ada yang washed, raw denim, elastis, dan juga variasi warnanya bisa sangat banyak pilihannya. Jika mungkin bingung ingin memilih bahan atau corak yang seperti apa, si penjual sudah hafal dan bisa menjelaskan karakteristik bahan denim yang diinginkan. Atau jika masih bingung tinggal bilang saja “Saya pengin bahan jeans Levis” atau “Saya pengin bahan jeans warna ini” nanti oleh si penjual akan dicarikan dan diberikan alternatif.

Selain denim ada juga bahan celana outdoor sampai camo (bahan corak militer). Untuk bahan celana outdoornya relatif sama dengan yang dijual di toko alat outdoor. Bahan khaki untuk celana cargo juga tersedia. Sementara untuk camo pilihannya banyak sekali, mulai dari camo tentara dalam negeri, ormas sampai camo luar negeri ada disini. Tinggal pilih, bayar dan angkut pulang.

Bagaimana soal harga? relatif murah. Untuk bahan celana outdoor misalnya, jika belum naik harga terakhir dibanderol antara Rp 27.000- 35.000 per meter. Rata-rata untuk celana cargo butuh 2 meter. Untuk denim sudah disebut diatas, bisa memilih bahan yang sudah potongan atau meteran. Sementara bahan non denim, seperti katun bahkan lebih murah lagi, bahan katun yang biasa dipakai untuk kemeja bahkan ada yang dijual hanya Rp 15.000,00 saja. Atau ketika saya tanya harga batik printing berbahan katun, oleh kokoh penjual hanya dibanderol semeternya Rp 20.000.

Jika ingin langsung menjahit, biasanya setiap toko/kios kain sudah mereferensikan penjahitnya. Pembeli tinggal membawa bahan yang sudah dibeli ke tukang jahit. Tukang jahit di gang tamim akan mengikuti pesanan pembelinya. Dan penjahit di Gang Tamim lumayan mengikuti trend mode, jadi bisa mengcustom jahitan sesuai keinginan. Ongkos jahitnya? variatif, antara Rp 40.000 – Rp 100.000. Tergantung model pesanan dan lama pembuatan. Tarif normal adalah Rp 40.000 untuk model jeans normal dengan waktu pembuatan 10 hari. Jika ingin cepat, bisa sehari jadi, ongkosnya ya paling mahal, Rp 100.000 tadi.

IMG_0382
Tag Jeans

Beberapa penjahit juga melayani jasa pemaketan apabila pembeli tidak sempat mengambil di tempat. Biasanya dikenakan biaya tambahan antara 10.000 – 20.000 per satu celana tergantung penjahitnya. Yang jelas ketika order ke penjahit harus dijelaskan dengan detail, karena terkadang sering terjadi salah pembuatan karena order yang sangat banyak. Enaknya lagi disini customnya macam-macam, bahkan bisa sampai memasang tag jeans sendiri dan tidak sama dengan jeans-jeans yang ada di pasaran. Atau jika ingin lebih puas bawa saja contoh jeans yang dipunya atau contoh kainnya ke penjualnya, nanti penjualnya akan mencarikan. Kalau masih basic denim, atau bahan jeans yang ada di pasaran, Gang Tamim ada semua.

Overall belanja kain atapun sampai membuat langsung di Gang Tamim akan menjadi lebih murah apabila dibandingkan membeli langsung jeans di pasaran. Katakanlah harga standar 1 jeans di pasaran antara Rp 250.000 – 300.000, di Gang Tamim dengan uang yang sama bisa mendapatkan 2 buah jeans, rinciannya adalah sebagai berikut : Kain potongan Rp 55.000 dan ongkos jahit Rp 40.000. Total Rp 95.000 untuk sepotong jeans baru. Lebih murah bukan?

IMG_0388
toko favorit saya. antara Toko 22 dan 23. penuh sesak.

Jika memang ingin belanja denim di Gang Tamim. Rata-rata toko kain Gang Tamim memberikan harga yang sama, kemudian tidak usah terburu-buru membeli, datangi saja satu persatu dan bandingkan kain yang dipajang satu sama lain. Kalau saya sendiri sih tidak ada toko favorit, namun saya paling sering berbelanja di kios kecil di gang antara Toko 22 dan 23. Disitu koleksinya denimnya cukup lengkap. Oia penomoran toko di Gang Tamim adalah jika tidak terdapat nama toko maka biasanya nama tokonya adalah nomor toko itu sendiri. Misalnya no. 22, ya nama tokonya adalah Toko 22 dan seterusnya.

Selamat berbelanja dan jangan sampai kalap sendiri, seperti saya contohnya yang awalnya hanya berniat membeli 1 bahan celana, akhirnya bertelur menjadi 4 bahan celana.

Tabik.

Referensi sejarah Gang Tamim :  Wisata Parijs van Java : Sejarah, Peradaban, Seni, Kuliner, dan Belanja. Her Suganda. Penerbit Buku Kompas. 2011.

IMG_0340

IMG_0364

IMG_0376

IMG_0375

IMG_0391

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

27 KOMENTAR

  1. Aiiiiiiiiiih… baru tau nih. Sebagai orang Bandung, rasanya kok saya durhaka ya. 😐

    Wkwkwkwk. Aduh ingin cari celana outdoor, apa bahan softsheel juga ada yak? Atau cuma bahan celana kargo kah? 😮

    *ngelist tgl merah di kalender buat pulang ke Cimahi dulu kalo gitu 😀

  2. waktu saya kecil, waktu Riung Bandung masih masuk kabupaten (sekarang kodya :D), ayah ibu saya sering beli bahan di gang tamim, lalu menjahitkan. habis, kalau cari di toko, ukuran ayah susah, agak gemuk sih. 🙂

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here