Sebongkah kabut dan hawa dingin menghadang saya dan Putri, pacar saya saat membawa motor meliuk-liuk melibas jalanan dari Kaliabu ke Wonosobo. Jarak dari Magelang ke Wonosobo, via Kaliabu kurang lebih 60 kilometer dan saya lebih memilih lewat jalur Kaliabu daripada lewat Temanggung, karena selain jalannya sepi, panoramanya juga lebih indah.

Liukan-liukan motor selama kurang lebih 1,5 jam mulai berhenti saat jalur kelak-kelok berhenti di Kertek. Kami terus melaju ke atas melalui tengah kota dan ke arah Dieng. Jalur menanjak naik dan kabut tipis menemani perjalanan kami. Jaket dirapatkan, syal dieratkan dan kami berdua melaju ke atas menembus ketinggian.

Sampai di Garung, saya memutuskan belok ke kiri, tidak naik ke atas ke Dieng. Di Garung ada sebuah danau di tengah – tengah pegunungan dan perkebunan teh. Sejenak saya ingin mengajak pacar ke sana, menikmati tenang dan sahaja pegunungan.

Telaga bernama Telaga Menjer ini cukup membuat kenangan masa kecil saya menyeruak memenuhi kepala. Saya dulu lumayan akrab dengan Telaga Menjer karena besan simbah saya adalah asli Garung, 3 kilometer dari Telaga Menjer. Setiap diajak bapak sowan ke rumah besan simbah, pasti bapak mengajak saya ke Telaga Menjer. Saya, bapak-ibu dan adik biasanya membawa tikar, menggelarnya di Telaga, makan siang dan menikmati panorama Telaga.

Telaga ini tak sunyi, tersembunyi dari hingar bingar Dieng. Tak banyak yang tahu kalau selain Dieng, ada kawasan seindah ini di Wonosobo, solah Wonosobo hanya Dieng semata. Tapi Telaga Menjer tetap tenang, sunyi dan indah, bersembunyi dibalik gilang-gemilang promosi Dieng.

Sepanjang jalan menuju Telaga, alam Wonosobo menyuguhkan pemandangan hebat, dengan bentang alam berupa jalur pegunungan, persawahan dan ladang sayur serta penduduk desa yang hilir mudik membawa hasil panenan atau sekedar berladang. Di sisi kanan jalan terdapat pipa besar berdiameter 5 meter saya kira, mengular, menembus pegunungan. Pipa itu adalah pipa air yang mengalirkan air dari Telaga Menjer menuju PLTA Garung.

Telaga ini adalah sumber penghidupan, sebagian penduduk membuat karamba, sedikit jumlahnya, Walaupun utamanya Telaga ini juga sebagai sumber air warga kecamatan Garung, kemudian aliran airnya dijadikan pembangkit listrik melalui PLTA. Demikian Telaga ini, dalam kesunyiannya terus memberikan manfaatnya bagi sekitarnya.

Tidak tampak tanda-tanda sebagai sebuah wisata, bahkan penjaga loket pun tidak ada di tempat dan baru tergopoh-gopoh berlari dari rumahnya saat saya datang. Harga tiketnya pun murah, jauh dari komersialisai tempat wisata. 3.000 per kepala dan pacar membeli tiket untuk 2 orang.

Sepinya Telaga ini di sisi lain adalah berkah bagi pecinta kesunyian seperti kami, tidak ada serbuan para pedagang souvenir, tidak ada pedagang kaki lima yang menjamur seperti jamur kaki di musim hujan. Hanya ada 1 pedagang minuman di Telaga, selain itu tidak ada. Sepi.

Daerah Telaga ini masih sama seperti tahun 1999, saat terakhir kali saya kesana. Telaga yang tenang, memantulkan refleksi pegunungan di sekitarnya. Berada di ketinggian 1300 mdpl, Telaga ini terselubung kabut-kabut tipis di permukaan airnya, hawa pun cukup dingin sekitar 22 derajat celcius, angka yang tertera di smartphone saya.

Tidak ada pengunjung, hanya kami berdua. Sungguh tenang sekali, sunyi, desir angin dan suara air menjadi teman kami saat menuruni tangga menuju tepian danau. Jarang sekali ada tempat wisata yang sesunyi dan sesepi ini, menyenangkan.

Di bagian tepian telaga ada bapak-bapak tukang perahu yang akan mengantarkan pengunjung berkeliling telaga. Tapi karena tak ada pengunjung, bapak-bapak itu hanya duduk bersantai, melihat kami berdua dia melemparkan senyum. Kami memang tidak berniat naik perahu, hanya istirahat setelah lelah bermotor selama 1,5 jam dari Magelang sembari menikmati suasana telaga dan menyantap bekal perjalanan.

Saya bersyukur tempat ini tidak terekspose sebagai tempat wisata yang populer. Karena vegetasi, kondisi alam dan suasanya bisa terjaga dengan baik. Pun dengan panoramanya masih sangat-sangat hijau. Kami beruntung hari itu karena cuaca cerah, dan benar-benar mendapatkan ketenangan disini, di Telaga Menjer.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

2 KOMENTAR

  1. aduh indah telaganya, dari lihat gambarnya suasana tenang di sana terasa sekali, dari gambar saja sudah terlintas puisi yg bisa kubuat apalagi berada di sana

    • betul sekali mbak.. Telaga ini memang indah luar biasa. sekali waktu coba dikunjungi dan menikmati pemandangannya untuk mencari inspirasi. 🙂

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here