ibu saya sering bercerita, 20 tahun yang lalu saat masih kuliah di Jogja seringkali ke Prambanan dan menyaksikan sendratari Ramayana, kadangkala juga menyaksikan para penarinya latihan. selain itu juga kata ibu sendratari di jaman itu merupakan tontonan yang megah, kolosal dan dinanti-nanti di Jogja dan sekitarnya.

semenjak saya kecil ibu sering bercerita tentang sendratari ini, tapi saya sebagai anaknya belum pernah diajaknya menikmati sendratari, sampai akhirnya lewat 20 tahun sejak ibu sering menyaksikan sendratari, sayalah yang mengajak ibu untuk nonton Sendratari Ramayana di Prambanan.

untuk mengetahui jadwal pertunjukan sebelumnya saya cari informasinya di internet. karena jadwal pertunjukan sendratari tergantung musim dan cuaca. saat musim hujan pertunjukan sendratari akan dilakukan indoor di gedung kesenian dan jika musim kemarau dan cerah, pertunjukan sendratari akan diadakan di amphiteater terbuka dengan latar belakang Candi Prambanan.

karena tidak bertepatan dengan bulan purnama saya mendapati jadwal yang saya tonton adalah jadwal full story dengan cerita yang dipadatkan. apabila bulan purnama, maka pertunjukan sendratari akan dilakukan selama 4 hari berturut-turut, masing-masing hari satu cerita / episodic story.

ada baiknya memesan tiket dulu jika tidak ingin kehabisan, namun bisa juga beli tiket on the spot tapi tidak ada jaminan dapat tempat yang ideal untuk nonton. saya memutuskan beli on the spot, harga tiketnya 75000 rupiah. harga tiket mulai 75000 sampai dengan 150000 tergantung kelas, ada kelas standar sampai VIP.

dengan tiket 75000 saya duduk di kelas standar dan saat memasuki amphiteater ternyata penonton sudah penuh. oleh bapak – bapak berbusana jawa lengkap, saya diantarkan ke tempat duduk yang masih kosong, untungnya sudutnya pas dan enak. oia saat nonton ini saya berombongan dengan ibu, kawan saya dan adik-adik saya.

datanglah sekitar jam setengah tujuh atau jika tidak dijamin akan tidak mendapatkan kursi saking penuhnya orang yang ingin menonton pertunjukan. alur cerita yang dipentaskan adalah epos ramayana yang legendaris tersebut. mungkin dulu yang pernah mengalami film seri ramayana di tahun 1990-an dan diputar di TPI akan teringat lagi dengan alur ceritanya.

alur cerita sendratari secara garis besar dibagi menjadi 4 bagian, di tiap bagian ada jeda beberapa waktu untuk mengganti set dan rotasi para penari.begitu pertunjukan dimulai yang ada mungkin hanyalah rasa kagum dengan pertunjukan kolosal ini.

para pemain musik dengan sangat profesional menghadirkan musik yang mampu menggetarkan hati para penonton, pun dengan para penari yang sangat kompak serta rancak membawakan tarian dengan gerak yang selaras musik dan memukau penonton.

Babak demi babak berlalu, diselingi istirahat di pertengahan pertunjukkan untuk setting ulang panggung dan memasuki babak selanjutnya. Syukurlah saat itu cuaca cerah sehingga pertunjukan berlangsung dengan lancar.

foto diatas adalah plot favorit saya dalam sendratari ini, Anoman Obong. ceritanya adalah saat Anoman selesai menyampaikan pesan kepada Shinta, kemudian membuat gara-gara di Alengkapura. Indrajit putra Rahwana kemudian menangkap dan membakar Hanoman, namun Hanoman justru bisa melepaskan diri dan membakar seisi Alengkapura.

adegan itu diolah dengan sangat baik dan membuat decak kagum para penonton. bagaimana tidak, dalam adegan tersebut benar-benar ada bagian dari properti panggung yang dibakar. saya pikir itu adalah bukti keseriusan untuk mengilustrasikan adegan yang megah kepada penonton.

selama hampir dua jam saya menyaksikan pertunjukan ini saya tak berhenti berdecak kagum, terkadang tertawa lucu karena memang ada adegan lucu yaitu saat para prajurit kera yang dimainkan oleh anak-anak kecil menari-nari di panggung.

pertunjukan ditutup dengan salam takzim dari para pemain kepada penonton, kemudian dilanjutkan dengan sesi foto bersama para pemain. sontak di sesi foto tersebut para penonton membanjiri panggung untuk berfoto dengan para pemain. sejarah panjang sendratari yang dulu diceritakan ibu ternyata masih bisa saya nikmati sampai sekarang.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

2 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here