Matahari belum terlalu tinggi saat saya tiba di dermaga Wijayakusuma, Cilacap. dimanakah itu? dermaga ini terletak agak tersembunyi di balik kompleks kilang minyak megah di Cilacap, dermaga ini dermaga khusus, hanya melayani penyeberangan Nusakambangan – Cilacap dan digunakan untuk keluarga yang ingin menjenguk saudaranya di Nusakambangan atau para pegawai Lembaga Permasyarakatan.

Bersama Rian, kawan saya semasa SMP saya memasuki Nusakambangan. agak rumit sedikit memang karena pengawasan untuk pengunjung yang akan ke Nusakambangan semakin ketat, namun akhirnya kami mendapat izin untuk masuk ke Nusakambangan. Sialnya saya lupa membawa kamera, sehingga hanya mengandalkan kamera VGA bawaan hape untuk merekam keindahan Nusakambangan.

saya menyempatkan diri sarapan di warung dekat dermaga, menunya sederhana saja nasi rames dan tempe dua. warung itu penuh sesak dengan pengunjung yang hendak menyeberang, ada pegawai LP, penjenguk dan beberapa orang pemancing ikan, rupanya di Nusakambangan sedang ada perlombaan memancing ikan se – Cilacap.

seusai makan, saya pun mengantri untuk masuk kapal. motor dinaikkan dan ditata rapi di haluan, tak berapa asap mengepul dan mesin meraung, pertanda kapal akan segera berangkat. dengan iringan klakson kapal, kapal pun berangkat sementara saya menuju dek untuk menikmati suasana dan hembusan angin laut yang sejuk. penyeberangan ini tidak memakan waktu lama, mungkin hanya setengah jam. kalaupun tidak dengan kapal kepunyaan LP, masih bisa menyeberang dengan kapal motor, ongkosnya murah 10.000 sekali jalan, itupun jika sudah mendapat izin menyeberang.

kapal pun merapat di Sodong, satu-satunya dermaga di Nusakambangan. dari sinilah para pengunjung keluar dan masuk pulau yang sering disebut Alcatraz-nya Indonesia. setelah bertanya sebentar kepada petugas disana, saya pun segera menuju Pantai Permisan, pantai legendaris di ujung Nusakambangan.

untuk menuju kesana, saya harus bermotor kurang lebih 15 kilometer jauhnya, melewati pinggiran pantai lalu melalui kompleks – kompleks penjara dan bertemu sapi yang melenggang santainya di jalanan. pemandangan sepanjang jalan dari Sodong ke Permisan begitu indah, kecuali jalanan aspal dan kompleks penjara, lingkungan disana dibiarkan alami, pohon-pohon tumbuh tinggi dan tebing-tebing besar menantang. jika dianalogikan akan seperti gambaran landscape di film Jurrasic Park atau Lord Of The Ring.

sebelumnya saya sedikit heran, sapi-sapi yang berkeliaran ini milik siapa? apakah milik narapidana binaan, milik pegawai LP atau siapa? akhirnya keheranan saya terjawab saat saya bertemu dengan seseorang pencari rumput dan saya tanyakan perihal sapi-sapi tersebut. rupanya sapi-sapi tersebut milik warga Nusakambangan, warga? ya katanya memang ada beberapa warga asli yang tinggal di pulau ini sejak beratus tahun lalu dan beberapa sapi ini milik narapidana binaan yang disediakan pihak LP untuk bekal ketrampilan jika kelak bebas nanti.

awalnya saya mengira di Nusakambangan itu ada satu penjara yang amat besar dan letaknya di tengah pulau, dengan benteng-benteng maha tinggi dan pengamanan ekstra ketat. cerita keangkeran alam Nusakambangan menambah bayangan tentang betapa menakutkannya pulau ini. ditambah cerita-cerita tentang banyaknya narapidana yang gagal melarikan diri. beberapa narapidana yang berhasil lolos dariย  Nusakambangan pasti menjadi termasyhur, seperti Joni Indo.

ternyata di kompleks Nusakambangan terdapat banyak sekali penjara yang dibangun sejak jaman Belanda. Belanda membangun 9 kompleks penjara di pulau ini. pilihan Belanda tidak salah, karena kondisi geografis Nusakambangan menjadikan pulau ini benteng alami dan membuat narapidana terisolasi.dari 9 penjara itu sekarang tidak semua digunakan, tinggal beberapa saja. dan ada beberapa bekas bangunan era kolonial yang ditinggalkan begitu saja. LP yang paling terkenal disini adalah Permisan dan penjara VIP dengan pengamanan ekstra ketat untuk narapidana khusus. melihat penjara VIP itu saya merinding, mungkin kecoa pun tak bisa lolos dari penjara itu.

selain LP, terdapat juga kompleks para pegawai lapas, bangunannya bervariasi ada yang bangunan baru, tapi ada juga bangunan era kolonial. kabarnya disana juga ada SD serta SMP untuk anak-anak pegawai LP tapi saya sendiri tidak bertemu dengan bangunan tersebut. sementara itu disisi lain pulau apabila kita masuk melalui Teluk Penyu, terdapat reruntuhan benteng dan penjara dari era kolonial Portugis.

Pisau Komando raksasa menancap di karang, itulah ciri khas Pantai Permisan yang merupakan pantai paling terkenal di Nusakambangan. dulunya pantai ini ramai pengunjung, semenjak ada tsunami yang menerjang Nusakambangan sampai Pangandaran dan kasus terorisme maka pengunjung / wisatawan dibatasi oleh pihak LP.

Pisau Komando itu adalah Pisau Komando Kopassus. di pantai ini setiap tahunnya ritual pembaretan Kopassus dilaksanakan. para calon anggota Kopassus ini akan menyeberang ke Nusakambangan dengan berenang, kemudian menembus hutan yang masih perawan dan berakhir disini. disinilah setiap tahun ada suasana perang dengan dentuman bom dan bunyi tembakan sebelum akhirnya mereka yang lolos ujian akan diangkat menjadi anggota Kopassus dengan ritual pembaretan tadi.

Permisan bagi saya adalah salah satu pantai terindah yang pernah saya kunjungi di sisi Samudera Hindia. pantainya luas sekali membentang, dengan tebing-tebing tinggi serta ombak khas pantai selatan yang dahsyat. Matahari yang menyengat tidak mencegah saya menjelajahi ujung ke ujung Pantai Permisan. saya berjalan jauh sekali menikmati pantai yang sangat alami dengan pasir-pasir halus dan ombak yang berdebur kencang ini.

Tapi keelokan Nusakambangan tak berhenti di Permisan. ada satu lagi pantai di balik bukit dan untuk melaluinya kita harus berjalan melewati jalan setapak, naik ke atas bukit kemudian tembus ke sisi bukit lainnya untuk sampai ke pantai ini.

saya tidak tahu apa nama pantainya, tapi sebut saja pantai pasir putih. pasirnya memang putih sekali dan sangat alami. bentuk pantai ini mirip huruf “U”. di beberapa sisi pantai terdapat karang-karang terjal yang jika ada ombak yang memecah karang maka akan terlihat seperti tarian – tarian ombak, indah. di beberapa sudut pantai terdapat batu-batuan karang kecil menyebar tak beraturan.

saya rasa tidak banyak yang tahu pantai ini, mirip-mirip pantai pribadi, mungkin jika bapak-bapak yang memberi tahu tentang pantai ini, maka mungkin saya hanya akan sampai di Permisan saja.

setelah berkeliling di pantai ini ternyata saya baru menyadari kalau tidak hanya ada saya dan rombongan bapak-bapak tadi di pantai ini. agak sedikit masuk di kawasan hutan terdapat tenda – tenda semi permanen. saya pun setengah menghampiri tenda tersebut, bertemu dengan para lelaki yang tinggal di tenda tersebut. rupanya mereka adalah para pencari lobster, mereka tinggal disini beberapa hari lalu setelah mendapatkan lobster mereka akan kembali pulang.

matahari sudah mulai tergelincir ketika kawan saya Rian mengingatkan untuk pulang, dengan terburu-buru saya bergegas berkemas untuk pulang. Saya baru ingat kalau kapal penyeberangan akan berhenti beroperasi sekitar jam tiga sore.ย dari pantai pasir putih saya kembali berjalan melalui jalan setapak menuju ke Pantai Permisan, tempat motor diparkirkan lalu bergegas kembali ke dermaga Sodong untuk menyeberang ke Cilacap.

Seharian berada di Nusakambangan menyadarkan bahwa dibalik tempat-tempat yang menakutkan terdapat keindahan yang tersembunyi. yah, suatu saat saya harus kembali kesini, tapi bukan sebagai narapidana, sebagai seorang pelancong yang menikmati pemandangan tersembunyi disini.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

10 KOMENTAR

  1. Wah, sayang ya nggak bawa kamera. Aku penasaran dengan sisi lain Nusa Kambangan itu. Nah iya itu, mas. Pantai Permisan, itu yang kumaksud kemarin. Kalau dari foto-fotonya, Permisan memang bagus ๐Ÿ™‚

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here