Darajat Pass, Garut.

Ada alasan khusus kenapa saya mengucap 2 tahun kepada sebuah sepeda motor, karena ini adalah sepeda motor yang bisa saya beli dengan uang saya sendiri, hasil kerja keras saya sendiri. 2 tahun lalu saat ada rezeki lebih, saya memutuskan untuk membeli sepeda motor. Saya agak idealis dalam memilih sepeda motor, harus yang tangguh, mampu dipakai di segala medan dan awet.

Akhirnya pilihan jatuh ke Kawasaki D Tracker 150, varian dari KLX 150 namun dengan shockbeker depan up side down dan ban jalan raya, bukan ban pacul / kembang tahu. Kenapa Kawasaki? karena Kawasaki sudah terkenal menciptakan motor-motor yang tangguh dan awet. Selain itu teknologinya tinggi, beda dengan pabrikan Jepang yang lainnya, Kawasaki juga termasuk pabrikan yang tampil beda, dengan menelurkan varian-varian motor untuk tujuan-tujuan khusus.

Alhamdulillah pilihan saya tidak salah pilih. Inisiasi Si Hitam, begitu saya menjuluki motor saya adalah menuju Ketep Pass kemudian berlanjut ke Puncak Telomoyo, kemudian menuju Kopeng dan berakhir di Air Terjun Sekarlangit di Grabag. Kesan pertama dengan motor ini adalah seperti sahabat, akrab. Saya langsung dekat dengan motor ini. Memang Kawasaki sangat detail dalam menciptakan motor, postur motor yang tinggi membuat pengendara memiliki pandangan luas, posisi duduk yang tegak membuat handling nyaris sempurna dan antisipatif, keunggulan lain adalah motor ini bisa menghajar segala medan, jadi saya tidak ragu melajukan motor di jalanan tanah jika jalanan aspal mengalami kemacetan.

Ada beberapa ubahan yang saya lakukan. Yang pertama adalah mengganti ukuran ban, sebelumnya adalah ring 14 “, saya ganti ring 17”, perubahannya lumayan signifikan karena postur motor berubah menjadi lebih tinggi dan gagah. Kemudian saya menjalani masa-masa yang menyenangkan dengan Si Hitam. Kemana-mana saya naik si Hitam, menjelajah gunung, menjelajah jalanan mulus, menjelajah desa-desa.

Lalu 2 bulan setelah mengalami masa-masa indah bersama Si Hitam, meletuslah Merapi. Dan Si Hitam teruji ketangguhannya, menembus abu, menjelajahi desa-desa yang belum terjamah, bergumul dengan hujan. Walaupun untuk itu Si Hitam harus berkorban, mesin menjadi karatan termakan debu vulkanik.

Setelah Merapi saya memutuskan melakukan perombakan untuk merahibilitasi Si Hitam. Mulai dari ganti knalpot, menambah pelindung mesin dan memangkas spatbor belakang. Karena bagian-bagian tersebut adalah bagian yang paling parah terkena debu vulkanik dan ingin membuat tampilan Si Hitam lebih simple.

Kini tepat 2 tahun saya bersama Si Hitam, setidaknya jalanan Jawa Tengah dan Jawa Barat sudah dijelajahi Si Hitam. Dan untuk memperingati 2 tahun bersama Si Hitam saya akan mengajaknya pulang kampung, ke Magelang, ke tempat dia pertama kali bertemu saya.

Saat Erupsi Merapi.
Moko Daweung, Caringin, Bandung.
Cangkringan, Di dekat Rumah Mbah Marijan, Pasca Merapi.
Kawah Kamojang, Bandung
Museum KAA, Bandung
Gunung Telomoyo
Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

6 KOMENTAR

  1. miss this bike so much..
    terimakasih untuk kepercayaanmu dan kebaikanmu telah meminjamkannya selama beberapa saat…

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here