“Rakyat Sehat, Negara Kuat” begitulah semboyan yang terdapat di warung jamu ini, semboyan sederhana yang begitu mengena dan sangat nasionalis. saya sebenarnya sudah cukup lama tahu tentang warung ini, namun baru sempat menyambanginya baru-baru ini, sedangkan pacar saya yang pondokannya lumayan dekat dari warung jamu ini sudah jadi pelanggan tetap, hampir tiap malam pacar saya mampir untuk menyeruput satu dua gelas jamu.

namanya Jamu Bakti Mentjos, lokasinya ada di Salemba Tengah di tengah hiruk pikuk kampus-kampus yang ada di sepanjang jalan BSI dan bersebelahan dengan jaringan waralaba populer. mudah dicapai, untuk yang belum pernah kesana pun cara mencapainya sangat mudah, patokannya adalah Sevel Salemba, ikuti jalan masuk menuju Percetakan Negara, di pertigaan lampu merah Salemba Tengah, disitulah Kedai Jamu Bukti Mentjos berada.

sejarah keberadaan Jamu Mentjos ini sudah cukup lama. sejak tahun 1950-an warung jamu ini sudah ada di Salemba, display berupa foto-foto Warung Jamu Mentjos dari masa ke masa yang tergantung di dinding menggambarkan sejarah tempat ini dalam menyehatkan rakyat di seputaran Salemba.hingga kini kemasyhuran Kedai Jamu Mentjos masih gemilang, banyak pelanggan yang datang untuk menyempatkan minum jamu, mulai dari anak-anak sampai kakek-nenek.

waktu menunjukkan pukul 19.30 ketika saya beranjak menuju Mentjos, begitu pacar saya meyebut warung jamu itu. sebenarnya saya sudah mengajak ke Mentjos sedari pagi, karena jam bukanya mulai jam 10 pagi. namun pacar saya bersikukuh untuk menikmati jamu di Mentjos itu malam hari saja, karena bisa berkonsultasi langsung dengan si Bapak Peracik Jamu.

waktu saya datang, masih sedikit pengunjung yang datang. sebagian mengambil tempat di sebelah kiri toko, disana tersedia beberapa set meja dan kursi untuk pengunjung. sementara saya dan pacar memilih duduk di depan tempat peracikan jamu, di bagian depan.

para pramusaji berbusana batik dengan cekatan melayani pengunjung yang datang, ada yang menyeduh jamu ada yang sedang meracik ramuan. para pramusaji ini rata-rata masih muda, namun ada ibu senior yang kira-kira berusia 50-an. mungkin ibu itu semacam supervisor dan menguasai ramuan jamu disini.

interior warung jamu masih dipertahankan seperti dulu, toples-toples kaca besar nan kuno, rak-rak berisi berbagai macam ramuan,  juga pajangan foto-foto hitam putih yang menggambarkan perjalanan Warung Jamu Mentjos dari masa ke masa. cahaya redup dari lampu membuat suasana temaram dan membawa suasana seperti suasana 20 tahun ke belakang. alunan langgam jawa yang mengalun dari pengeras suara di beberapa sudut toko membawa suasana kuno khas jawa. pengunjung dibawa melewati ruang dan waktu ke suasana warung jamu beberapa puluh tahun lalu.

saya amati pengunjung disini tak hanya menikmati jamu, ada yang menikmati wedang ronde, bubur ayam, jahe hangat dan berbagai macam camilan khas Jawa. memang kata pacar saya, disini juga terkenal ronde dan bubur ayamnya. namun saya benar-benar ingin mencicipi jamunya, sekalian karena pada saat itu saya sedang batuk dan pilek. saya memesan jamu batuk pilek dan beras kencur, sementara pacar saya memesan jamu kunyit asam.

tak berapa lama setelah meracik pesanan kami, pramusaji datang dengan pesanan kami ditambah serbat dari jahe untuk mengobati rasa pahit di lidah. pacar bertanya pada saya kenapa saya memesan dua jamu, jawab saya sambil menjelaskan kalau di kampung, jamu beras kencur itu sebagai obat setelah minum jamu yang pahit. pacar saya tetap menyanggah sudah ada serbat jahe, saya pun menjelaskan bahwa jamu pahit + beras kencur itu sudah kebiasaan di kampung.

gambar di atas adalah pesanan saya, sebelah kiri adalah serbat jahe sementara yang hitam pekat di sebelah kanan itu jamu batuk pilek saya yang rasanya minta ampun pahitnya, padahal saya sudah pesan yang tidak pahit, tapi tetep saja pahit. minumnya juga dilematis, mau diminum sekaligus masih panas tapi kalau sedikit demi sedikit rasa pahitnya makin kuat. akhirnya dengan menguatkan diri saya langsung tenggak semua dan cairan pahit itu segera meluncur ke dalam perut. sementara pacar saya hanya cekikikan melihat ekspresi saya.

jam 8 tepat Bapak datang, Bapak Horatius Romuli nama lengkapnya namun kondang disebut “Bapak” disini. Bapak adalah generasi ketiga pemilik Jamu Mentjos sekaligus semacam Sinse disini. Bapak diberi tempat duduk di bagian depan dengan toples-toples penuh ramuan yang akan diracik oleh Bapak sesuai keluhan pengunjung yang datang.Bapak adalah peracik jamu yang ulung, mampu mendeteksi keluhan pasien, lalu berdasar keluhan pasien, bapak akan membuatkan jamu yang sesuai kondisi pasien.

saya tak ketinggalan ikut berkonsultasi masalah saya yang sedang batuk-batuk ini. Bapak lalu menyarankan saya untuk tidur lebih awal dan lihat besok pagi, apabila tenggorokan sudah tidak gatal berarti sudah sembuh. lalu pacar saya bertanya kenapa keringat saya banyak, bapak menjawab itu proses detoksifikasi sedang berlangsung di tubuh saya. bapak pun menambahkan agar disempatkan minum jamu jika mau, karena jamu akan menjaga tubuh dari serangan penyakit. lalu Bapak pamit sebentar untuk melayani pengunjung yang lain, yang saya dengar keluhannya sakit syaraf. lalu Bapak dengan cekatan membuat racikan dari bahan-bahan yang ada di hadapannya serta ditambah telur bebek untuk pengunjung tadi.

Sesaat sebelum saya pamit dan membayar pesanan, saya sempat pamit kepada Bapak. Bapak memang sangat ramah dan murah senyum kepada siapa saja, dia masih sempat memberi saya beberapa nasihat sebelum saya dan pacar meninggalkan Mentjos.  Bapak dengan Mentjos-nya teguh menyehatkan rakyat sejak 1950 hingga sekarang.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

8 KOMENTAR

  1. Salam kenal. Kalo urusan jamu, saya juga suka minum pak. Badan enak, sehat dan terasa segar. Itu patokannya Sevel Salemba ya pak, mungkin Sevelnya udah berubah jadi apaan sekarang, hehehe… Nice sharing pak….

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here