http://sd-cedu.blogspot.com/2011/02/lebih-interaktif-dengan-peta-elektrik.html

saya adalah seorang traveller dan mahasiswa manajemen, lupakan soal PNS, bagi saya PNS hanya sekadar hobby. tentu saja pekerjaan utama saya kalau tidak jalan-jalan ya kuliah, sesekali ke kantor untuk mengisi waktu luang, jangan terlalu serius dengan yang ini.

jadi begini, beberapa waktu saya mendapatkan mata kuliah Manajemen Pemasaran Jasa yang saya pikir akan sangat pas bila dikaitkan dengan pariwisata Indonesia. beberapa teori termasuk teori-teori Kotler memang cocok apabila diaplikasikan ke Pariwisata Indonesia, toh Pariwisata juga termasuk Jasa.

salah satu yang saya pelajari di kampus adalah metode promosi jasa. sebagai sesuatu yang tidak terlihat (intangible) pemasaran jasa tidak bisa disamakan dengan pemasaran barang. pemasaran jasa harus memiliki keunikan dan kekuatan agar konsumen percaya dan yakin terhadap jasa yang dimaksud. dan titik pusat pemasaran jasa adalah pada SDM yang dimiliki, dengan SDM yang berkualitas maka jasa yang dihasilkan pun akan berkualitas, pemasaran jasa pun akan tergantung pada SDM tersebut. semasif apapun pemasarannya jika kualitas SDM jasa tersebut jelek, pemasaran tersebut tidak akan berhasil.

secara umum ada 2 jenis promosi yang digunakan dalam pemasaran jasa, yaitu : internal dan external promotion. kedua hal tersebut harus berjalan selaras, tidak bisa ditinggalkan salah satunya. jika tidak pemasaran jasa tidak akan berhasil. yang dimaksud internal promotion adalah promosi kepada pihak internal organisasi dengan cara memberikan edukasi mengenai produk yang akan dipasarkan, biasanya dalam bentuk diklat dan pemaparan mengenai produk yang dimaksud. sedangkan external promotion adalah promosi tentang produk yang akan ditawarkan kepada pihak konsumen / pihak luar / pengguna. bentuknya bisa bermacam-macam, tergantung kebijakan manajemen.

nah apabila diaplikasikan pada Pariwisata Indonesia, hal ini sangat mungkin bisa dilakukan dan bisa mengangkat pariwisata Indonesia.  seperti yang dilakukan Malaysia, Malaysia membuat external promotion dengan sangat bagus dengan berbagai media dengan berbagai cara. mulai iklan di TV, internet, menyelenggarakan acara kelas dunia, menyelenggarakan maskapai penerbangan murah bahkan sampai-sampai salah satu warganya berani mensponspori tim Premier League Q.P.R dan memasang sponsor di dada pemain dengan tulisan Malaysia. sebuah promosi yang nasionalis sekaligus cerdas.

di dalam negeri, Malaysia membangun berbagai macam infrastruktur yang mendukung dan yang paling penting adalah mendidik warganya. memang tidak mendidik warganya untuk ramah kepada wisatawan, tapi mendidik dengan baik supaya mengenal negaranya dan bersikap baik para pendatang adalah salah satu internal promotion tersukses yang dilakukan oleh Malaysia. kemajuan Malaysia dan nyamannya hidup disana menjadi daya tarik utama Malaysia, hasilnya ribuan orang Indonesia dan dari penjuru berwisata ke Malaysia setiap tahunnya.

kini bandingkan dengan Indonesia.

Indonesia ini kalau alam punya segalanya, bahkan salju pun punya. tapi Indonesia tidak bisa membuat branding yang bagus tentang hal ini. justru Indonesia lebih terkenal dengan isu penggundulan hutan, pembantaian binatang, terorisme, kerusuhan, kemiskinan dan hal negatif lainnya. indahnya alam dan kebudayaan menjadi hal yang terlupa oleh dunia Internasional. padahal di masa lalu banyak wisatawan yang memuji keindahan Indonesia, maestro Antonio Blanco pun jatuh cinta dengan Bali. atau seorang Charlie Chaplin yang menjelajah Jawa Barat dari Bandung ke Garut lalu jatuh cinta di Ngamplang, bukit yang sekarang menjadi Lapangan Golf satu-satunya di Garut.

branding ini menjadikan external promotion Indonesia tertutupi. sejarah mencatat Indonesia melalui Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang waktu itu menjabat Menko Ekuin dengan sangat berani membuat iklan di koran The New York Times, 17 Januari 1969 dengan tajul “5 Years From Now You Could Be Sorry You Didn’t Read This Ad

gambar http://edisantana.blogspot.com/2010/09/teks-proklamasi-versi-pemuda-1945_12.html

 

promosi tadi untuk mengundang investor datang ke Indonesia. salah satunya yang berinvestasi ke Indonesia akibat iklan ini adalah Freeport yang sekarang menjadi korporasi besar di tanah Papua. nah, jika di masa lalu kita dengan menegakkan kepala berani membuat iklan ini, kenapa sekarang tidak? buatlah branding yang menarik dan bagus tentang Indonesia untuk mencounter preseden buruk tentang Indonesia.

sebenarnya banyak sekali materi untuk promosi ini dan banyak sekali manusia-manusia kreatif di Indonesia yang mampu membuat iklan keren. yang dibutuhkan adalah sinergi antara pemerintah dalam hal ini Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. sumber daya ada, baik alam maupun manusianya. dengan memaksimalkan itu maka kita bisa membuat sebuah promosi yang megah sekaligus masif. sebuah negara kecil di Selat Malaka saja bisa melakukannya, kenapa kita tidak?

beranjak ke internal promotion, agaknya negara kita keteteran sekali disini. satu-satunya internal promotion yang paling berhasil dan dikenal adalah murah senyumnya bangsa Indonesia. dan ini merupakan sifat khas masyarakat Indonesia dari beratus-ratus tahun yang lalu. namun di bidangmengedukasi masyarakat untuk mencintai wisata dalam negeri agaknya masih perlu perjuangan lebih keras lagi.

hal pertama untuk mengerti Indonesia adalah dengan mengerti daerah-daerah di Indonesia dan ini bisa dipelajari di sekolah melalui pelajaran Geografi. sayangnya sekarang ilmu Geografi menjadi sesuatu yang tidak terlalu diminati oleh siswa-siswa Indonesia. dulu saat saya masih SD ada pelajaran peta buta, saya disuruh menunjukkan lokasi kota-kota yang disebutkan oleh guru. sekarang? sepertinya pelajaran itu sudah dihapuskan dari kurikulum.tidak lucu kan apabila ada orang asing yang bertanya tentang suatu tempat, tapi kita tidak tahu tempat tersebut.

padahal itu merupakan sarana terpenting untuk mengerti Indonesia.  selain Geografi, bisa juga melalui Antropologi yang mengajarkan tentang bagaimana mempelajari manusia/bangsa yang ada di Indonesia. dari Antropologi bisa belajar tentang kesukuan di Indonesia. sayangnya ilmu ini sepi peminat, bisa-bisa beberapa saat lagi sudah dilikuidasi dari kurikulum Indonesia.

lalu tampaknya harus ada edukasi untuk menghargai objek wisata, bagaimana tidak banyak sekali objek wisata merana karena dijahili dengan coret moret vandal. atau kotornya tempat wisata, seperti yang terjadi di Borobudur yang sampai dikeluhkan oleh UNESCO. lalu perlunya bangsa Indonesia untuk lebih menghargai wisatawan. banyak sekali hal-hal yang justru memperburuk citra Indonesia di mata dunia yang dilakukan oleh manusia Indonesia sendiri. hal-hal kecil seperti diskriminasi harga tiket antara wisatawan domestik dan luar negeri sampai kepada pemaksaan untuk membeli barang-barang tertentu.

nah, disinilah letak masalah dan perlu keseriusan pemerintah untuk menggarap sektor internal promotion, betul bahwa SDM kita lemah untuk mengelola dan menghargai pariwisata negeri sendiri dan perlu perhatian serius dari semua pihak. karena sesungguhnya apabila internal promotion ini digarap dengan serius, maka external promotion untuk pariwisata Indonesia bisa dengan mudah dikerjakan.

 

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

4 KOMENTAR

  1. nah gini dong om hehe akhirnyaaa..makasoh yaa aku dapet banyak insight dr postingan ini..bahkan iklan itu aja aku baru tau haha *saya si anak singkong* terusin om tulisan ttg traveling dan pemasaran..biar bisa broaden our mind 🙂

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here