Jembatan Ampera, Palembang

Palembang telah menjadi salah satu kota favorit saya di Indonesia. Pertama kali menginjakkan kaki di Palembang pada April 2010 dan tempo hari di awal Desember tahun ini, saya kembali mengunjungi Palembang. Kota yang berada di tepi sungai Musi mungkin sejak dulu sudah ditakdirkan menjadi kota yang besar dan terhormat. Sejak zaman Sriwijaya, dimana Palembang menjadi pusat perdagangan dan budaya yang termasyhur hingga negeri China, hingga sekarang, Palembang yang tetap menjadi kota strategis dari keberadaannya.

Impresi saya tentang Palembang dipengaruhi akan begitu beragamnya kebudayaan yang membentuk Palembang itu sendiri. Akulturasi yang terjadi di Palembang sejak berabad-abad lalu menjadikan kota ini sangat toleran terhadap budaya yang datang. Mulai dari bahasa yang pada beberapa kata memiliki kesamaan dengan bahasa Jawa, makanan khas yang merupakan adaptasi dari makanan ala China sampai tempat ibadah yang merupakan campuran Arab dan China. Jejak keanekaragaman budaya tersebut bisa disaksikan di berbagai sudut Kota Palembang. Di Pulau Kemaro misalnya, terdapat jejak berupa Pagoda yang identik dengan kebudayaan dari China, lalu Kampung Arab yang konon mereka yang tinggal di sana adalah keturunan Rasulullah SAW.

Ciri khas Palembang terdapat pada landmark terkenal yang membentang di atas Sungai Musi untuk menghubungkan kawasan Ulu dan Ilir. Jembatan yang dinamai Jembatan Ampera oleh Ir. Soekarno ini merupakan salah satu masterpiece dari kota Palembang. Palembang adalah Jembatan Ampera dan Jembatan Ampera adalah Palembang. Sayangnya, jembatan ini sudah tidak berfungsi secara sempurna karena sistem mekanis yang bisa menaik-turunkan jembatan saat kapal lewat sudah tidak bisa berfungsi sehingga jembatan menjadi statis seperti sekarang. Namun hal ini tak mengurangi kemegahan Jembatan Ampera, apalagi di saat malam tiba, jembatan ini akan terang benderang dengan kerlip lampu yang menghiasi badan jembatan.

Empek-empek, siapa yang belum pernah dengar? Palembang adalah surga makanan ini. Berbagai macam empek-empek tersedia di palembang, mulai dari yang murah sampai yang mahal, tinggal pilih mau yang mana. Ada berbagai varian yang bisa menggugah selera. Empek-empek di palembang memiliki kekhasan yang berbeda dengan empek-empek yang dijual di kota lain walaupun memakai embel-embel Palembang. Adonannya, campuran daging, dan kuahnya sangat berbeda dibanding empek-empek lainnya. Kuat dan memberikan kekuatan berupa kekhasan rasa yang tidak akan bisa dilupakan.

Udang, Pindang Musi Rawas.

Tapi bagi saya, makanan wajib di Palembang bukanlah empek-empek, tapi Pindang Musi Rawas. Warung makan yang terletak di Jalan Angkatan 4 Pakjo ini memberikan menu utama berupa sajian olahan ikan pindang. Bumbunya entah terbuat dari apa, tapi rasanya luar biasa. Campuran antara rasa asam, manis dan pedas bercampur jadi satu di lidah. Menu favorit tentu saja Pindang kuah atau Udang pindang. Rasa-rasanya jika ingin ke Palembang lagi saya tidak akan alpa untuk mampir dan bersantap di warung ini.

Lalu apa yang tidak bisa hilang dari Sumatera? tentu saja durian. Sumatera selalu diidentikkan dengan durian yang enak dan pulen. Palembang memiliki sentra duren yang terkenal dan bisa menjadi surga bagi penikmat durian. Maka langkahkan kaki menuju pasar Kuto dan nikmatilah durian khas Sumatera yang terkenal kelezatannya. Durian di pasar Kuto datang dari seantero Sumatera Selatan, seperti Lahat, Lubuk Linggau, dan Kayuagung. Ukurannya tidak sebesar durian dari negeri seberang, namun rasanya? dijamin tidak ingin berhenti mencicipi kelezatannya.

Apalagi yang menarik dari palembang? Hal yang menarik adalah kotanya sendiri. Tata kotanya yang rapi membuat saya betah berlama-lama berjalan kaki menyusuri kota, yah walaupun di beberapa titik terdapat kemacetan dan sudut-sudut kotor namun hal itu tidak mengurangi kekaguman saya kepada Palembang. Kota yang rapi dan nyaris bersih serta memiliki jalur pedestrian yang lebar, memberikan kenyamanan bagi pejalan kaki.

Bangunan-bangunan kuno di palembang terawat rapi. Dari rumah panggung khas Palembang yang bisa ditemui di kampung-kampung di sudut kota Palembang, bangunan bekas menara air yang sekarang menjadi kantor walikota, kemegahan benteng Kuto Besak yang berdiri gagah di tepi sungai Musi, hingga modernitas yang ditunjukkan bandara Sultan Mahmud Badaruddin 2. Bangunan-bangunan tersebut masih berdiri gagah dan terawat rapi. Kepedulian akan hal-hal seperti inilah yang membuat Palembang semakin indah dan hal ini yang membuat saya sangat terkesan dengan Palembang.

kawasan jakabaring, seberang ulu.

Setiap kota memang memiliki daya tariknya masing-masing. Namun di Palembang saya menemukan daya tarik kota yang tidak ditemukan di kota lain. Impresi kuat yang membuat saya menyukai kota ini. Saya yakin kota ini akan di masa depan akan semakin membangun dirinya dan semakin cemerlang. Maka, kunjungilah Palembang.

 

 

 

 

 

 

 

tulisan ini mengikuti Kompetisi Blog Pesona Sumatera Selatan, dengan link di http://wongkito.net/10-04-2012/daftar-peserta-kompetisi-blog-pesona-sumsel.htm

tulisan ini dimuat juga di http://the-travelist.com/index.php/kota-palembang

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

6 KOMENTAR

  1. waaah sama, saya kalo ke Palembang nyars tidak pernah absen mampir ke pindang mus rawas di angkatan 45. emang enak disana. satu lagi langganan saya pindang sekanak. itu juga maknyus,

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here