DSC_0102
Pak Dikun, Ilham dan Mison.

Ilham panggilannya, lelaki tegap ini adalah seorang Account Representative di KPP Pratama Batulicin. Sejak lulus dari sekolah kedinasan, Ilham meninggalkan Semarang yang jadi kampung halamannya untuk memenuhi tugasnya sebagai seorang nayapraja pajak di Batulicin, meninggalkan orang-orang terkasih dan hidup berjuang di tanah rantau. Berbekal ilmu selama kuliah Ilham termasuk salah satu pegawai pelopor di KPP Pratama Batulicin, ikut merasakan duka-duka saat menegakkan kantor di awal-awal berdiri hingga sekarang.

Ilham turut sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pengambilan gambar, Ilham juga ikut pontang-panting mengantar kami kesana-kemari menuju lokasi shooting, mendampingi pengambilan gambar di sela kesibukannya sebagai seorang Account Representative. Ilham jugalah yang menyambut tim kami dengan senyumnya yang sumringah saat tim dari Jakarta datang ke kantor. Walaupun malu-malu, Ilham akhirnya mau ikut bermain peran dalam video yang sudah diskenario sebelumnya, rekonstruksi kisah-kisahnya selama bertugas di Batulicin adalah salah satu pemantik cerita yang menarik.

Lelaki Semarang ini tahu banyak tentang Batulicin, seluk-beluknya, tata budayanya, wilayahnya. Bertugas selama kurang lebih 3 tahun di Batulicin lambat laun sudah membuatnya hafal daerah itu luar dalam. Ada banyak mozaik dalam kisahnya selama bertugas di Batulicin, mulai dari yang lucu sampai yang menyeramkan. Kiranya, kisah-kisah itulah yang membuatnya menjadi seorang nayapraja yang teguh dan tangguh.

Prestasi kerjanya pun tak main-main. Di tengah segala keterbatasan di Batulicin, Ilham menjadi salah seorang Account Representative yang berprestasi. Dengan rekan-rekannya sesama AR, Ilham bersama-sama menyokong penerimaan KPP Pratama Batulicin agar senantiasa memenuhi target yang telah diberikan walau harus gulung koming demi menutup kekurangan-kekurangan yang ada di kantor agar tidak ada hambatan.

Dengan segala apa yang telah berikan akhirnya Ilham harus berpisah dengan KPP Pratama Batulicin. Hampir 4 tahun di Batulicin akhirnya dia terbawa mutasi ke Banjarbaru. Mutasi di instansi yang memang sebuah keniscayaanlah yang membuatnya berpisah dengan Batulicin dan menghadapi tantangan baru di daerah baru. Purna tugasnya di Batulicin dilepas penuh haru oleh teman-temannya, dan meninggalkan rasa bangga di benak Ilham.

Pak Dikun, begitu biasanya beliau dipanggil di kantor. Pria paruh baya ini merantau dari Pekalongan di pesisir utara Jawa Tengah menuju Batulicin di Kalimantan. Dia dan keluarganya terpisah Laut Jawa yang juga memisahkan antara Jawa dan Kalimantan demi sebuah tugas negara. Sebagai kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi di pundak Pak Dikun-lah penerimaan kantor turut diamanatkan.

Sebagai perantau, Pak Dikun pulang ke Pekalongan sebulan sekali, atau terkadang dua minggu sekali.  Menjenguk kampung halamannya sekaligus memuaskan rindu yang selama ini dipendam di tanah rantau. Sesungguhnya di Batulicin tak hanya Pak Dikun seorang yang pulang pergi menemui keluarganya. Ada banyak orang-orang tangguh yang atas nama negara harus berpisah dengan keluarganya.

Dengan Pak Dikun-lah kami diantar menuju kebun kelapa sawit yang jalan di dalamnya bak labirin dan membuat kami semua kesulitan mencari jalan keluar. Bersama Pak Dikun-lah kemudian kami diantarkan menuju tambang batubara dan menikmati suasana Kota Batulicin seharian. Tak kenal lelah Pak Dikun mendampingi kami, baik saat pengambilan gambar ataupun saat mengikuti kawan – kawan dari Batulicin bertugas. Menunjukkan beratnya tugas di daerah sekaligus menjelaskan lebih dekat kenyataan, suka – duka di lapangan, di tanah rantau.

Mison nama akhirnya, yang juga menjadi nama panggilan akrabnya. Mison adalah salah seorang yang bisa dikatakan pendiri KPP Pratama Batulicin. Bagaimana tidak, dia datang pertama kali ke Batulicin saat kantor baru berdiri. Menjadi salah seorang yang pertama datang ke kantor. Menumbuhkan semangat di kantor yang baru tumbuh, turut menemani saat kantor berkembang dan akhirnya melepasnya saat kantor sudah tegak berjalan. Ya, Mison bak orang tua yang turut merawat anaknya, dia-lah salah satu orang tua bagi KPP Pratama Batulicin.

Tapi sesungguhnya dia-pun sebenarnya orang tua yang sesungguhnya. Dengan seorang yang manis dan nyempluk yang menjadi buah cinta dengan istri tercintanya. Walaupun begitu, Mison terpisah dengan orang-orang yang ia sayangi, sebagaimana layaknya sesama orang rantau di Batulicin, setiap bulan Mison meluangkan waktunya pulang bertemu keluarganya da menempuh perjalanan yang sesungguhnya begitu panjang. Dari Batulicin ke Banjarmasin kemudian terbang ke Surabaya dan masih harus menempuh perjalanan darat beberapa jam lamanya sebelum bertemu dengan keluarga tercintanya di Banyuwangi, antara Batulicin dan Banyuwangi begitulah kira-kira sebagian fragmen kehidupan Mison yang ia jalani.

Bak orang tua, akhirnya Mison harus meninggalkan Batulicin yang telah ia besarka, pasti berat bagi Mison untuk melepaskan Batulicin dan menuju tempat tugas baru di Banjarbaru. Begitulah jalan hidup seorang fiskus, harus siap ditempatkan dimanapun instansi  menugaskan, berpisah dengan keluarga, berpisah dengan orang tercinta dan menghadapi tantangan di tempat kerja hari demi hari.

Namanya Cepi, dari namanya sudah bisa ditebak darimana Cepi berasal. Ya, jajaka Sunda ini mengikuti garis nasib seperti senior-seniornya di sekolah kedinasan. Lulus kuliah, berbekal surat penugasan berangkatlah Cepi ke Batulicin untuk menunaikan tugas yang sudah menjadi kewajibannya.

Cepi-lah orang pertama yang dihubungi mas Ikhsan dari P2 Humas untuk mengabarkan kedatangan tim P2 Humas untuk meliput kegiatan di KPP Pratama Batulicin. Dan Cepi jugalah yang menjemput kami di Bandara begitu kami mendarat di Bandara Batulicin. Cepi cukup fasih menjelaskan tentang Batulicin, turut mendampingi saat ke Sebuku untuk visit tambang.

Tampaknya Cepi adalah seorang yang serius dalam tugas dan disiplin. Bantuannya selama di Batulicin benar-benar memuluskan usaha kami untuk mengambil gambar dan melaksanakan tugas. Sehari-hari Cepi adalah seorang Account Representative, di pundaknyalah beban penerimaan kantor turut dipanggul.

Walaupun masih tergolong muda, namun Cepi sudah menyandang jabatan Account Representative. Jujur ini bukanlah jabatan yang main-main, ada banyak tanggung jawab yang disandang ketika sudah mengemban jabatan Account Representative. Itu adalah bentuk regenerasi, dimana yang muda-muda sudah disiapkan untuk menggantikan yang lebih senior andaikata mutasi tiba.

Rela, dulu teman main basket semasa di kampus dan kakak kelas satu jurusan. Seangkatan dengan Mison, Rela menjadi saksi bagaimana kantor berdiri. Senada dengan Mison, Rela pun menjadi seorang Account Representative di KPP Pratama Batulicin. Rela-lah yang sudah siap pagi-pagi dan mendampingi tim menyeberang berjam-jam lamanya menuju Sebuku. Rela juga yang kemudian dipilih untuk menceritakan suka – duka selama bertugas di KPP Pratama Batulicin yang bagi saya sungguh mengharukan. Dari Purworejo, Rela jauh-jauh merantau sampai Batulicin. Sama seperti yang lain, menjadi anak rantau di negeri orang karena tugas meninggalkan keluarga nun jauh disana.

Dari tanah Purworejo sampai ke Batulicin pasti jauh dari benak Rela. Walau begitu dengan kemantapan hati, Rela menjalani hari demi hari, atas nama sebuah kata : pengabdian. Pahit manis di Batulicin adalah bumbu yang mengisi hari-hari Rela.  Bertemu Rela kembali setelah sekian tahun lamanya membuat saya hanya bisa memberikan salam hormat padanya atas segala pengabdiannya di Batulicin.

Rela termasuk yang terbaik di kantor, berdedikasi dan sungguh-sungguh. Namun seperti Mison, Rela pun harus pindah tugas dari Batulicin menuju Banjarmasin. Meninggalkan kantor yang sudah menjadi tempat pengabdiannya selama hampir 5 tahun lamanya. Meninggalkan kantor yang ia besarkan dan membesarkannya.

Sesungguhnya saya kehabisan kata-kata untuk meneruskan tulisan ini. Ada banyak sosok-sosok yang bersahaja dengan perjuangan luar biasa di sana. Dan saya hanya tak bisa menggambarkannya keluarbiasaan mereka. Perjuangan mereka inspiratif sekali dan layak dijadikan contoh bagi rekan-rekan fiskus lainnya.

Di Batulicin, mereka secara bersama-sama saling bekerja sama untuk mengatasi tantangan hidup di perantauan. Komposisi pegawai di kantor memang didominis para perantau, bukan warga lokal. Hal ini harus menjadi catatan untuk menjamin hak-hak mereka setelah para mereka menjalankan kewajibannya sebagai nayapraja pajak.

Karena sesungguhnya institusi ini berdiri dan tegak dari para perantau seperti mereka.

Tabik.

nb :

– Terima kasih untuk Pak Wakhid, Kepala KPP Pratama Batulicin atas seluruh bantuannya. Sebagai seorang kepala kantor, beliau adalah seorang yang sangat inspiratif.

– Akhirnya bisa bertemu Abid, teman SMP dan sekampus semasa kuliah. 🙂

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

40 KOMENTAR

  1. ada senior yang dulu duduknya di sebelah saya, tiap minggu dia bilang ke bali, belakangan saya baru tau kalo bali di sini artinya batulicin. salam buat kasi eksten… 🙂

  2. “Karena sesungguhnya institusi ini berdiri dan tegak dari para perantau seperti mereka” – I love this quote. Rasanya 2,5 tahun di Rengat dulu kayak lagi ada di lowest level of life. Tapi malu rasanya saat berkumpul kembali dengan teman-teman dekat di D-IV yang tugas sebelumnya di Luwuk, Timika, Ternate, dll yang Lebaran pun gak pulang padahal masih melajang.

    Aku bangga dengan rekan se-korps yang berani mengambil jalur merantau demi asap dapur & hembusan AC *ehh*

  3. ada satu lagi farid..dia baru saja bertugas di batulicin..satu lagi anak pintar dengan semangat patriot siap mengabdi untuk indonesia…cepi dan farid adalah adik saya.saya yg melepas mereka dengan senyum mengembang ke tanah hitam..demi merah putih pesan saya…saya bangga..

  4. sebenernya, masih ada satu pejuang lagi yang sangat-sangat berkorban besar. yaitu, Aris nor Hamdan. DEngan kondisi tubuh yang sakit setelah pernah kecelakaan dulu, dia masih tegar dan tetap semangat bekerja di batulicin. dan selalu memegang teguh semangat dan arti dari lagu D’Masiv yaitu Jangan Menyerah

  5. alhamdulillah. Ada juga yang simpati dengan perjuangan para pahlawan APBN di daerah. Saya bangga jadi keluarga kpp batulicin.

  6. Hai, salam kenal ya…
    Mau share info ya, siapa tahu mau ikutan nih.. nge-Blog traveling skaligus dapat hadiah, total hadiah 12 juta 😉
    Cek langsung ya di link berikut bit.ly/11IwgXv, Makasih 🙂

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here