disclaimer : postingan ini tidak bermaksud chauvinis, fasis atau mengagungkan suku bangsa tertentu. tapi ini adalah pelajaran mengenai perjuangan anak manusia.

gambar : http://gastia.drupalgardens.com/media-gallery/detail/67/157

Semalam di tengah deraan angin kencang yang terjadi sejak siang hari, saya berjalan menuju warung Lamongan langganan di sebelah Kantor Bupati Garut.  seperti biasa saya menyapa bapak dan ibu penjual sembari memesan menu “biasa” saya, yang akan ditafsirkan oleh bapak Lamongan menjadi Lele, Tahu Tempe dan Nasi 1/2 porsi dengan segelas teh manis hangat.

obrolan pun mengalir cair dari mulai pembicaraan masalah politik, sampai masalah naiknya harga sepotong tahu. tak terasa hampir satu jam saya ngobrol dengan pak Lamongan, durasi yang lama ini karena pak Lamongan menceritakan tentang komunitas orang Jawa yang menetap di Garut. orang Jawa yang dimaksud adalah mereka yang berbahasa Jawa, baik dari Jawa Tengah ataupun Jawa Timur.

dari obrolan mengalir cerita-cerita perjuangan yang begitu hebat dari pendatang orang Jawa di Tatar Sunda ini, bahkan Pak Lamongan ini bisa membuat tetangganya yang notabene orang Sunda iri karena keuletannya dalam berjualan. lalu Pak Lamongan bahkan memberi semacam analisa pada saya.

“orang jawa itu memang sudah kodratnya mengembara, walau ga sugih-sugih amat tapi ada rasa bangga bisa jalan kemana, memang sudah adatnya kalau sudah dewasa, orang jawa harus berani keluar dari rumah dan berpisah dari orang tua”

mengenai pengembaraan orang-orang Jawa ini, sejarahnya panjang. suku Jawa menjadi salah satu suku pengembara yang menjelajahi nusantara selain suku Bugis, Minang, Bajo dan Tionghoa (tidak bermaksud rasis). asal mula Sriwijaya diceritakan bahwa ada sebagian dari Wangsa Syailendra yang berekspansi ke Sumatera, jejaknya adalah jika anda ke Palembang anda akan menemukan kosakata yang persis dengan kosakata Jawa. lalu di Era Majapahit, ekspansi orang Jawa semakin dilebarkan ke seluruh Nusantara. dilanjutkan jaman Mataram Islam dengan ekspansi dakwahnya, jejak-jejak Kampung Naga atau Kampung Pulo di Tatar Sunda dikatakan dibangun oleh orang Jawa tentara Sultan Agung yang kalah perang di Batavia dan malu kembali ke ibukota Mataram, yang paling jauh adalah jejak Komunitas Bayan di Lombok Utara yang mereka sendiri mengisahkan bahwa asal mula leluhurnya berasal dari Jawa, para penyebar agama Islam dari kerajaan Mataram. dari sejarah panjang inilah orang-orang Jawa menjadi suku pengembara nan pemberani yang bisa dijumpai di setiap sudut Nusantara.

di Garut sendiri ada beberapa kelompok orang Jawa yang menetap, namun ada 2 kelompok orang Jawa yang tergolong besar dan terkenal disini, berikut kelompok orang Jawa tersebut :

1. Orang Solo

sumber : http://www.kulinerenak.com/?p=3810

foto di atas adalah salah satu jenis usaha yang dibuat oleh orang-orang Solo di Garut, warung bakso. sejarahnya dimulai 30 tahun lalu saat orang-orang Solo datang ke Garut untuk berjualan Bakso.orang Solo yang dimaksud adalah mereka yang asalnya dari Karesidenan Surakarta, tidak hanya dari kota Solo saja.

salah satu penjual bakso asli Solo yang terkenal di Garut adalah Pak Ateng, beliau sudah 30 tahun berjualan bakso di Garut, sejak beliau lajang, sampai sekarang sudah memiliki cucu, beliau setia berjualan bakso di Garut. istrinya juga asli Solo, mereka bertemu saat sama-sama berjuang mencari penghidupan yang layak di Garut, Pak Ateng jualan Bakso dan istrinya jualan jamu keliling. atau tukang bakso langganan saya di belakang kantor juga  sudah 25 tahun berjualan bakso di Garut, sekarang semua anaknya sudah selesai kuliah, dan bapaknya tetap setia berjualan bakso sementara anaknya dilarang berjualan bakso. kata bapaknya agar harkat hidup anak-anaknya meningkat, tidak semata berjualan bakso, harus jadi orang cerdas dan sukses.

memang mayoritas orang Solo di Garut yang laki-laki sampai sekarang berjualan bakso, sementara para wanitanya berjualan jamu gendong. di samping Kantor Bupati Garut ada pondokan para perantau ini, sekitar 9 kamar kontrakan disewa oleh perantau dari Solo ini. semuanya menjajakan Bakso dan Jamu Gendong. bahkan konon di Garut ini yang jualan bakso semuanya orang Solo, tentu saja ini kelakar Pak Lamongan. efek orang-orang Solo di Garut adalah bakso menjadi sangat populer di Garut, sampai-sampai mengalahkan makanan sejenis yang sudah ada di Garut yaitu Somay.

orang-orang Solo ini sangat dihormati oleh perantau dari daerah lain di Garut karena mereka solid dan guyub. mereka memiliki organisasi yang menaungi seluruh perantau dari Solo di Garut. setiap bulan mereka mengadakan pertemuan rutin sekaligus arisan bersama. hebatnya para perantau dari Solo ini juga memiliki dana sosial yang digunakan untuk membantu sesama perantau yang kesusahan. dan untuk mengobati kerinduan pada kampung halaman, kelompok ini juga membentuk paguyuban campursari. mereka memiliki jadwal rutin latihan dan terkadang diundang mentas menghibur sesama orang Jawa yang tinggal di Garut.

dengan tinggal bersama,  mereka menghadapi masalah kehidupan bersama-sama dengan tetap mengedepankan rasa kekeluargaan. dan dengan cara inilah orang-orang Jawa dari Solo menghadapi kerasnya perantauan bersama, dengan sabar dan kekeluargaan.

2. Orang Lamongan

gelombang kedua orang – orang Jawa yang merantau ke Garut adalah orang-orang Lamongan. mereka mulai masuk ke Garut kira-kira 15 tahun yang lalu dengan membawa olahan khas dari lamongan yaitu Pecel Lele Lamongan. sampai saat ini yang paling terkenal di Garut adalah warung Lamongan di depan RSUD Garut. disanalah warung Lamongan paling ramai dengan berbagai macam pilihan menu.

Pak Lamongan bercerita bahwa mayoritas orang Lamongan yang datang ke Garut berasal dari desanya, kira-kira 20 menit dari pusat kota. dari sanalah secara bertahap orang-orang lamongan datang ke Garut dan membuka warung pecel lele. termasuk pemilik warung Lamongan di depan RSUD Garut yang masih tetangga Bapak Lamongan langganan saya.

orang-orang Lamongan itu juga memiliki sebuah organisasi dengan mengadaptasi organisasi orang-orang Solo, memiliki jadwal pertemuan bulanan, dana sosial dan agenda arisan bersama. sayangnya yang kurang dari orang Lamongan adalah belum terlalu rukunnya orang-orang Lamongan di Garut, masih ada beberapa orang yang belum mau bergabung dengan organisasi orang Lamongan. dalam hal ini Pak Lamongan mengaku salut dengan orang-orang Solo yang begitu kompak.

walau begitu orang-orang Lamongan adalah yang terbesar kedua setelah orang-orang Solo yang mampu beradaptasi dan menaklukkan kerasnya hidup di perantauan, sungguh kisah perjuangan hidup yang luar biasa dari para perantau dari tanah Jawa ini.

sebenarnya masih ada beberapa komunitas orang Jawa di Garut, seperti orang -orang dari Pantura dengan warung-warung seafoodnya, orang Jogja dengan angkringan dan beberapa yang masuk ke birokrasi, serta orang Kebumen dengan warung nasi gorengnya. mereka adalah bagian dari perantau-perantau hebat dari Jawa, dari dulu hingga sekarang.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

4 KOMENTAR

  1. siapa bilang…orang jawa datang krn dulu jd pekerja rodi dan ikut2 prog transmigrasi. dan siapa jg yg bilang soto lamongan ada di seleruh indonesia.. di sumatera gak ada tuh..tp kalokk bakso baru ada.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here