BI
Kopdar BI 2009, Tahura Dago, Bandung. Saya masih kurus.

Sebenarnya saya bukan orang yang tertarik untuk mengikuti sebuah komunitas, namun saya memiliki komunitas sebuah keluarga yang benar-benar di dalamnya saya merasa dalam sebuah ikatan, sangat egaliter, sangat akrab dan saling menghargai satu sama lain, mari saya kenalkan keluarga saya, Backpacker Indonesia.

Saya mengenal Backpacker Indonesia sekitar tahun 2009, 4 tahun yang lalu. Saat itu saya sedang kebingungan karena sebagai inisiator sebuah kelompok Backpacker di kampus saya, STAN. Saya sedang mentok, tidak ada ide mau kemana. Akhirnya secara maya saya bergabung dengan Backpacker Indonesia melalui facebook, terimakasih untuk Mark Zuckerberg.

Kala itu kebiasaan backpacker masih asing, masih dianggap aneh, teman-teman saya kala itu menganggap saya kurang kerjaan karena mau bersusah-susah saat jalan-jalan dan kadang diasosiasikan dengan gembel. Tapi dalam keterasingan itu, Backpacker Indonesia adalah sebuah oase, sebuah cakrawala baru dimana saya menemukan sebuah keluarga dimana saya bertemu para pengelana lain dan berinteraksi di dalamnya.

Tahun 2009 saat saya untuk pertama kali mengikuti kopi darat di sudut Dago Pakar, Backpacker belumlah menjadi trend di Indonesia, Backpacker belumlah awam menjadi label dimana berujung strata sosial seorang traveler. Backpacker adalah sebuah istilah asing dan belum marak, backpacker saat itu belum semasif sekarang, belum semudah sekarang dimana orang bertas punggung harga jutaan pun dengan enaknya menyebut diri sebagai backpacker.

Backpacker saat itu adalah identitas, dimana lewat Backpacker Indonesia saya bertemu dengan apa yang saya anggap sekarang adalah traveler garis keras. Dengan menganga saya mendengarkan cerita Akta yang di tahun itu dia sudah menggapai Tembok Besar Cina dan hampir dirampok di Malaysia, atau mendengar kisah seorang Dityas, seorang siswi SMP peserta termuda gathering Backpacking Indonesia saat itu yang datang dari Bogor, mempertebal tekad, menyingkirkan rasa takut dari Bogor ke Bandung.

Saat itu saya terpana, saat gathering itu juga saya bertemu keluarga, keluarga para pengelana. Kami tertaut dengan cerita-cerita tentang perjalanan – perjalanan yang terkadang lucu namun juga kadang di luar nalar. Tentang penjelajahan-penjelajahan Why, perjalanan mengunjungi situs-situs bersejarah yang dilakukan Ilma dan penaklukan gunung-gunung oleh Roiz, Bayu dan lain lainnya.

Karena sesungguhnya anak-anak Backpacker Indonesia adalah para jamaah perjalanan, kiblatnya adalah petualangan. Mereka adalah orang-orang para pejalan yang memiliki prinsip, memiliki idealisme namun tetap tunduk dalam kesederhanaan.  Tidak ada istilah popularitas atau pengakuan atas pencapaian perjalanan bagi teman-teman di Backpacker Indonesia. Memutuskan meransel dalam diam, berjalan dalam senyap tanpa hingar bingar.

Dari Backpacker Indonesia lahir diskusi-diskusi tentang bagaimana memajukan dunia jalan-jalan di Indonesia. Dari 2009 setidaknya saya menjadi saksi pergulatan pemikiran antara teman-teman Backpacker Indonesia mengenai dunia penjelajahan, mengenai tema-tema pengelanaan dan sosok-sosok pejalan yang bermimpi dengan perjalanan – perjalanan yang belum diketahui khalayak ramai.

Pergulatan pemikiran, diskusi tanpa henti ini kemudian melahirkan ide-ide baru, setidaknya beberapa sosok di Backpacker Indonesia menjadi pelopor e-book jalan-jalan yang kala itu dianggap hal baru. Majalah Info Backpacker dan Bacpackin Magazine adalah embrio e-book perjalanan yang kini bak jamur di musim hujan, dan 2 majalah itu lahir dari tangan kawan-kawan di Backpacker Indonesia.

Backpacker Indonesia memulai disaat orang-orang masih bingung apa itu Backpacker, di era dimana Kiluan masih sangat sepi, di mana Kepulauan Seribu belum disesaki pengunjung sekarang, era dimana mencari info tempat wisata di Google belum semudah sekarang.

Namun kami terus berjalan, sosok-sosok pengelana di Backpacker Indonesia terus berjalan, terus berkarya dengan caranya masing-masing. Beberapa kali kami berkumpul, tapi malah tidak untuk membicarakan perjalanan, kami berkumpul hanya untuk tertawa terbahak bersama, ya, kami tertawa bersama karena kami bersaudara, diikat oleh darah bernama perjalanan.

Tak terasa waktu terus berjalan, sekian tahun saya berkenalan, kami masih terus melanjutkan perjalanan. Jika mau mungkin beberapa dari yang ada di foto di atas bisa menjadi traveler sangat terkenal yang lalu menjadi anutan. Tapi itu tidak terjadi karena popularitas bukan tujuan dari perjalanan, karena sejak awal prinsip kami adalah bahwa perjalanan selalu memiliki makna pribadi bagi si pejalan, perjalanan adalah soal bagaimana menyesap ruh perjalanan itu sendiri dan bukan soal penaklukan tempat-tempat baru dan ajang mendulang pujian atas karya jalan-jalan tersebut.

Terkadang saya berpikir, mungkin beberapa diantara kami kembali menyepi saat backpacker sekarang sudah terlalu mainstream. Seperti saat Backpacker Indonesia dimulai, saat backpacker bukanlah sebuah pilihan populer dan kini menyepi saat backpacker label lares bak kacang goreng di evet layar tancap. Memilih untuk terus melanjutkan perjalanan dalam senyap, setapak demi setapak, berbagi tanpa pamrih dan menjalin persaudaraan dengan para pengelana-pengelana baru.

Saya mungkin setuju dengan kata teman saya Sastri bahwa kawan-kawan Backpacker Indonesia adalah orang – orang yang tidak mengikuti arus. Terikat bertahun-tahun, dan sudah melakoni apa yang sekarang menjadi trend sejak bertahun lalu. Seolah berlawanan dengan trend dimana teman-teman Backpacker Indonesia sudah mulai meransel saat orang-orang belum paham apa itu esensi perjalanan dengan ransel dan disaat orang banyak baru mau angkat ransel, kami sudah menggantung ransel.

Tabik.

Sebuah Pengantar Menjelang Kopdar Ketiga Backpacker Indonesia. 3 Maret 2013 di Kebun Binatang Ragunan. (Kopdar Pertama di Bandung 2009, Kedua di Taman Surapati 2011)

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

2 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here