IMG_4301

Matahari belum begitu tinggi saat saya sudah disergap kabut pagi Bogor. Hari ini tidak seperti biasanya. Saya memang bertugas untuk menyuluh, tapi tidak sembarang menyuluh, penyuluhan kali ini lebih spesial karena bukan wajib pajak yang akan saya suluh, tapi sosok-sosok penerus masa depan bangsa. Sebagai Account Representative, penyuluhan adalah tugas sehari-hari saya tapi kali ini saya menanggalkan tugas Account Representative dan mewakili Direktorat Jenderal Pajak sebagai pengajar sehari dalam gerakan Kelas Inspirasi.

Awalnya saya sebenarnya cukup sedih karena melewatkan beberapa kali kesempatan mengikuti Kelas Inspirasi dan baru terwujud sekarang. Kelas Inspirasi sendiri adalah sebuah gerakan, bagian dari Indonesia Mengajar dimana para pekerja/profesional ikut turun tangan mengajar sehari dan memberi inspirasi pada siswa-siswa di Sekolah Dasar. Kesedihan yang saya rasakan adalah kesedihan karena saya harus menunda untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Dan dalam hati saya bertekad kali ini saya tidak boleh melewatkannya lagi. Karenanya sejak Bogor sudah berkabut saya sudah bersiap menuju sekolah tempat saya mengajar di Cimahpar, kawasan di pinggiran Kota Bogor.

Ternyata walaupun secara administratif lokasinya masuk dalam wilayah Kota Bogor, namun Cimahpar masih belum terkena imbas perkembangan kota. Masih alami, masih hijau dan udaranya masih segar. Bahkan ketika saya sampai di SD Cimahpar 5 saya disuguhi talas dan kacang rebus. Kawasan Cimahpar benar-benar masih sangat sederhana, oase di tengah hiruk pikuk pembangunan Kota Bogor.

Sebelum hari-H saya sudah dibekali dengan teknik manajemen kelas serta penyampaian materi pada anak-anak. Namun semua materi itu hilang ketika saya hendak membuka pintu kelas, materi itu berganti rasa gugup, dagdigdug dan keringat dingin yang mengucur tanpa henti. Walau dalam hati sudah mengucap basmallah, tapi tampaknya saya harus pasrah saat membuka pintu dan melangkahkan kaki ke ruang kelas.

Mengajarkan Pajak Pada Anak-anak

“Selamaaat Pagiiii Pak Guruuuu”

Lengkingan panjang anak-anak kelas 1 menyambut saya. Duh, betapa tidak beruntungnya saya mendapat kelas 1 yang dikatakan kelas paling susah untuk diajar. Lengkingan itu membuat saya tersenyum lebar walaupun sebenarnya senyum lebar saya ini untuk menutupi kegugupan saya di depan kelas. Dengan tisu yang sudah lusuh karena peluh saya mengusap kening dan maju dengan mantap ke depan kelas.

“Halo anak-anak, nama bapak Farchan, bapak seorang Pegawai Pajak.. Ada yang tahu apa itu Pajak anak-anak?” Saya memperkenalkan diri sambil pasang senyum lebar-lebar.

Senyap, tak ada jawaban dari anak-anak. Mereka kebingungan.

Saya coba tanya lagi, “Hayo anak-anak, ada yang tahu apa itu pajak?”

IMG_4255

IMG_4266

Makin senyap, muka anak-anak makin menunjukan kebingungan. Duh mati, saya hilang akal, mati gaya di depan kelas. Otak saya buntu dan hati saya makin dag-dig-dug. Bagaimana ini saya harus mengenalkan apa itu arti pajak bagi anak-anak kelas 1 SD?

Akhirnya mata saya tertumbuk pada sebuah spidol berwarna, saya minta anak-anak mengeluarkan kertas gambar dan alat gambar yang mereka punyai. Saya banting arah menjadi guru gambar dan mengajar anak-anak menggambar. Untungnya anak-anak kelas 1 SD masih penurut sehingga mereka masih mau diajak menggambar.

Saya harus menguasai hati anak-anak secepat mungkin dan tampaknya menggambar adalah cara paling efektif. Anak-anak sibuk dengan peralatannya dan kelas makin riuh, saya senyam-senyum mati gaya di depan kelas. Akhirnya anak-anak sudah siap dengan peralatannya, saya ajari mereka tentang pajak dengan gambar.

Apa yang saya lakukan adalah menerjemahkan pekerjaan sehari-hari dalam bentuk gambar yang paling sederhana dan saya minta anak-anak mengikuti. Apa yang saya gambar adalah persegi panjang yang melambangkan uang 1000 rupiah, gambar saya sendiri yang berupa lingkaran dan garis lengkung ke atas lambang orang tersenyum dan terakhir adalah gambar bangunan yang saya terangkan kepada mereka adalah gambar sekolah.

Saya sampaikan dengan bahasa sangat sederhana begini “Bapak ngumpulin uang pajak untuk membangun sekolah”.

Senyum terkembang di mata anak-anak, entah mereka senyum karena mereka mampu menangkap pesan yang saya sampaikan atau mereka tersenyum karena merasa saya lucu di depan kelas. Yang penting saya sudah mencoba menerangkan apa tugas saya dengan bahasa yang paling sederhana.

Kelas belum selesai, saya lanjutkan kelas dengan mengajak mereka bernyanyi. Tapi rupanya mereka tampak bosan bernyanyi dan anak-anak merajuk ingin menggambar lagi. Baiklah kali ini rupanya saya harus berperan sebagai Tino Sidin, saya ajak mereka menggambar lagi. Kali ini saya mengajak mereka menggambar bersama-sama.

Ketika saya mengguratkan gambar di papan tulis tiba-tiba suasana kelas memanas. Tangis meledak dari baris belakang. Duh apalagi ini ada yang menangis, belum reda tangisnya di sudut lain gerombolan anak laki-laki berlarian di dalam kelas, meloncat-loncat dan bahkan naik ke meja dan menari-nari di atas meja. Tak terbayangkan akan mengalami situasi seperti ini. Senyum makin kecut rasanya.

IMG_4264

Semua kejadian di dalam kelas ini membuat saya berpikir ulang bahwa sebagai Account Representative saya mungkin sudah dibekali ilmu yang cukup untuk melakukan penyuluhan, tapi sebagai seorang guru saya tak punya kemampuan apa-apa. Akhirnya satu persatu sudah selesai menggambar, saya datangi mereka satu persatu, saya ingat Tino Sidin saat memeriksa hasil gambar anak didiknya. Saya ingat Tino Sidin selalu memuji anak didiknya dengan kata-kata “bagus”, “benar” dan tak pernah mencela hasil karya anak didiknya.

Saya pun demikian, karya anak-anak Cimahpar ini memang bagus-bagus. Saya beri nilai mereka dengan kata bagus, mereka tersenyum, saya besarkan hati mereka dan semoga ini bisa menambah semangat bagi mereka. Anak-anak ini adalah tunas dan mereka harus terus dipupuk dengan semangat agar tunas-tunas ini tidak layu sebelum berkembang.

Bel berbunyi tanda kelas sudah usai. Anak-anak bersorak dan dalam hati saya lega karena tugas sudah selesai. Saya memimpin doa dan dalam doa saya berharap dengan sangat agar mereka tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas dan menjadi anak yang membanggakan negara nantinya. Mereka berebutan bersalaman dengan pak guru, beberapa dari mereka merangkul saya. Duh, air mata menetes tanpa sadar, saya salami mereka, saya usap kepalanya, saya beri kata-kata semangat dan mereka mencium tangan saya dengan senyum lebar, senyum bahagia.

IMG_4292

IMG_4290

Tantangan Baru, Mengajar Di Kelas 5 SD

Sesuai jadwal saya mendapat 2 kali sesi mengajar. Sesi kedua adalah mengajar anak kelas 5 SD, Mengajar anak kelas 5 SD tentunya berbeda dengan anak-anak kelas 1 sebelumnya. Mereka sudah memiliki penalaran yang lebih dewasa dan juga lebih cepat menangkap pesan yang disampaikan oleh pengajar. Saya memberikan materi yang berbeda dengan mengajar anak-anak kelas satu. Buktinya ketika saya tanya tentang pajak mereka ada yang berani menjawab. Ada yang sudah mengerti bahwa pajak adalah uang masyarakat. Kalau begini saya tinggal perdalam konsep pemahaman mereka tentang pajak.

Pemahaman tentang pajak pada anak kelas 5 SD saya jelaskan demikian. Ketika anak-anak membeli permen atau jajanan di warung, sebagian dari apa yang mereka belanjakan sudah termasuk pajak. Sehingga dengan jajan pun, anak-anak sudah menyumbangkan uang untuk pajak. Dengan begini anak-anak akan lebih mudah memahami pajak dan dengan membangun pemahaman bahwa dengan jajan pun anak-anak sudah bisa berkontribusi pada negara.

Sikap kritis anak-anak kelas 5 pun terbangun. Mereka kemudian rajin melontarkan pertanyaan, sinyal yang bagus bagi saya karena antusiasme yang mulai tumbuh. Saya pun kemudian melibatkan anak-anak kelas 5 dalam proses pembelajaran dengan turut memanggil beberapa dari mereka untuk maju ke depan.

IMG_4254

Di kelas 5 saya menyisipkan sedikit muatan motivasi dan letupan semangat agar mereka mampu bermimpi tentang masa depan mereka. Kelas Inspirasi memang mengamanahkan pada kami para pengajar untuk juga memberikan inspirasi dan motivasi pada anak-anak yang kami ajar. Kelas Inspirasi berharap bahwa sehari kami mengajar bisa memberikan anak-anak yang kami ajar ini inspirasi untuk seumur hidup mereka.

Pada akhirnya saya kisahkan perjuangan saya bagaimana saya berjuang untuk menjadi seorang PNS Direktorat Jenderal Pajak, bagaimana saya harus pontang-panting kuliah jauh dari orang tua sampai lulus dan diangkat menjadi PNS. Dan rupanya anak-anak ini tertarik dengan kisah yang saya ceritakan. Mata mereka berbinar terang, semoga binar terang mereka adalah wujud bahwa mereka sudah mulai punya mimpi yang akan digantungkan tinggi-tinggi di langit.

Ketika sesi selesai kemudian saya tanya satu-satu akan jadi apa mereka nanti. Ada yang menjawab polisi, ada yang menjawab tentara, ada juga yang menjawab menjadi guru. Ah, senang rasanya mereka memiliki impian setinggi langit. Mendengar mereka mulai berbagi mimpi saya kemudian tinggal mendorong mereka. Menyemangati mereka agar terus memperjuangkan mimpi mereka hingga terwujud kelak. Di akhir saya minta mereka menulis pada selembar kertas tentang mimpi-mimpi mereka, kelak Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi mereka.

IMG_4260

IMG_4268

Konklusi

Matahari tepat diatas kepala ketika bel tanda pulang sudah dibunyikan, saya berpamitan dengan anak-anak kelas 5 SD disertai dengan sesi foto bersama. Centil-centil sekali mereka, berpose bak model di depan kamera. Para murid pun berbaris satu persatu menyalami saya sebagai guru dan melangkah pulang.

Semua pengajar kemudian melakukan evaluasi dan bertemu dengan guru – guru di SD Cimahpar 5. Kami saling bertukar pikiran dan berdiskusi tentang pengalaman tadi. Bagi saya sendiri, sehari menjadi guru saya justru mendapat banyak sekali pelajaran. Dari siswa-siswa SD Cimahpar 5 yang selalu positif. Dari guru-guru yang tersenyum tulus. Diingatkan untuk selalu optimis dalam momen sehari ini. Ada beberapa hal yang bisa saya catat terutama dalam mengajar anak-anak, dimana saya diharuskan belajar improvisasi dan mungkin bisa diterapkan dalam pekerjaan saya sebaga Account Representative untuk tidak monoton dalam melakukan penyuluhan.

Awalnya saya sempat jeri, di akhir saya lega luar biasa. Terbersit pikiran bahwa lebih baik saya diminta adu argumen dengan Wajib Pajak paling bandel sekalipun daripada harus mengajar anak-anak SD ini. Bayangkan, sehari menghadapi tingkah polah mereka yang kadang membuat gemas saja sudah luar biasa rasanya, apalagi guru-guru mereka yang menghadapi tingkah polah mereka setiap hari.

Pada akhirnya saya sendiri yang belajar dari Kelas Inspirasi. Belajar untuk meraih mimpi dan bekerja keras. Sebagai fiskus adalah tanggung jawab kita juga untuk menjamin anak-anak ini untuk terus maju, menjamin mereka bisa mendapatkan pendidikan yang layak, tempat sekolah yang representatif dan menjamin mereka meraih masa depannya. Sebagai fiskus, kita adalah tulang punggung mereka untuk menggapai mimpi-mimpinya.

Tabik

Post Scriptum : semua foto adalah properti dari Kelas Inspirasi. semua foto adalah foto anak-anak kelas 1 SDN Cimahpar 5 Kota Bogor.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

8 KOMENTAR

  1. Dengan mencoba profesi orang lain terutama guru sekolah dasar, kita semakin diingatkan bahwa kita tidak boleh mudah mengeluh dengan rutinitas sehari2, entah itu berkas yang menumpuk atau target penerimaan. Yang kita hadapi sehari2 jika dibandingkan dengan penghasilan yang kita terima sekarang mungkin tidak sebanding dengan para guru di pedalaman sana yang berjuang setiap hari untuk mengajarkan ilmu pada murid2nya
    Mudah-mudahan setiap posting yang ada di blog ini dapat memberi pencerahan bagi kawan-kawan kita semua di seluruh pelosok negeri
    Ya bagus sekali mas Sinchan atas tulisannya…#alaTino Sidin

  2. Aku sebenernya pengen ikut berpartisipasi di acara ini, namun waktu itu bentrok. Bhiks.
    Bacanya senang 🙂 semoga apa yang dibagi bisa jadi cambuk buat anak-anak itu makin giat belajar 🙂

  3. alhamdulillah mas. saya barusan tadi siang menyelesaikan tugas itu. saya kebagian di kelas inspirasi gresik. tepatnya di sdn sukomulyo 1 manyar gresik. kebetulan saya single fighter, sebab 2 orang relawan lainnya tidak hadir. untungnya panitia cukup sigap untuk membuat fun game untuk kelas lainnya.

    sangat heboh dan menggairahkan. inspiratif.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here