Setelah beberapa waktu lalu menulis tentang #jogjasidetrip, kali ini saya mencoba menghadirkan #bandungsidetrip sebuah alternatif kunjungan saat berwisata di Bandung. Sebelumnya saya agak bingung akan mereview apa saja tentang #bandungsidetrip, namun setelah sedikit berdiskusi dengan pacar saya, akhirnya berikut ini beberapa tempat alternatif wajib kunjung di Bandung :

1. Bragaweg

Bragaweg atau dalam bahasa Indonesia-nya dikenal dengan nama Jalan Braga adalah tempat terpopuler yang saya masukkan disini. Sejarah mencatat Bragaweg dahulu sebagagai tempat kongkow noni dan tuan-tuan Belanda. Kala itu di Braga juga terdapat butik-butik yang menyediakan adibusana termutakhir pada zamannya. Sehingga dari situlah julukan Parijs Van Java muncul.
Lalu apa yang akan didapatkan di Jalan Braga? Saya menikmati bangunan-bangunan tua yang masih berdiri kukuh dan terawat. Suasananya yang tenang dan sesuai untuk para pecinta trotoar seperti saya ini. Jejak kemodern-an arsitektural Belanda di jaman itu masih tersisa hingga sekarang, jika jeli maka di Braga bisa menikmati gedung rancangan Wollf Schoemaker yang merupakan guru dari Presiden pertama kita, Ir. Soekarno.

Selain hal-hal tadi, Jalan Braga adalah surga bagi penikmat street photography,  akan ada banyak sekali yang bisa dieksplore, mulai dari pedagang lukisan, para pengunjung yang lalu lalang sampai riuhnya mobil yang beradu dengan suara gemeletak batu-batu di Jalanan Braga.

 

alternatif lain jika di Braga : menyusuri jalan Asia Afrika, Banceuy (Kopi Aroma), Alun-alun dan Pasar Baru.

2. Sumber Hidangan

Saya senang menikmati restoran-restoran kuno dengan hidangan es krim seperti Ragusa di Jakarta atau Zangrandi di Surabaya. Nah di Bandung juga saya menemukan restoran kuno ini, nama restorannya adalah Sumber Hidangan yang letaknya di Jalan Braga Nomor 20-22. Resto ini sudah ada sejak tahun 1929 di era Kolonial dan masih terus eksis hingga sekarang. menjual es krim dan roti-roti dari yang resepnya selalu terjaga sejak jaman Belanda.

Di beberapa restoran ada yang menjual suasana kuno untuk interiornya, seperti Kopi Tiam misalnya. namun di Sumber Hidangan, suasana kuno ini terasa alami tanpa dibuat-buat. Karena interiornya memang seperti aslinya sejak restoran ini berdiri. Kental suasana arsitektur Art Deco era kolonial.  Di etalase dekat kasir bahkan terpampang foto – foto restoran ini dari masa ke masa.

Secara garis besar Sumber Hidangan dibagi menjadi 2 ruangan. ruangan sebelah kiri untuk bakery, menjual roti dan penganan kecil, sementara di sebelah kanan adalah resto untuk sajian santapan berat. Semua masih menggunakan perabotan kuno dengan para pramusaji yang sudah berusia paruh baya namun tetap dengan senyum tulus dan semangat tinggi melayani para pelanggan.

Pengunjung yang datang pun saya amati adalah para pelanggan tetap yang berkunjung sekeluarga, ya kecuali kami berdua yang sempat kebingungan saat datang. Para pengunjung yang lain tampak menikmati hidangan dan suasana hidangan. Oma-opa yang mengajak serta cucu-cucunya untuk sarapan disini. Dan yang hebat dari resto ini adalah suasana kekeluargaannya yang sangat kental. Keramahan yang tampak begitu cair dari semua pramusaji.

Foto di atas tadi adalah pesanan saya dan pacar. Paling atas adalah risol dan roti kacang pesanan Putri, kedua adalah Wiener/daging sapi goreng pesanan saya dan paling bawah ada es krim pesanan kami berdua. Saya tak sanggup mendeskripsikan rasa pesanan saya tadi karena saking lezatnya. Risol pesanan Putri mungkin adalah risol terenak di dunia yang pernah saya makan, saat digigit ada lelehan krim hangat yang tiba- tiba menimbulkan semburat di lidah dan membuat rasa makin semarak. Kemudian wiener saya benar-benar empuk dengan kuah yang membuat saya mengawang. Entah saya tidak sanggup mendeskripsikan bagaimana rasanaya. cukup hanya satu kata.. Uenaaaaak!!

Sahabat saya sempat mengingatkan ada beberapa makanan yang tidak cocok dikonsumsi oleh seorang Muslim seperti saya, namun saya lihat di daftar menu sudah tertulis mana menu yang bisa dikonsumsi oleh seorang Muslim dan mana yang tidak . Namun jika ragu-ragu lebih baik saya sarankan untuk menikmati kue-kue dan makanan kecilnya saja.

Harganya? Saya rasa daftar menu ini sudah cukup untuk mendeskripsikannya. Pokoknya restoran ini saya rekomendasikan untuk dikunjungi saat ke Bandung.

3. Taman Kota Bandung

Belanda dahulu merancang Bandung dengan sangat indah. Selain meletakkan Braga sebagai pusat fashion dan menghiasi Bandung dengan bangunan-bangunan art deco yang indah dan diakui unggul di jamannya, Belanda juga membangun taman-taman kota yang besar untuk memperindah Bandung.

Banyak sekali taman yang dibangun, bahkan dulu Belanda telah menetapkan daerah yang sekarang dikenal sebagai bagian dari Kecamatan Cibeunying sebagai kawasan taman. Kemudian Belanda mulai membanngun taman yang berkonsep mini botanical garden yang salah satunya diberi nama Pieters Park.  Nama Pieters Park  diambil dari nama Asisten Residen Pieter Sijthoff yang berjasa meletakkan konsep pembangunan kota Bandung di era 1800-1900-an.

Pieters Park menjadi taman yang paling besar di Bandung dan menjadi pusat berkumpul orang-orang. Dan di era kemerdekaan nama taman ini diubah menjadi Taman Merdeka dan sekarang ini dikenal dengan nama Taman Kota / Taman Balaikota Bandung. Lokasinya di Jalan Merdeka dan untuk mengakses taman ini bisa melalui Jalan Wastukencana.

Luas taman ini sekitar 13.800 meter persegi mencakup Balai Kota Bandung. Dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi dan besar, taman ini menjadi ruang publik terbuka yang hijau yang menjadi pilihan masyarakat Bandung. Apabila akhir pekan tiba para pengunjung akan mendatangi taman ini untuk sekedar berjalan-jalan mengisi waktu luang.

Hebatnya, Pemkot Bandung benar-benar menjaga kebersihan taman ini dengan serius. Walaupun banyak pengunjung yang datang, namun taman ini tetap bersih. didukung dengan tempat parkir yang amat luas, taman ini benar-benar memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Tidak berlebihan jika saya menyebut taman ini sebagai versi Central Park-nya Bandung karena berbagai aktivitas masyarakat bebas dilakukan disini, ada yang bermain futsal, jogging, bersepeda, berlatih tari, belajar bahkan beberapa muda-mudi yang berpacaran di sudut-sudut taman.

Di dalam taman ini terdapat beberapa patung yang berkaitan dengan Bandung, seperti Patung Pahlawan Nasional Dewi Sartika kemudian patung Badak Putih yang menjadi legenda masyarakat Bandung. Lalu sepasang patung merpati putih yang merupakan simbolisasi pelepasan merpati di taman ini beberapa tahun lalu.

Bangunan di atas adalah Balaikota Bandung yang menjadi pusat pemerintahan Kota Bandung, taman Kota bagaikan halaman bagi Balaikota ini. Dulunya bangunan yang dikenal dengan Gementee Huis adalah sebagai gedung pusat kotapraja Bandung di era Kolonial yang mulai dibangun tahun 1927. Dan bangunan kuno ini adalah simbolisasi bagi Kota Bandung selain Gedung Sate.

Demikian beberapa ulasan tempat yang layak dijadikan alternatif saat ke Bandung. Sebenarnya masih ada banyak sekali tempat-tempat menarik yang bisa dijelajahi, namun karena terbatasnya waktu maka saya hanya bisa menyajikan ini. Mungkin bisa dilanjutkan di #sidetrip selanjutnya.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here