398107_10151396859085982_920753316_n

Di hari yang lumayan cerah ini, izinkan saya berkisah tentang seseorang yang mencintai sejarah. Namanya Adriani Zulivan, akrab dipanggil Adri. Perempuan yang pastinya sudah memikat hati banyak pria ini adalah salah seorang aktivis penggiat heritage di Indonesia. Boleh dibilang hidupnya didedikasikan untuk heritage.

Sudah banyak langkah nyata di bidang heritage yang ia bidani. Mulai dari Heritage Day sampai upaya #SavePrambanan, semua demi kelestarian heritage/pusaka dan keberlangsungan sejarah negeri ini. Sebagai sesama pecinta sejarah, ada baiknya saya mewawancarai Adri untuk melihat bagaimana pandangannnya tentang heritage di Indonesia.

Saya / S : Iso dimulai opo ora iki Dri wawancarane?

Adri / A : Haya monggo…

S : Kenapa tertarik ke heritage? apa karena background pendidikan? apa karena keturunan?

A : karena… opo yo?

Kalo tertarik dengan heritage sebagai obyek, entah kenapa gak tau. Sejak kecil suka sama hal-hal yang berbau budaya gitu. Hobi banget nonton Anak Seribu Pulau-nya Garin Nugroho. Takjub banget pertama liat Pambanan waktu SMP.

Kalo heritage sbg isu baru bergerak aktif di ranah itu desember 2011. Lalu bikin Indonesian Heritage Inventory (IHI). sekarang kerjaan formalku malah banyak di isu heritage.

S : Bisa diceritakan soal kerjaan formal yang mengurusi heritage itu?

A : Kerjaanku sebagai marketing communication di bidang renewable energi, poverty, social media development, dan lain lain, kebanyakan sih social research. Dari perusahaan, kampus dan NGO.

Nah sekarang lebih banyak di heritage. Jadi sekarang oragn kalo butuh marketing communication untuk heritage, udah mulai ‘kenal’ aku.

S : Brandingnya kuat yaa…

A : Kalo branding di heritage-nya mulai kebentuk, nanti malah menguntungkan karena ‘pemainnya’ masih sedikit.

S : Pandanganmu soal heritage di Indonesia sendiri piye?

A : Formally, Indonesia kini masuk 3 dekade pelestarian heritage. Kita masih di tahap “pendidikan”. Soal preserving masih merangkak dan jatuh bangun. Pendidikan itu ya pendidikanuntuk masyarakat agar tumbuh awareness agar ikut menjaga, Pendidikan ke birokrat agar membuat kebijakan yg pro pelestarian. gitu.

Ngomongin hal-hal seperti negara2 lain kita masih jauh panggang dari api. Misale Penang, yang heritage sederhana-sederahana banget itu aja, di Indonesia ada semua. Tapi mereka menang di pengemasan. Lha kita? Ya masih jauh. Warga yang punya rumah-rumah tua kalo bisa malah pada hancurin bangunannya, bikin ruko puluhan pintu lalu jual, ini lebih mudah secara ekonomi bagi mereka. Sederhananya gitu.

Informal : Heritage di Indonesia banyak yg bisa kita kemas sederhana. Sesederhana kamu jalan, motret, nulis lalu upload seperti yg kamu lakukan chan. Sesederhana bikin demo bikin tempe benguk, videokan, upload di youtube. Dan banyak lagi langkah yang bisa dilakukan. Ini cita-citaku sih. Tapi entah kapan bisa terwujud. hahahaha

( Soal Tempe Benguk, tulisan tempe benguk saya pernah dilirik Adri dan dimasukkan ke dalam Indonesia Heritage Inventory, bisa dibaca disini.)

S : hahahaha

A : hahaha… Gini nih, banyak mimpi, minim energi dan sumberdaya. Tipikal warga negara dunia ketiga.

S : Soal pemerintah menurutku karena kekurangan SDM lho mbakyu. Misalnya berapa sih jumlah arkeolog dibandingkan dengan jumlah heritage indonesia yang bejibun.. Pie mbakyu?

A : Itu juga masuk. Tapi bukan soal kurang SDM ahli dan memangmg jumlah heritage yang kita awasi buanyuaaak. Tapi kan jumlah warga kita juga buaanyaaak..

S : Warga banyak, tapi warga yang peduli?

A : Sebenarnya ada banyak pihak yang peduli, namun sayangnya mereka memang gak dikasih kesempatan untuk terlibat.  aku yakin seperti traveler, blogger, aku yakin mereka ingin berperan tapi gak ada wadah. Jadi mereka cuma bersuara di dunia online. Nah masalahnya dunia online itu dunia yang gak dijamah 80% penduduk kita.

Jadi begini solusinya, contohnya pemerintah bisa agendakan kegiatan-kegiatan seperti pelatihan terkait pengenalan heritage. Nanti orang-orang yang ikut pelatihan harus menduplikasi ilmu yang diperolehnya kepada masyarakat yang ditemuinya. Ini misalnya lho.

S : Kontribusi warga kan banyak bentuknya, seperti Kota Toea Magelang, Lasem Heritage dan sebagainya. Aktif di dunia maya dan ada aksi nyata, pendapatku sih kalo cuma aktif di dunia maya tanpa aksi nyata itu juga akan nonsense.

A : Betul! iniloh maksudku, inisiatif lokal seperti ini malah tidak didukung pemerintah. Gampangnya Kota Toea Magelang pernah dapat apa dari pemerintah? yang ada berantem mulu sama Pemerintah Kota Magelang. Padahal mestinya pemerintah ini bangga dan bersyukur, karena ada warga yang justru bantu kerja mereka.

Pemerintah kita persepsinya lebih ke MEMBANGUN, bukan MENJAGA yang sudah ada. Sibuk bikin hotel di prambanan, bukannya ngurusin Candi Muarojambi yg diancam stockpile industri, itu contohnya. Terlepas dari latar belakang kongkalikong proyek yg menguntungkan sebagian pihak, memang gak ada effort untuk MENJAGA itu tadi.

S : Soal traveler mbakyu, seharusnya apa sih yang seharusnya dilakukan traveler untuk heritage kita? Biar ga cuma berkunjung, foto-foto dan pulang..

A : Menjaga, selain me-reserved, juga menumbuhkan hal-hal baru yang dapat meningkatkan perekonomian warga. Apalagi warga di sekitar kawasan heritage.

S : Nah, kesadaran menjaga itu kan kurang.. Kemudian setelah banyak pengunjung biasanya yang ada objek-objek wisata itu malah rusak, tidak terjaga..banyak contoh kasusnya.. Gimana menurutmu tentang fenomena ini dri?

A : Iya. Makanya kita perlu hati2 menggunakan kata WISATA dan PARIWISATA. Karena biasanya, ketika sudah kenal “uang”, lalu justru merusak . Seperti misalnya, aku lebih setuju konsep “wisata desa“, daripada “desa wisata”.

Kita telaah ya bedanya :

Konsep 1 “Wisata Desa” : orang datang untuk melihat apa yang ada di desa. Maka desa akan menjadi apa adanya, tanpa menambah-nambahkan demi urusan wisata. Dengan wisata desa, maka kita menjual desa apa adanya tadi. Jadi apapunyg di desa kita anggap menarik. Contohnya bisa dilihat di Penang, Pemerintahnya bias menjual adegan menambal panci bocor. Ini di indonesia ada, namanya tukang patri, tapi dianggap kuno, gak modern dan gak penting. Padahal tukang patri ini di Malaysia bisa menjadi atraksi menarik, menarik turis dan mendatangkan uang. See?

Konsep 2 “Desa Wisata” : Konsepnya kira-kira seperti ini : orang datang untuk melihat sesuatu yang mereka anggap sebagai atraksi wisata. Maka warga akan sibuk mengada-adakan sesuatu yang bukan budayanya. Dampaknya akan ada warung makan, hotel, parkiran, dan seterusnya. Dampak buruknya selain mengubah lanscape desa, mengubah tatanan budaya desa, eksploitasi karena orang datang untuk melihat penduduk desa lalu bayar dan dampak lingkungan buruk, seperti sampah, polusi dan lain-lain. Kondisi ini terjadi di sekitar Borobudur.

S : Konsep pertama itu sungguh menarik, jadi itu bisa jadi simbiosis mutualisme? heritage dijual sekaligus dijaga.

A : Iya, tapi sebentar yang dimaksud dijual bukan “dijual” untuk tujuan materi semata. Tapi dijual lebih kepada diperkenalkan, memperkenalkan. Kira-kira begitu.

S : Menurut mbakyu Adri, selain menjaga dan memperkenalkan traveler harus ngapain?

A : Mendidik! Harus mendidik publik yang ada di luar area situs heritage misalnya dengan tulisan di dunia maya, seminar, ngobrol-ngobrol dan seterusnya.

Dan ke penduduk lokal, langsung mendidik on the spot. Agar penduduk lokal bangga denga yang mereka punya, lalu menjaga asetnya. Namun juga harus hati-hati agar gak menjadi komersil. Nanti setelah sadar bahwa dia memiliki ‘sesuatu’, eh malah dijadikan industri wisata, hahaha.

S : Betul! Jangan sampai jadi buah simalakama. By the way, apa sih yang sudah didapatkan dari mengurusi heritage ini Dri?

A : Apa ya,

1. Jaringan. Untuk perkerjaan atau proyek dan pengembangan diri karena bisa ikut konfrensi skala lokal sampai internasional.

2. Kesenangan diri. Puas bisa melakukan yang aku suka dan dibayar pula. 🙂

2 hal tadi bisa jadi nutrisi otak buatku dengan pengetahuan ketika kenal orang-orang hebat di dunia heritage dan nutrisi dompet. Maksudnya duitnya selain buat makan, juga buat ngembangin Indonesia Heritage Inventory yang aku bangun sendiri tanpa dukungan funding dari luar.

S : Bisa diceritakan proyek Indonesia Heritage Inventory itu Dri?

A : Indonesia Heritage Inventory itu buatku sebenarnya bukan proyek, tapi cita-cita dan ideologi.

Awalnya, karena aku suka candi lalu makanan tradisional, pertunjukan seni lokal, ketertarikan itu lalu berkembang pada kajian pelestarian. Lantas aku berpikir : gimana caranya melakukan sesuatu untuk heritage kita. Kalo orang yang suka heritage, datang, mendokumentasikan, mengabarkan ke orang banyak, itu udah banyak yang melakukan hal itu.

Tapi kayanya belum ada yang mendokumentasikannya secara struktural dalam sebuah wadah terintegrasi. Yang terstruktur, sebab memiliki kategori rigid sebagaimana pendataan formal yang dilakukan lembaga negara. Terintegasi, sebab dapat diakses dengan beragam media online. 

Karena aku punya penngalaman mengelola konvergensi media di @jalinmerapi, jadi aku pikir, kenapa gak coba gunakan sistem sama untuk heritage. Ini untuk ‘menangkap’ sisi narcistic orang, terutama boom social media di Indonesia. 

Misalnya, jika biasanya orang datang ke Borobudur itu cuma datang, foto narsis, upload di twitter, facebook, instagram, nah lewat Indonesia Heritage Inventory itu kita coba ajak mereka untuk melakukan lebih dari itu, yaitu menerangkan kondisi terkini dari situs yg sedang mereka lihat disana.Jadi Indonesia Heritage Inventory itu semacam situational report : apakah suatu heritage dlm keadaan terancam atau terlindungi  dan bisa dicek kategorinya di web Indonesia Heritage Inventory.

Heritage disini aku artikan dengan “pusaka”. Itu gak cuma situs tangible, juga intangible dan landscape. Jadi kalo lihat makanan tradisional seperti klepon,  Orang bisa twit pake hashtag tertentu dan twit itu akan otomatis masuk di web Indonesia Heritage Inventory. Contohnya “eh, ada klepon di Pasar Kotagede”. Dengan begini publik akan tahu kalo klepon itu masih ada di Pasar Kotagede, itu permisalannya.

S : Wah hebat sekali konsepnya! Lantas siapa yang bisa berkontribusi?

A : Ini terbuka untuk publik, asal mereka punya perangkat. Minimal bisa SMS kalo gak punya smartphone untuk online di social media. Data tadi kemudian dilihat, akan ada aproval dari admin untuk verifikasi data. Darimana tau validitasnya? ada kontributor voluntir di beberapa wilayah di Indonesia. Tentang contoh proses kerja Indonesia Heritage Inventory bisa dibaca disini.

S : Jelasnya Indonesia Heritage Inventory bisa diakses dimana?

A : Webnya sementara dipindah kesini http://indonesianheritage.tk/ karena mau ganti domain.

S : Jadi yang ngurusin Indonesia Heritage Inventory ini kamu sendirian aja Dri?

A : Formally dua, sama @joeyakarta dan ada teman-teman yang bersedia jadi volunteer.

S : Ooo..yayaya, jadi ini sebenarnya proyek masa depan berdua sama masnya? *uhuk*

A : Masa sekarang! Masa depan sesuatu di Magelang. Masih *ohok* :))

Kami berencana pensiuun dari profesi masing-masing lalu menjalankan bisnis yang menghasilkan secara materi, lalu ngurus Indonesia Heritage Inventory, hahahaha. Jadi warga Magelang kayanya, karena kami cinta Borobudur. Mau jadi warga desa saja.

S : Hahaha..cita-cita yang luhur. Anyway, terus harapanmu ke depan soal heritage ini apa Dri?

A : hahaha, selalu susah njawab pertanyaan ni. Mimpipun gak berani karena sampe aku menutup mata dan gak melek lagi kayanya heritage di negara kita masih didzolimi. Tapi aku punya harapan agar inisiatif-insiatif lokal seperti komunitas yang bergerak untuk pelestarian pusaka ini bisa dapat dukungan dari pemerintah. Jika tak sanggup kasih uang, paling tidak support kerja mereka dengan kebijakan yg memihak.

Dengan Indonesia Heritage Inventory aku punya cita2 ini akan menjadi basis data heritage di Indonesia, meski informal web ini bisa digunakan sebagai rujukan publik. Pemerintah soalnya sampai hari ini belum berhasil bikin database untuk seluruh lembaga negara yang urusin heritage atau pusaka. Soal ini aku pernah teliti dan ada disini hasilnya. Jadi daripada nunggu pemerintah, masing-masing dari kita bergerak aja dengan cara kita. Kita, warga punya kekuatan lebih besar dibanding pemerintah kok.

S : Hahaha..ujung-ujungnya pemerintah…

A : Hahaha.. 

S : Yasudah mbak maturnuwun wawancaranya, menarik sekali soal heritage Indonesia ini ya..

A : Sami-sami.. Aku arep pijetan dulu.

Yak, demikian wawancara dengan Adri. Banyak sekali langkah-langkah tentang konservasi, penyelematan, kepedulian heritage yang Adri bidani. Saya sendiri ikut membantu Adri saat #SavePrambanan beberapa waktu lalu. Memang soal heritage ini, Indonesia masih ketinggalan jauh. Sejarah masih menjadi bagian yang dipinggirkan oleh kebanyakan bangsa sendiri.

Adri, banyak berkeliling di berbagai tempat di Indonesia ataupun negara tetangga untuk mengurusi heritage. Dikenal oleh komunitas-komunitas heritage lokal, boleh dibilang di kalangan penggiat heritage tidak ada yang tidak kenal Adri. Sekarang Adri berdomisili di Jogjakarta, kota dengan banyak warisan heritage cantik nan mempesona. Jika ingin kenal dekat dengan Adri, bisa ikuti ide-idenya di Twitter @adrianizulivan atau ikuti pemikirannya di blognya. 

Berikut ada cuplikan kegiatan Adri di bidang konservasi heritage.

75063_10151329809745982_1449762716_n
Adri di Muaro Jambi
734654_10151329817930982_253080195_n (1)
Adri di situs Candi Liyangan, Ngadirejo, Temanggung
Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

15 KOMENTAR

  1. Ini artikel wawancaranya bagus…

    Selalu terharu melihat orang-orang seperti kalian yg mau melestarikan budaya.
    Di TL aku berseliweran penggiat budaya dan Kelas Inspirasi…

    Ditambah artikel ini, makin yakin bahwa muasih banyak orang yg percaya sm negara ini.

    Nuhun atas pencerahannya (kembali) ya chan. 🙂

    • makasih sudah mampir kak achiedz. 🙂

      haha..Adri ini salah seorang sosok yang inspirasional buatku dengan dedikasinya. 🙂

      sama-sama kak. semoga berkenan.

  2. Ihirrrr ada mbakku yg cantik 😀
    Sungguh luar biasa pekerjaan mbak cantik ini,, tak kukira seribet itu pekerjaannya, hhihi
    Aku taunya si mbak ini kerjanya cuma jalan2 :p
    Sungguh cita2 yg luhur, semoga kita semua pecinta heritage sllu dilindungi Allah :*

  3. Menarik bangeeeeeeeeeet! Aku pembaca setia blog mas, dan dr pembaca sedikit2 mulai belajar nulis ttg passion aku di budaya, travel, fashion dsb… Dl bahkan msh berani nulis artikel bhs perancis tp hanya berakhir di printer, that’s it. Skrg medsoc byk membantu utk hal ini. Jd saya termasuk pemerhati apa ya budaya lawas, terutamanya ya gedung2 heritage yg kadang luput dr mata zaman minimalist skrg ini.
    Kadang kl menelusuri Pasar Baru di Bandung aja msh ada sisa2 bangunan kuno yg saya bayangin masa kejayaan mrk dl, dan d sepanjang Cipaganti dan area2 lain, bangunan yg msh kokoh dgn anggunnya. Saya tggl dkt UPi dmn ada bangunan “Solidad” kl gk slh, saya msk k dlm saking gregetnya namun sayangnya gedung rektor tsb tdk menyimpan akses rekord atw apalah info ttg gedung itu, such a shame… Diabadikan di postcard aja deh kan bs jd perhatian dunia… *eureka dpt ide
    Pernah jg tggl di Pekalongan, menyusuri jalan2 dgn becak sambil duduk cantik, mengagumi gedung2 tua, ada yg msh nempel di bubungan circa thn 18…sekian… harusnya di Pemda ada divisi konservasi yg dimerge dgn divisi apa ya shg bs efisien, tepat guna. Kadang saya pikir apa saya aja yg old school ya, namun heritage itu punya charm tersendiri menyimpan sejuta kisah di masa lampau, dan menjadi saksi mata sejarah, it stands still admist the time that flies… ngono lho mnrtku…. Ah kayanya hrs bikin blog episode heritage deh. Sbnrnya saya sdh mulai foto2 namun sg gadget tdk ditakdirkan bersama trs… Aku raopo, minim gadget rada gaptek tp asa msh tersimpan…. Tq mas tulisan ini mjd inspirasiiih… Jazakallah khairan katsiraa…
    JC, nebie blogger

    • Halo Mas! Terima kasih untuk komennya, saya terharu sekali.
      Sebuah kehormatan jika mas membaca Blog saya. 🙂
      Oia? Apakah yang dimaksud Solidad apakah Vila Isola?
      Betul mas, buat saja blog tentang Heritage, selama ini masih sedikit sekali. Hanya ada beberapa yang concern ke masalah heritage.

      Salam kenal mas, salam hormat.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here