IMG_4229
Yuli, salah satu pengamat Gunung Guntur.

 

 

Status Gunung Guntur akhir-akhir ini cukup membuat saya was-was, peningkatan status Gunung Guntur dari normal ke waspada cukup merisaukan, apalagi lokasi saya tinggal dan bekerja hanya sepelemparan batu dari Gunung Guntur. Gunung Guntur ini sebenarnya tidak termasuk gunung yang usil, gunung berketinggian 2249 mdpl ini terakhir berulah pada kurun waktu 1840 – 1847, setelah itu tertidur lelap sampai 2 minggu lalu saat Gunung Guntur tiba-tiba mengagetkan banyak orang dan meningkat statusnya menjadi waspada.

Statusnya yang jarang berulah ini mungkin sedikit melenakan bagi warga Garut.  Dengan status waspada ini di Garut masih terlihat adem ayem. Bandingkan di desa saya di Magelang. Merapi meningkat waspada saja warga sudah siaga, kepala desa sudah langsung mengumpulkan warganya, mengumumkan yang harus dilakukan warga, meminta warga bersiap, menentukan lokasi evakuasi, menentukan tempat untuk penampungan pengungsi yang datang dari , menentukan lokasi dapur umum sampai menentukan siapa-siapa yang bertugas di penampungan pengungsi, siapa yang menjaga desa dan sebagainya. Mungkin karena intensitas batuk-batuk Merapi yang sering sehingga membuat warga di Magelang sudah terlatih untuk waspada, berbeda kondisi dengan di Garut yang selama ini gunungnya bak anak rumahan sehingga warga cenderung biasa-biasa saja.

Namun dibalik status waspada ini, ada pria-pria tangguh yang terus memantau perkembangan Gunung Guntur. Saya menemui mereka yang bertugas mengamati aktivitas Gunung Guntur ini di Pos Pengamatan Gunung Guntur, Desa Sirnajaya, Kec. Tarogong Kaler, Garut. Sekitar 10 menit perjalanan dari kantor saya.

Mas Yuli adalah petugas yang menyambut saya, saat berkenalan ternyata dia berasal dari Kebumen, kebetulan sesama orang jawa jadi bisa ngobrol dengan enak. Dia sebenarnya bekerja di Pos Pengamatan Sumbing – Sindoro di Parakan, namun saat Gunung Guntur meningkat statusnya, dia diperbantukan sementara di Garut.

Menurutnya, beginilah pola kerja para pengamat gunung berapi. Jika ada sebuah gunung yang tiba-tiba aktifitasnya meningkat, maka pengamat dari pos – pos lain akan diperbantukan ke pos yang gunungnya mengalami peningkatan aktifitas. Bisa seminggu – dua minggu, itu tergantung penugasan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Saat berbincang sebentar dengan Mas Yuli, tiba-tiba datang Pak Ade. Pak Ade adalah kepala Pos Pengamatan Gunung Guntur. Dia yang sehari-harinya bertanggung jawab atas pos pengamatan ini dan terus melakukan pengamatan aktivitas vulkanik Gunung Guntur. Normalnya Pos Pengamatan Gunung Guntur ini diawaki 6 orang, namun saat kondisi meningkat datanglah bantuan dari pos-pos lain, seperti Mas Yuli yang datang dari Pos Pengamatan Sumbing – Sindoro.

“Sayang telat kesininya mas, sudah tertutup awan Gunung Gunturnya. Coba tadi pagian dikit…” 

Kata Yuli pada saya.

Ya, memang saat saya kesana, secara visual kondisi Gunung Guntur tertutup awan sampai setengah badan gunung. Hanya bagian kaki gunung yang tidak tertutup awan.

Menjadi seorang pengamat gunung api memiliki tanggung jawab yang berat. Setiap saat harus stand by memantau kondisi gunung api, baik secara visual maupun melalui seismograph. Dengan tekun terus mengamati pergerakan jarum pada seismograph, melihat getaran yang terjadi. Jika intensitas tremor yang terjadi terus meningkat, maka pengamat harus meningkatkan kewaspadaan dan terus melaporkan kondisinya.

Dalam kondisi waspada seperti sekarang, pengamat harus melaporkan kondisi Gunung Guntur ke Pusat Vulkanologi yang bermarkas di Bandung setiap 6 jam sekali. Jika kondisi semakin meningkat ke level Siaga, pengamat akan menjadi sangat sibuk. Terus melakukan pengamatan, mencatat aktivitas vulkanik, dan melaporkannya satu jam sekali sembari bersiap untuk menghadapi kemungkinan terburuk.

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana beban berat yang dipikul para pengamat gunung berapi. Walaupun hanya mengamati gunung berapi, namun dia bertanggung jawab atas ribuan orang. Dan para pengamat adalah garda terdepan untuk mengabarkan kondisi gunung api, sekaligus tetap bertahan saat warga sudah mengungsi sampai ada perintah untuk evakuasi dari kantor pusat. Benar-benar tugas yang berat dan butuh sosok yang luar biasa untuk mengemban tugas tersebut.

Dengan tanggung jawab yang diemban tersebut, seorang pengamat diharuskan standby 24 jam sehari, 7 kali seminggu. Oleh sebab itu, Pos Pengamatan Gunung Api memiliki fasilitas yang lengkap dan nyaman. Memiliki kamar-kamar untuk istirahat para pengamat, logistik yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan para pengamat, dengan kondisi yang mendukung tersebut maka pengamat bisa melaksanakan tugasnya dengan baik.

Ada sedikit kisah yang menarik dari Mas Yuli, dia bercerita saat 2010 bertugas di Pos Pengamatan Merapi, Babadan. Saat Merapi sudahmemasuki tahap awas, yang berarti sudah terjadi erupsi. Dia tetap bertahan di pos. Dengan kondisi seismograph yang katanya sudah jebol karena hebatnya gempa vulkanik, dia terus bertahan melakukan pengamatan visual.

Saat kemudian datang perintah dari pusat untuk evakuasi, baru dia mundur ke garis belakang. Kemudian bertahan di Ketep Pass, disaat warga sekitar Ketep semua sudah mengungsi, dalam sunyi dia dan teman-teman pengamat lain terus bertahan melakukan pengamatan secara visual di Ketep.  Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kerja para pengamat sekaligus tanggung jawabnya, selain kata luar biasa.

Dalam kondisi bencana seperti ini, tanggung jawab para pengamat ini naik dua kali lipat. Demi tugas mereka harus meninggalkan keluarganya, seperti Mas Yuli yang meninggalkan keluarganya di Wonosobo demi bertugas melakukan pengamatan di Garut. Berat memang, namun kalau memang sudah perintah tugas, maka dengan penuh tanggung jawab Mas Yuli akan melaksanakannya walaupun harus meninggalkan keluarganya.

Saya hanya berdoa dalam hati, semoga para pengamat ini diberikan keteguhan untuk terus melakukan pengamatan. Di tangan para penjaga gunung itu lah warga Garut bergantung. Dan selayaknya saya harus angkat topi setinggi-tingginya pada pria-pria pemberani itu, Pria-pria Penjaga Gunung.

Tabik.

IMG_4219
Pos Pengamatan Gunung Guntur
IMG_4222
Gunung Guntur tertutup awan
IMG_4225
kaki Gunung Guntur. indah bukan?

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

8 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here