Jujur saja di Garut saya sulit menemukan masakan yang memuaskan lidah dan pas di perut. Sebagai orang rantau dari Jawa, lidah saya terdidik dengan aroma ke-jawa-an di makanan sehingga sedikit sulit beradaptasi dengan masakan di ranah Sunda. Bukan bermaksud rasis, tapi di lidah saya cap enak kadung disematkan pada masakan Jawa dan masakan Padang. keduanya mampu membuat saya menelan ludah dan menikmati makanan dengan girang.

Selama ini di Garut saya hanya bolak-balik makan Lamongan dan Sot yang pas di lidah dan perut. Masakan lokal rasanya belum hinggap dengan akrab di perut. Sampai suatu ketika ada senior di kantor yang mengajak saya makan siang Sop Kaki di Cilawu. setengah jam perjalanan dari kantor. Dari ajakan senior inilah saya memasukkan Sop Kaki Cilawu sebagai masakan lokal favorit di Garut selain Soto Ahri dan Warung Mang Iki yang akan saya ceritakan lain kali.

Warung ini cukup terkenal di kalangan penikmat lemak, Warung Sop Kaki Sapi di Cilawu selalu menjadi referensi jika mencari Sop Kaki yang enak di Garut. letaknya di jalur Tasikmalaya – Garut, di sekitar Cilawu. Nama warung makannya RM Sederhana Ibu Mae, plangnya cukup kentara di pinggir jalan, ciri lainnya di parkiran warung itu banyak sekali mobil-mobil pengunjung yang parkir.

Sajian utamanya memang Sop Kaki, tapi tak hanya Sop Kaki, di warung itu tersedia masakan lain yang bisa dipilih. Namun hati-hati sebelum memilih karena masakan disana rata-rata akan mengerek kadar kolesterol di tubuh hingga kadar paling tinggi.Bagaimana tidak, lemak tersedia dimana-mana. Cukup membuat lidah berdesir, tenggorokan berbunyi “cleguk” dan lambung meronta-ronta minta diisi. Sajian daging, jeroan berbumbu pedas dan berwarna merah membuat air liur meleleh dengan cepat.

Saya memilih mengabaikan jeroan dan aneka makanan berlemak yang melambai-lambai itu. Saya memilih istiqomah dengan Sop Kaki yang menjadi andalan disini. Lalu saya pesan satu porsi Sop Kaki sapi dan segelas es jeruk. Lalu saya memilih tempat makan di bagian belakang, jujur saya agak worry dengan tempat makanannya karena berada diĀ  sisi tebing dan dibawahnya ada sungai. Tapi justru itu, disini pemandangannya indah, hijau dan khas pedesaan.

Begitu datang saya langsung terkesiap. Aroma bumbunya menghunjam dan mengundang lidah untuk segera mengecap Sop ini. Aroma rempahnya kuat, dengan taburan bawang goreng dan teburan seledri. Kuah sopnya sendiri kemerahan dan berselaput lemak. Daging kakinya besar, hampir memenuhi mangkok ditambah remahan emping melinjo yang membuat Sop sedikit crunchy. Dan begitu dicicip, maaaak..sedap!!

Definisi tidak ada masakan lezat di Garut lenyap sudah. Sop Kaki disini tidak tergambar kelezatannya dan membuat saya makan dengan kalap, sampai-sampai saya tak sadar kalau sudah habis. Bumbunya merasuk dalam ke dagingnya, lemak-lemaknya langsung berkawan akrab dengan lemak di tubuh saya yang tak kalah tebalnya.

Begitu menyudahi pertempuran di meja makan dengan Sop Kaki super lezat ini, saya melenggang keluar melewati ibu pemilik warung yang tersenyum senang. Oia, saya juga tentu senang karena masakannya memang lezat, tapi agaknya saya harus segera cek ke Prodia setelah makan disini, kalo-kalo kolesterol saya melonjak.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

2 KOMENTAR

  1. “Sebagai orang rantau dari Jawa, lidah saya terdidik dengan aroma ke-jawa-an di makanan sehingga sedikit sulit beradaptasi dengan masakan di ranah Sunda.” <- sama! Di Banda Aceh juga awalnya aku sulit adaptasi dg masakan Aceh. Tapi sekarang…. masakan Aceh itu ueeeenaaakkk!! Hahahaha..

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here