1457688_697306036946634_148646195_n
Ifan dan murid-muridnya.

Pagi ini saya tertegun ketika mendapat pesan dari teman SMA saya, Ifan. Pesannya singkat, tapi cukup membuat saya berjam-jam terdiam. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk menulis ini. Begini pesan dari Ifan :

“Chan, bisa bantu aku? Sekolah ku butuh buku”

Perbincangan lalu mengalir panjang lebar. Ifan adalah sahabat saya, di SMA kami sama-sama aktif di Pramuka. Karena Ifan lebih rajin dan tangkas, dia bisa ikut Raimuna Nasional, membawa bangga nama sekolah. Sementara saya yang serampangan dan seenaknya di Pramuka, paling mentok hanya membentak-bentak dan membuat adik-adik kelas menangis ketakutan.

Lulus SMA, Ifan menuruti garis takdir keluarganya sebagai guru. Tampaknya guru, profesi yang mulia bagi kalangan orang Jawa tulen, sampai-sampai ditinggikan dengan kepanjangan digugu lan ditiru. Bahwa seorang guru adalah pemberi contoh dan teladan bagi masyarakat luas. Lulus dari Universitas Negeri Yogyakarta, Ifan dengan gagah memakai seragam gurunya, mengajar di tempat kelahirannya, di Magelang. Ifan tampaknya bahagia dengan kehidupannya sebagai guru, istrinya pun guru dan beberapa bulan lalu baru melahirkan anaknya, saya tidak tahu, mungkin di masa depan anak mereka berdua juga akan jadi guru.

Menjadi PNS dan guru tidak membuat Ifan menyerah pada sistem. Dia mungkin tipe-tipe PNS yang lurus dan idealis, PNS yang enggan menyerah pada kondisi tempatnya mengajar. Jika menyerah, mungkin dia akan merasa bersalah pada anak didiknya. Dengan keterbatasannya dia berjuang, buktinya dia berusaha mengupayakan buku-buku anak didiknya. Atau bukti lain lagi, beberapa waktu lalu dia memasang foto di halaman facebook-nya, Ifan dan murid-murid SD-nya memenangkan sebuah lomba tingkat kabupaten.

Mari saya ceritakan kondisi sekolah tempat Ifan mengajar. Nama sekolahnya SD Negeri Growong, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang. Lokasinya 1 jam dari Kota Magelang, yang dianggap pusat metropolitan orang-orang Magelang. SD ini sudah berdiri sejak jaman kemerdekaan, tapi rupanya kondisi pun masih tak beranjak dengan kondisi di era awal kemerdekaan.

Tapi 1 jam di Magelang adalah jarak yang jauh untuk ditempuh, dengan medan yang kata Ifan

 “Jalannya pernah diaspal”

Saya ulangi lagi? “Pernah diaspal?”

“Maksudnya berlubang disana-sini, dan naik turun, curam lagi.” Begitu maksud Ifan.

Begini, SD ini SD Negeri, harusnya tiap tahun mendapatkan dana operasional dari pemerintah berupa dana BOS. Tapi mungkin alokasi dana BOS sekolah tempat Ifan mengajar sudah dialokasikan untuk hal-hal lain. Sehingga tidak ada alokasi dana lagi untuk pengadaan buku-buku bagi murid-muridnya.

Buku-buku yang ada di SD negeri ini paling baru adalah keluaran tahun 1990, itupun buku pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila), mata pelajaran yang bahkan sudah dilikuidasi dari mata pelajaran di republik ini. Buku lainnya, paling pol keluaran tahun 1982, buku yang umurnya lebih dari 20 tahun, yang mana saya saat itu pun belum lahir.

Ifan menambahkan, kalau buku pelajaran untuk siswa ada yang baru. Hanya SD ini butuh buku pendamping buku pelajaran, agar minat anak-anak untuk membaca itu bertambah. SD ini butuh buku cerita, butuh ensiklopedi, butuh buku pengetahuan, butuh majalah anak-anak, butuh buku latihan soal. Bayangkan, di tahun 2013, anak-anak di SD ini masih membaca buku keluaran awal tahun 1982-an? Bagaimana anak-anak ini hendak maju, jika yang dibaca adalah pengetahuan masa lalu yang mungkin sudah usang sekarang.

1425669_711681952175709_134354652_n

1459893_711682928842278_308618761_n

Belum lagi jika menceritakan kondisi sekolahnya sendiri. Rehab terakhir di SD ini terjadi pada tahun 1995, 18 tahun yang lalu. Sekarang? Dari 6 ruang, hanya 3 ruang kelas yang layak. Sisanya? Memprihatinkan dengan pondasi yang rusak. Atap dan dinding dan juga ikut rusak. Dan anak-anak harus belajar dalam kondisi seperti ini? Sementara soal perpustakaan, perpustakaan harus berbagi ruang dengan UKS dan Mushola. Buku berbagi tempat dengan sarung, mukena dan obat-obatan. Lemari perpustakaannya? Sudah uzur dan hampir habis dimakan rayap.

Ifan sadar dia seorang abdi negara, bekerja untuk pemerintah. Tapi di hati nuraninya dia adalah seorang pendidik, dia mendahulukan kepentingan murid-muridnya dan tak mau hanya bergantung dan menunggu pemerintah. Dia harus bergerak, dia harus mengusahakan agar murid-muridnya tidak tertinggal, Ifan ingin cakrawala murid-muridnya maju. Caranya? Dengan buku-buku baru yang layak baca untuk mereka, menggantikan buku yang sudah usang dari 20 tahun yang lalu.

Saya ingin membantu Ifan, dan ingin teman-teman turut membantu Ifan. Saya kira jika negara tidak bertindak, maka rakyatlah yang harus bergerak. Bukan soal ini sebenarnya wewenang negara atau bukan. Mari kita enyahkan argumen bahwa seharusnya negara yang memfasilitasi. Mari bergerak untuk membantu anak-anak ini dengan membantu buku-buku bagi mereka. Karena sesungguhnya yang utama adalah kita harus membela kepentingan pendidikan anak-anak ini.

Tabik.

Untuk penyaluran sumbangan berupa buku, silakan dikirim melalui alamat :

Ifan Mustika Rinaldi
Guru SD Negeri Growong.
Desa Growong, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, 56161

Atau jika ingin langsung menghubungi Ifan, bisa menghubungi beliau melalui akun facebooknya -> Ifan Mustika Rinaldi atau nomor telepon : 081931731851

Atau jika ingin menyalurkan melalui saya, silakan kirim melalui alamat :

Farchan Noor Rachman
KPP Pratama Garut
Jl. Pembangunan No. 224, Garut.

Jika melalui saya, akan saya salurkan buku tersebut pada tanggal 28 November 2013.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

11 KOMENTAR

  1. Jadi yang paling diperluin bukan buku untuk mata pelajaran di sekolah ya? Mereka butuh buku cerita dan ilmu pengetahuan yang lain kan? Aku coba kumpulin dari saudara n temen2ku ya. Ntar aku kontak kalau mau kirim kesana 🙂

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here