P79_first_aid__14244_zoom-287x300

Beberapa tahun yang lalu, saya pernah dalam demam namun saya putuskan tetap berangkat traveling. Dengan kondisi demam saya menuju Pangandaran dengan kereta ekonomi. Hari pertama demam dihabiskan di kereta, terjaga semalaman karena ributnya kereta ekonomi. Hari kedua saya pikir akan membaik, ternyata lebih parah. Saya makin demam dan lemas, tidur-tiduran di penginapan dan minum obat a la kadarnya. Hari ketiga saya sudah gelap, oleh 2 teman, saya dibawa ke Purwokerto, 6 jam perjalanan dari Pangandaran. Masuk rumah sakit dengan kondisi sudah lemas, panas tubuh sudah 39,5 derajat celcius, kata dokter andaikata telat sedikit datang dan panas tubuh makin tinggi, otak saya yang jadi korbannya. Setelah serangkaian tes ternyata trombosit saya sudah anjlok di angka 60.000, positif demam berdarah dan harus bed rest seminggu.

Dari kisah tersebut, saya ternyata sudah kena DBD sejak hari pertama sampai hari ketiga saat traveling. Dan pada saat itu tanpa penanganan yang cukup, tidak ke dokter dan hanya minum obat sekenanya. Untungnya saya masih tertolong dan bisa mencapai rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Dari pengalaman tersebut saya sekarang berusaha mempersiapkan diri dengan baik sebelum memulai traveling, karena saya/kita semua tidak akan tahu apa yang akan terjadi di perjalanan nantinya. Berikut beberapa tips dari saya yang mungkin bisa berguna :

1. Kenalilah Kondisi Diri Sendiri

Hal paling penting sebelum traveling adalah dengan mengenali kondisi diri sendiri, jika dirasa sudah tidak fit atau kesehatan terganggu atau gejala-gejala sakit, lebih baik pikir ulang rencana trip atau traveling anda. Bisa jadi traveling justru memperburuk kondisi kesehatan seseorang. Jangan memaksakan diri, traveling dalam kondisi tidak fit justru tidak akan maksimal. Ingat, kesehatan diri lebih penting daripada sekedar traveling.

2. Perlengkapan P3K Yang Cukup

Mencegah lebih baik daripada mengobati, itu prinsip yang saya pegang. Melakukan persiapan yang cukup untuk mengantisipasi kejadian saat traveling. Untuk itu dalam tas traveling saya, selalu ada satu set obat-obatan yang lengkap, baik obat dalam atau obat luar. Susunan obat-obatan saya terdiri dari obat perut, obat demam, obat batuk, obat tidur, obat luka, alkohol, hand sanitizer dan minyak angin. Selain itu saya juga membekali diri dengan kassa, plester dan kain segitiga untuk pertolongan pertama jika sewaktu-waktu ada fraktur. Kain segitiga seukuran hasduk pramuka, terkadang saya samarkan untuk asesoris, saat acara #wegohangout kemarin, kain segitiga tersebut saya samarkan jadi arm-band. Perlengkapan P3K ini sudah menjadi barang bawaan wajib bagi saya. Jika kesulitan untuk menyusun perlengkapan P3K, sekarang di beberapa supermarket besar sudah dijual tas P3K lengkap dengan isinya.

3. Mapping Lokasi

Sebelum menuju lokasi traveling, saya biasanya searching lokasi rumah sakit/puskesmas terdekat dari tempat tersebut, jadi ketika membutuhkan layanan kesehatan / evakuasi dengan cepat, saya tahu harus kemana.

4. Kenali Gejala

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi gejala. Gejala berupa pusing, demam, lemas adalah gejala awal tubuh mengalami gangguan. Kita perlu mengenali gejala-gejala tersebut agar tahu tindakan selanjutnya apa yang kita lakukan. Untuk gejala khusus seperti benturan, kita perlu memisahkan apakah terjadi fraktur, atau hanya benturan biasa. Untuk fraktur, biasanya disertai demam / bahkan sampai pingsan, untuk benturan biasa hanya berbentuk lebam biasa.

5. Teknik Pertolongan Pertama

Teknik pertolongan pertama menyumbang keberhasilan pada keberhasilan penanganan berikutnya. Seorang traveler ada baiknya tahu dan mengerti teknik P3K, jadi ketika menghadapi kejadian yang membutuhkan P3K maka tidak panik, tahu cara bersikap dan bertindak kemudian bisa menyelematkan dan mengevakuasi korban.

Beberapa dasar P3K adalah teknik pengenalan dasar, Resusitasi Jantung dan Mulut, penanganan terhadap luka, fraktur dan pembebatan.Β Teknik P3K cukup mudah untuk dipelajari, jika ingin belajar bisa menghubungi PMI, secara berkala PMI mengadakan pelatihan teknik P3K untuk umum atau untuk pengenalan apa itu P3K, bisa mendownload slide tentang pengenalan P3K disini.

6. Evakuasi

Proses terakhir dimana korban bisa mendapatkan pertolongan medis yang lebih baik. Jika traveler bukan orang medis atau mengerti dasar-dasar medis maka tindakan terbaik yang dilakukan setelah melakukan P3K adalah membawa korban secepat mungkin ke Rumah Sakit untuk mendapatkan pertolongan dengan cepat. Sebaiknya evakuasi dilakukan dengan cepat dan tepat, namun jika korban mengalami keadaan khusus, seperti fraktur atau tempat yang sulit atau kondisi tidak memungkinkan evakuasi. Maka evakuasi diperlukan dengan teknik khusus , yang bisa dilakukan adalah menghubungi RS /pihak terkait setempat untuk minta pertolongan evakuasi, sementara korban harus dijaga agar tetap sadar serta tandai luka pada korban untuk disampaikan pada tenaga medis.

Itu tadi beberapa tindakan penting yang bisa dilakukan jika terjadi musibah saat traveling. Jangan lupa berdoa sebelum traveling agar perjalanan lancar tanpa hambatan apapun. Prinsip yang harus diingat adalah selamatkan diri sendiri sebelum menyelamatkan orang lain dan jangan bersikap sok tahu dalam penanganan korban. Tenaga medislah yang lebih mengerti penanganan terhadap korban.

Intisari tulisan ini berdasar pengalaman pribadi saya dan apa yang saya dapat ketika aktif dalam Palang Merah Remaja serta 2 kali Diklatsar. Untuk lebih lanjut mengenai P3K, bisa menghubungi PMI atau mengikuti diklatsar yang sering diadakan oleh komunitas SAR ataupun organisasi pecinta alam.

Tabik.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

10 KOMENTAR

  1. Sama nih, aku juga pernah menderita demam berdarah selama perjalanan ke China. Mending kalo di kota besar yang banyak rumah sakit memadai. Saat itu menempuh rute perdesaan yang benar2 remote. Untung masih bisa pulang dalam keadaan hidup, hihihihi

  2. waktu berangkat ke Aceh Feb lalu saya flu berat dan demam tinggi tapi nekat berangkat karena sudah kangen berat sama Aceh. sebelum berangkat konsultasi dengan dokter dan dibekali obat serta vitamin, eh begitu turun dari pesawat flu dan demamnya hilang πŸ˜‰

  3. salam kenal mas. sama2 tax officer.
    berhubung belum ada kesempatan, selama ini saya hanya bisa menikmati indahnya tempat2 hanya dari liputan yang ada di Leisure Harian Republika. πŸ˜‰

  4. bener bgt ini mas, pas pulang dr jakrta nyampe medan lsg cus ke toba, pdhl udah kerasa batuk2, eh malem nya tepar di hotel gak ikut anak2 jalan2 dah ;'((

    pernah juga kecapaian pas ada kerjaan di jakarta, nyampe bandara udah kerasa gak enak tp tetep nekad pulang Medan, eeh di pesawat pusing bgt nyaris pingsan..T___T

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here