Tangkapan layar penuh 20012014 94352.bmp

Ada 1 situs yang selalu ada di tab bookmark apapun browser saya, itu adalah Jakartabeat.net. Adalah Jaki (@masjaki) yang mengenalkan saya dengan situs ini. Awalnya dulu saya senang membaca tulisan-tulisan Jaki di Jakartabeat. Dari situ kemudian saya menekuni situs ini dengan lebih serius, membaca tulisan-tulisan bernas penulis-penulis muda yang lain. Rupanya situs yang dimulai oleh Mas Philips Vermonte dan Taufiq Rahman ini lantas menjadi situs favorit saya.

Saya menekuni Jakartabeat adalah di awal-awal saya bekerja. Jakartabeat mengisi kekosongan di masa kuliah, keterbelakangan saya tentang musik, karena dulu di kampus musik seolah menjadi dominasi sebuah film dan sumber pengetahuan tentang film hanyalah dari teman-teman ukm film di kampus. Saya pun menjadi melek sastra, mengerti apa itu pemberontakan-pemberontakan kaum muda, tentang kritik-kritik sosial dan perkembangan dunia seni budaya terkini. Jakartabeat membuka cakrawala dan sadar betapa pemikiran saya sangat terbelakang ketika di bangku kuliah.

Tak pernah rasanya saya membayangkan menjadi kontributor media sekelas Jakartabeat, saya sudah cukup puas menjadi pembacanya. Saya bukan penulis dan sadar kapasitas tulisan saya, maksudnya di saat penulis-penulis di Jakartabeat sudah menulis dengan sangat bagus, saya bahkan baru saja mulai menulis. Saya selalu larut membaca tulisan-tulisan Mas Philips, Mas Taufiq, Jaki, Nuran, Priambodo Nugrowo, Mas Prys, Ardi Wilda dan lain-lainya yang sulit disebutkan karena saking banyaknya kontributor. Mereka menulis berbagai macam sekali, seperti bebas, lepas dan mengutarakan pikirnya dengan begitu gamblang.

Sampai akhirnya pertengahan 2012, ketika lewat Jaki tulisan saya tentang rokok di facebook kemudian diusulkan ke Mas Taufiq untuk diunggah ke Jakartabeat. Saya benar-benar kaget tak terkira, saya awalnya menulis itu hanya sebagai curhatan karena timpangnya pemberitaan soal rokok, dimana saya berada di pihak petani tembakau yang tenggelam dalam arus besar perseteruan antara mereka yang pro-rokok dan kontra-rokok. Saya, yang tak pernah membayangkan menjadi kontributor Jakartabeat, sampai tak tahu bagaimana meluapkan rasa gembiranya.

Sebagai kontributor saya merasa beruntung sekali, Jakartabeat adalah semacam koloni penulis-penulis yang tak henti berbagi. Saya banyak belajar disini, istilahnya dibimbing, lewat diskusi-diskusi panjang, lewat kritik-kritik, saya hanyut dalam itu walaupun kadang saya hanya diam tak bisa menanggapi, saya seperti seorang murid yang “mlongo” melihat diskusi ilmu para guru, sungguh mengasyikkan larut di dalamnya. Saya yang selalu merasa tulisan saya biasa-biasa saja, tidak bisa menggunakan metafora atau menukik kanan – kiri cantik seperti kontributor Jakartabeat yang lain, saya memposisikan diri sebagai pembelajar yang tekun dari kontributor lain.

Tapi saya sekarang sudah jarang menulis untuk Jakartabeat, kesibukan tentunya kambing hitam utama, selain itu rasanya saya makin menua, belum menemukan lagi isu apa yang cocok untuk Jakartabeat. Namun saya selalu merasa tidak menua jika membuka tulisan demi tulisan di Jakartabeat, menarik gelora pemberontakan di dalam diri saya. Saya kira Jakartabeat bagi saya adalah pemberi sedikit ruang ketidakmapanan dalam hidup saya yang di beberapa sisi sangat membosankan dengan berbagai keteraturan.

Selamat ulang tahun yang keempat Jakartabeat, usia keempat memang masih muda namun semoga Jakartabeat terus trengginas dengan isu-isu yang diusung dan melahirkan penulis-penulis muda yang bernas.

Tabik.

Tulisan pertama di Jakartabeat : Tangan-tangan Siapa di Rokok Anda? 

 

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here