Diam diam kubersimpuh padaMu, berterima kasih atas rasa yang Kau anugerahkan pada tiap-tiap hati manusia.

Tapi tiba-tiba degup lirih jantung ini membuat lidah kelu tak sanggup berucap.

Sanggupkah aku menuntutMu? padahal lidah ini dalam setiap doa yang terpanjat selalu menyebut namaMu.

Apakah harapku terlalu muluk untuk meminta sesuatu?

Tapi Tuhan, hanya hamba hanya manusisa yang bisanya meminta.

Tanyaku satu Tuhan, “mengapa jalan yang kau siapkan selalu susah kutempuh..?”

Atau kurang usahaku? atau memang Kau menyuruhku untuk berjuang? terus menelusuri jalan susah itu.

Kepahitan-kepahitan memang mungkin sudah menjadi menu hidupku Tuhan, tapi apa tak boleh aku mencecap manis hidup sekarang? aku sudah berjuang semenjak bapak kembali di sisiMu 12 tahun lalu.

Tapi Tuhan, dengan segala sifat manusiaku aku ingin iri Tuhan. Di luar sana banyak sekali yang jalannya lapang dan bahkan mengambil jalan orang lain. Banyak yang hanya duduk manis, mengunyah roti, meminum kopi setiap hari dan tak pernah mengecap rasa pahit hidup.

Atau Engkau memang menyuruh manusia untuk terus berjuang tiada akhir, sementara di sisi lain ada manusia yang dengan santainya mendapatkan apa yang dia inginkan.

Tuhan, Kau memberiku jalan darah, kulalui itu.

Tuhan, Kau menyuruhku meminta padamu, aku lakukan itu.

Tapi Tuhan, tampaknya aku terlalu banyak mengeluh padamu. Keluh adalah pengabaian rasa syukur. Rasa yang seharusnya aku ucapkan padamu, atas hidupku sekarang.

Tuhan, maka apakah aku berdosa saat kulemparkan keluh-kesah padaMu? ampuni aku, wahai Sang Maha Mendengar.

Tapi Tuhan, lupakan pertanyaanku. Dalam diamku, aku percaya Engkau memberikan yang terbaik bagi setiap hambaNya.

Aku sadar Tuhan, Engkau memang menciptakan masing-masing manusia untuk jadi pejuang.

Tabik.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

6 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here