Yang berbaju ungu dan berdiri paling kiri adalah ibu saya, kali ini ibu mengajak saya dan adik-adik berwisata budaya ke Candi Kalasan, Jogjakarta. Ibu yang menghabiskan KKN-nya di sekitar Prambanan lumayan hapal dengan sebaran candi-candi peninggalan era Mataram Lama di kawasan Prambanan. Candi favorit ibu saya adalah Plaosan, yang menurut ibu unik karena merupakan candi mixing antara kebudayaan Hindu dan Budha.

Sebagai seorang guru sejarah yang ikut aktif dalam upaya edukasi sejarah dan koservasi candi, ibu memang tidak terlalu berminat mengunjungi candi-candi megah seperti Prambanan dan Borobudur yang menurut ibu sekarang sudah dikomersilkan, sehingga nilai pembelajaran sejarah dan budaya akan candi tersebut lambat laun akan hilang, dan wisatawan tidakakan menghendaki belajar sejarah dari candi dan cenderung tidak menghormati keberadaan candi sebagai bangunan suci yang ujung-ujungnya akan merusak entitas candi itu sendiri.

Untuk itulah ibu lebih suka mengajak sekeluarga ke candi-candi yang belum terlalu dikenal orang, candi-candi kecil yang luput dari perhatian sehingga penanaman sejarah dan budaya bisa lebih ditekankan. Karenanya saat ibu mengajak ke Candi Kalasan, saya dan adik-adik menyambut dengan semangat 45, karena kami sudah hafal jika berwisata dengan ibu, pasti ada sesuatu yang beda dan unik.

Candi Kalasan terletak nyempil di sisi jalan Kalasan antara Klaten – Jogja, papan nama menuju Candi tidak terlalu kentara. Jadi jika pengunjung ingin ke Candi Kalasan harus pelan-pelan dan cermat melihat candi tersebut. Beberapa tahun lalu Candi Kalasan masih tampak jelas dari sisi jalan, namun karena pembangunan rumah yang masif, sekarang Candi Kalasan tidak terlihat jelas dari sisi jalan, tertutupi oleh rumah-rumah penduduk yang mengelilingi candi.

Lokasi candi terletak di pelataran yang luas di Kalasan, dengan pohon-pohon besar mengelilingi candi, membuat suasana teduh dan adem saat berkunjung ke Candi ini. Tidak ada tempat parkir kendaraan di sini, pengunjung bisa menitipkan kendaraan di halaman penduduk sekitar. Tiket masuk candi pun murah meriah, 3000 untuk seorang pengunjung seingat saya.

Candi yang dibangun di era Mataram Lama ini tercatat dalam Prasasti Kalasan yang bertarikh 778 Masehi. Dibangun oleh Rakai Panangkaran sebagai persembahan kepada Dewi Tara/Tarabhuwana seorang Bodhisatva. Sehingga candi ini adalah Candi Budha. Uniknya konstruksi candi ini memiliki ciri khusus yang merupakan gabungan bentuk candi wangsa Sanjaya dan Syailendra, dengan postur candi yang ramping dan stupa-stupa yang dipasang pada atap candi.

Candi Kalasan ini belum selesai pugar sampai tuntas sejak dulu ditemukan. Entah apa sebabnya, mungkin karena model reliefnya yang rumit, halus dan lebih detail daripada candi-candi era Mataram Lama yang lain.  Kehalusan relief ini berbeda diduga karena penerapan bajralepa, atau semacam lem yang membuat relief-relief bisa dibuat lebih halus. Motif relief di candi inipun saya kira berbeda, bentuk relief di Candi Kalasan banyak menampilkan sulu-sulur yang berujung pada satu objek.

relief sulur

relief yang rumit

relief yang halus pada kolom candi

simak di bagian atas, relief sulur.

Konstruksi candi ini memiliki 3 bagian, kaki, badan dan kepala. Namun yang relatif utuh adalah bagian atap candi, bagian badan dan kaki belum sempurna. Oleh sebab itu candi ini tidak memiliki tangga masuk ke ruangan utama. Dulunya candi ini memiliki 4 tangga dari 4 relung yang menghadap ke arah mata angin. Akan tetapi dari 4 relung tersebut, hanya ada 1 pintu masuk ke ruangan utama.

Di ruangan utama terdapat semacam altar pemujaan. Saat saya masuk terdapat deretan lilin yang menyala, saya kira ini untuk sarana ibadah para penganut Budha aliran Tantrayana yang memang sering beribadah di dalam candi ini. Karena tidak adanya tangga, untuk memasuki ruangan utama Candi Kalasan ini pengunjung harus berhati-hati. Karena harus memanjat batu-batu candi yang tersusun tidak teratur.

Bagian atap candi tidak tertutup, hanya dilapisi semacam atap transparan yang berwarna kuning kecoklatan. Sehingga begitu cahaya yang menerobos lewat lubang tersebut menambah kesan magis di dalam ruangan utama tersebut.

pintu utama

memanjat batu-batu candi

lilin di altar

atap candi

Di antara relung-relung di Candi Kalasan yang menghadap ke arah 4 mata angin terdapat ceruk-ceruk pada dinding yang menjorok ke dalam. Ceruk ini meninggalkan kesan ramping dan tinggi pada bentuk candi. Pada setiap ceruk berhiaskan relief Kala dan penggambaran nirwana/swargaloka.

Objek-objek relief, seperti tanaman dan hewan-hewan disini dibuat bulat dan memberi kesan tersenyum bagi yang pertama kali melihatnya. Relief-relief hewan-hewan tersebut tersebar di sisi-sisi candi. Yang paling tampak adalah relief/ukiran binatang yang berupa naga dan singa pada bagian yang dulu merupakan bekas dasar tangga.

relief bulat

relief pada anak tangga

Seusai mengitari candi dan masuk ruangan utama, ibu mengajak kami ke sisi lain dari pelataran candi. Disitu terdapat deretan lingga yang dulu ditemukan di sekitar candi. Ibu menceritakan bahwa jika di suatu tempat ditemukan lingga, tempat itu dulunya pasti tempat penting dan bisa jadi dahulu terdapat bangunan suci.

Selain Lingga, terdapat juga bekas-bekas reruntuhan candi. Memang apabila jeli, pengunjung bisa melihat tanda-tanda pemugaran yang belum rampung. Diantaranya adalah batu-batu candi yang berbeda warna, batu-batu pemugaran terlihat lebih cerah dan baru. Pada beberapa titik, penumpukan batu candi tersebut terkesan seadanya, namun perlu disadari juga Candi Kalasan ini memiliki relief yang rumit, sehingga sulit untuk memugar candi tersebut.

Kumpulan Lingga

Sekitar satu jam kami sekeluarga berada di Candi Kalasan, dengan penjelasan-penjelasan dari ibu yang merangkap guide, saya menjadi paham sedikit banyak karakteristik dan sejarah candi pada era Mataram Lama. Setelah meninggalkan Candi Kalasan, di dalam mobil ibu sudah merencanakan wisata sejarah + budaya berikutnya, yaitu mengunjungi makam raja-raja Mataram Islam di Imogiri. See you next trip mom!

foto-foto lengkapnya ada disini.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

4 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here