DSC_0400_opt
Toucheng Leisure Farm dengan latar belakang Snow Mountain (Xueshan Mountain) Taiwan.

Pertama kali tiba di Taiwan saya sempat terkejut dengan kondisi di sini, rupanya negara kecil ini juga memiliki banyak sekali daerah – daerah agraris. Bagi orang yang lahir di desa dan berasal dari keluarga petani ini seolah berkah, saya berkesempatan melihat bagaimana pengelolaan pertanian di Taiwan. Rasa penasaran saya sampai membuncah, sampai akhirnya saya bertemu kompleks sawah padi di jajaran pegunungan Xueshan.

Oleh Leo dari Taiwan Leisure Farms Development Association saya beserta rombongan media dari Indonesia dan Smailing Tour dibawa ke Toucheng Leisure Farm di Yilan, sekitar dua jam perjalanan dari Taipei. Toucheng adalah kota kecil di sisi lautan pasifik, konturnya unik, sebagian adalah daerah pinggir pantai yang terkenal dengan tempat selancar, sementara sebagian daerah lainnya adalah pegunungan. Sisi agraris Toucheng berada di daerah pegunungan, banyak sekali kebun-kebun di pinggir jalan. Mulai dari jeruk, cherry tomato sampai kebun tanaman herbal dan obat-obatan.

Toucheng Leisure Farm adalah resort yang cukup tua, dua puluh tahun yang lalu. Toucheng ini dimiliki oleh pensiunan guru di Taiwan, seorang nenek yang berusia 70 tahunan tapi tetap energik. Dulunya si nenek adalah seorang guru, ketika pensiun dia dihadiahi oleh suaminya lahan di hutan-hutan Pegunungan Xueshan untuk dikelola di masa tuanya, luasnya mencapai sekitar 110 hektar. Si nenek kemudian membuat Toucheng Leisure Farm, karena background-nya yang guru, tempat ini menekankan pada pendidikan tentang sistem pertanian kepada para pengunjung yang datang.

Sungguh resort ini berada di tempat yang ideal untuk mengelola lahan pertanian. Lokasinya berada di sebuah ceruk dan dikelilingi gunung-gunung, menyediakan air sepanjang tahun dan juga lingkungan yang sangat alami dan lestari. Ada sungai besar yang mengalir di sekitar kompleks sampai sebuah danau buatan untuk resapan air. Kompleksnya sangat besar, dengan 3 lodge untuk menginap, banyak bangunan pertanian, kandang-kandang ternak, bahkan di balik gunung mereka memiliki winery yang dikelola anak pemilik resort.

Kami diantarkan oleh Hunter, pemandu dari pihak resort untuk berkeliling. “Saya akan ajak kalian semua berkeliling, melihat bagaimana kami mengelola pertanian kami.” Mengikuti langkah Hunter, ia membawa kami menuju area tanaman herbal dan sayur-sayuran. Semua dikelola dengan tradisional dan organik, tanpa bahan kimiawi. Bahkan Hunter menjelaskan jika tidak mengerti, akan dianggap rumput liar karena dibiarkan tumbuh begitu saja.

“Tunggu sebentar, ini belum terakhir, saya akan mengajak kalian ke bagian terbaik resort ini” Hunter bergegas mengajak kami. Sedikit mendaki melewati punggungan bukit dan sampailah kami di areal persawahan yang ditanami padi. Areal persawahan yang menurut saya sendiri sangat indah, sawah-sawah yang dikurung jajaran gunung, memberikan pemandangan yang membuat mata tak hendak mau berkedip serta diapit dua sungai yang memberi aliran air tanpa henti untuk areal persawahan ini.

DSC_0384_opt
Hunter mengajak kami ke pematang sawah

Saya kemudian mendekat ke Hunter dan bercerita bahwa saya di Indonesia pun mengelola sawah-sawah yang ditanami padi seperti di Toucheng Leisure Farm. Sekilas padi di sini sama dengan padi di Indonesia, namun jika diamati lebih dekat padi Taiwan memiliki batang tubuh yang lebih besar. Ketika ditanak menjadi nasi, bulir-bulir nasi di Taiwan memang lebih besar, lonjong dan lebih lengket. Hunter bercerita bahwa yang ada di kompleks pertanian ini adalah padi spesies asli dari Taiwan yang sudah ditanam turun temurun.

Sebenarnya kompleks sawah padi ini hanya menempati sebagian kecil dari keseluruhan area resort, tapi justru di sinilah sistem edukasi pertanian bagi para pengunjung secara intens dilakukan. Pengunjung diberi kesempatan untuk menanam padi secara manual, tiap-tiap pengunjung akan diberikan sebatang padi untuk ditanam. Saya sampaikan ke Hunter, proses ini sama persis dengan proses di desa saya dan Hunter tampak tertarik dengan hal ini.

Perbedaannya adalah di Taiwan semua serba organik dan alami. Jika diamati baik-baik, di tangkai dan daun padi terdapat bercak-bercak putih yang menempel, jumlahnya banyak sekali, bahkan hampir menutupi tangkai dan daun padi itu sendiri. Saya kira awalnya itu adalah hama atau penyakit padi, tapi Hunter dengan tersenyum menyanggah saya. Bercak putih pada tubuh padi itu adalah mikroorganisme yang ditebar untuk menghalau hama.

Tanpa bahan kimia, mereka menggunakan sesama organisme untuk menghalau organisme perusak. Ini memiliki dua manfaat, yang pertama tentunya menghentikan ketergantungan pada pupuk kimia, sementara yang kedua tidak akan merusak alam dan memelihara unsur hara dalam tanah, secara tidak langsung kesuburan tanah akan terjaga dengan baik. Konsep ini dipegang teguh dengan harapan mereka bisa melestarikan sistem tanam padi ini di Taiwan. Sistem tanam padi yang selaras dengan alam.

DSC_0386_opt
Detail bercak putih pada tanaman padi yang merupakan mikroorganisme penghalau hama
DSC_0387_opt
Detail bercak putih pada tanaman padi yang merupakan mikroorganisme penghalau hama

Padi di Toucheng ini menurut Hunter termasuk salah satu yang terbaik seantero Taiwan. Musababnya adalah daerah Toucheng yang berada di ketinggian, terjaga suhu dan lingkungan serta di Toucheng, daerah mengalami hujan yang lebih panjang dibandingkan daerah sentra padi lainnya di Taiwan. Hal ini membuat padi lebih gemuk dan relatif terhindar dari hama dan penyakit yang sering menyerang padi. Ini benar-benar pembelajaran bagus bagi saya khususnya. Mungkin pas diterapkan di Indonesia, untuk menghindari pada ketergantungan pupuk sekaligus menyelamatkan lahan yang sudah banyak yang rusak karena banyaknya unsur kimia di dalam tanah. Justru di negara maju saya dengan jelas melihat upaya-upaya pertanian dilakukan dengan tradisional dan ramah alam.

Menariknya lagi adalah di resort ini binatang-binatang liar dibiarkan begitu saja. Karena memang kompleks ini berbatasan dengan hutan langsung. Bahkan beberapa kali melintas Taiwan Blue Magpie yang merupakan burung nasional Taiwan dan rombongan bangau yang terbang dari arah sungai. Ketika saya tanyakan kepada Hunter apakah mereka tidak khawatir binatang-binatang liar ini akan merusak kawasan resort, Hunter justru menjawab dengan pernyataan yang membuat saya kagum luar biasa. Justru datangnya binatang-binatang liar ini adalah indikator lingkungan sekitar kompleks pertanian masih terjaga dengan baik dan tidak tercemar. Toh kata Hunter melanjutkan, jika lahan rusak masih bisa diperbaiki lagi. Lebih baik memperbaiki lahan yang rusak daripada mengusir binatang liar untuk datang, begitu katanya.

DSC_0372_opt
Kepompong dari ulat endemik asli Toucheng, sebentar lagi jadi kupu-kupu yang cantik.

Sistem pertanian ini rupanya juga untuk menunjang kemandirian pangan. Setiap hasil dari pertanian dan perkebunan di Toucheng Leisure Farm digunakan untuk konsumsi mereka sendiri dan tentunya untuk para tamu. Setiap buah-buahan, sayur-sayuran, sampai daging yang kemudian diolah dan disajikan para tamu semua berasal dari lahan sendiri.

Tidak semua lahan ini milik resort, dari 110 hektar ada sebagian lahan hutan yang disewa dari Pemerintah Taiwan. Tapi soal kelestarian dan konservasi mereka tidak main-main, lingkungan sekitar resort yang merupakan hutan tidak terganggu dan resort dibuat menyatu sekali dengan alam sekitar. Sekilas tampak seperti hubungan simbiosis mutualisme, alam memberikan apa yang manusia minta jika manusia bisa menjaga alamnya.

Kunjungan kami di sini bagi saya sendiri adalah sebuah pencerahan. Banyak sekali pelajaran baru yang saya dapatkan, mulai dari konsep pertanian yang ramah dengan alam, sampai kemandirian pangan untuk memproduksi bahan-bahan pangan untuk dikonsumsi. Usaha-usaha yang dilakukan Toucheng Leisure Farm ini adalah usaha kecil dengan hasil yang besar, mereka melestarikan padi sekaligus memberi edukasi bagi masyarakat. Hasilnya, mereka sendiri yang akan mendapatkan manfaatnya bukan?

Tabik.

NB :

Toucheng Leisure Farm

http://www.tcfarm.com.tw

No. 125, Gengsin Road, Toucheng Township, Yilan

+886-3-977-2222

Jika ingin menuju farm dari Taipei dengan menggunakan angkutan umum, bisa menggunakan kereta dari Taipei Train Station dan turun di Kweishan Train Station. Dari situ akan dijemput oleh pihak resort, tentunya dengan mengadakan janji terlebih dahulu. Kemudian farm ini menyelenggarakan sistem voluntary, mereka bisa bekerja dan turut membantu farm sekaligus belajar pertanian.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

8 KOMENTAR

  1. Aaa…! Formosa! Memang konsepnya keren yaa…
    Memang benar, breas di sini cenderung lebih besar & lengket 😀
    Berbulan-bulan tinggal di sini, dan hanya 1 kali pernah mengunjungi pertanian. Siapkan waktu ke Toucheng aah, yeey jadi semangat…

  2. uwoooogh, harusnya Indonesia bisa ini…
    tetap bertani dan bisa jadi tempat wisata…

    *mung marai nyesek kalo liat kondisi pertanian Indonesia sekarang*

  3. Perjalanan bukan hanya membuat kita mensyukuri negeri sendiri tapi menumbuhkan keinginan untuk menumbuhkan negeri sendiri saat melihat tempat lain begitu maju.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here