Pagi masih belum terlalu tinggi saat sepeda motor yang saya naiki melaju di daerah pegunungan, tujuan saya kali ini menuju kawasan Lombok Utara menuju 3 pulau firdaus yang sering dibicarakan orang, Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air.

Umumnya dari Mataram untuk menuju Bangsal/penyeberangan menuju 3 Gili tadi akan melalui pesisir pantai Lombok Barat, melewati Sengigi sampai di Bangsal. Tapi saya memilih melalui jalur tengah, Mataram – Pusuk – Bangsal. Jalur yang dilalui relatif sepi dari kendaraan, berkelok-kelok melalui pegunungan.

Motor saya lajukan dengan kecepatan sedang, mungkin sekitar 60 km/jam. Pagi itu tampaknya matahari masih malu-malu menampakkan diri dan hawa pun terasa dingin sekali. Panorama sepanjang jalan indah, gabungan antara landscape pegunungan dan perumahan penduduk khas pedesaan Lombok.

Sesekali saya disalip taksi yang saya duga membawa turis ke Bangsal. Ingin rasanya membalap, tapi suasana pagi terlalu sayang dilewatkan begitu sayang, akhirnya saya justru memelankan kecepatan dan memilih menikmati perjalanan. Jalan mulai menanjak dan berkelok-kelok dan saya pun harus bermanuver ikut menggoyang motor ke kanan dan ke kiri mengikuti kontur jalanan.

Saya sempat melirik durian yang dijual di pinggir jalan, kabarnya durian Lombok itu sedap. kecil namun menggigit, namun saya mengabaikan godaan durian itu, perut saya bisa merintih kalau sepagi itu sudah dijejali asam dari durian. Maka saya memilih terus melajukan motor dengan santai.

Monkeys.

Ternyata saya sudah memasuki Pusuk, saya melihat banyak sekali monyet-monyet bercengkerama di pinggir jalan. Pusuk memang dikenal oleh wisatawan sebagai Monkey Forest. Banyak sekali monyet disini, ribuan dan mungkin daerah ini sudah menjadi kerajaan monyet.

Saya melaju pelan sekali, ingin rasanya berengkrama dengan monyet-monyet yang tampaknya juga menggoda saya untuk turun dari sepeda motor. Tapi saya bersikukuh untuk terus melaju, perut saya minta diisi dan perjalanan masih jauh, saya harus segera menemukan warung makan.

Puncak.

Akhirnya di Puncak Bukit Pusuk saya bertemu warung makan, disini juga terdapat semacam balai-balai/gardu pandang untuk menikmati pemandangan dari Pusuk. dari gardu tersebut bisa terlihat pesisir barat Lombok dengan pantai dan laut lepasnya.

saya meletakkan ransel dan merebahkan diri sejenak lalu memesan semangkok mie rebus dan segelas kopi hitam. Mulanya saya bingung kenapa banyak sekali banyak motor plat merah disini, saya sudah suudzon pasti banyak PNS mangkir kerja. Tapi rupanya disini adalah tempat pos bagi pegawai departemen kehutanan untuk mengawasi kawasan Pusuk.

Maka saya lalu bercakap singkat dengan para jagawana ini, ada yang sudah berdinas sejak tahun 1980-an dan masih berdinas, dari awal beliau mendapat tugas di Pusuk ini dan dari pengalamannya beliau sudah hapal seluk beluk Hutan Pusuk.

Kemudian saya juga bercakap-cakap dengan pemotor lain dari Lombok Utara yang hendak menuju Mataram mengunjungi kerabatnya. Dari beliau saya tahu bahwa puncak bukit Pusuk ini menjadi tempat transit favorit bagi para pemotor karena letaknya yang pas di tengah-tengah jalur Lombok Utara – Mataram dan terdapat tempat beristirahat yang cukup untuk sekedar merebahkan diri.

Memang panorama di Puncak Pusuk ini sangat menggoda sekali. bisa melihat pesisir utara Lombok dan hutan-hutan yang hijau benar-benar paduan yang pas. Antara hijau dan biru adalah paduan yang mendamaikan. benar-benar tempat yang tepat untuk menikmati pagi.

Pusuk Pass
View Dari Pusuk Pass.
View Dari Pusuk Pass
Pusuk Pass Rest Area.

Tegukan terakhir kopi hitam yang saya pesan saya nikmati dalam-dalam. Mie yang saya pesan sudah tandas dari tadi, saya segera membayar pesanan saya lalu mohon pamit kepada bapak-bapak Jagawana. Matahari sekarang sudah tinggi dan saya harus segera mengejar waktu menuju Gilli.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

8 KOMENTAR

  1. Viewnya seperti Sitinjau Laut yang terletak antara Kota Padang dan Solok. Lengkap dengan monyet-monyet yang meminta makan dan berbaris rapi di pinggir jalan..

  2. Monyetnya agresif gak Chan? Coba main ke Sabang, Pulau Weh.. Ada juga tempat monyet-monyet sering mangkal di pingir jalan raya. Monyetnya agresif banget. Bikin deg2an kalo lewat situ pakai motor.

    • ga terlalu agresif..tapi ga jinak juga..
      mungkin karena sudah terbiasa sama manusia.
      Waaah..saya harus menyempatkan diri ke Sabang nih. 🙂

  3. Kalimat “Memang panorama di Puncak Pusuk ini sangat menggoda sekali. bisa melihat pesisir utara Lombok dan hutan-hutan yang hijau benar-benar paduan yang pas.” kudu diralat, Mas.

    Bukan pesisir utara, tapi barat, Mas. Ini kalo patokannya dari Pusuk. :))

    Anyway, nggak afdal kalau melewati Pusuk ini tanpa turun memberi makan monyet-monyet. Sekadar melemparkan kacang ke mereka. Bisa jadi tontonan menarik. 🙂

    • wah..terimakasih koreksinya, segera saya edit.. 🙂

      betul..sayang sekali saat itu saya keburu laper jadi ndak sempat ngasih makan..haha.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here