DSC_0122

Ketika mendengar Desa Bayan rata-rata orang-orang hanya tahu tentang Masjid Bayan Beleq. Masjid ini memang menjadi icon Bayan dengan segala macam cerita di baliknya. Desa ini terletak di Lombok Utara, jaraknya 75 kilometer dari Mataram. Menuju Bayan berarti menyusuri jalanan di tepi laut, pemandangan nyiur dan biru laut menemani sepanjang jalan. Mendekati Bayan, sudah disambut dengan keagungan Rinjani dari kejauhan.

Penduduk Desa Bayan mayoritas agraris, mereka bertani dan berkebun. Tak heran di sekeliling Desa  Bayan masih terhampar permadani sawah padi nan hijau dan hutan-hutan penyimpan air yang masih rimbun. Masyarakat bergantung pada hutan tersebut untuk mengairi sawah-sawah mereka. Itulah mengapa penduduk Bayan memiliki awiq-awiq/aturan adat untuk menjaga hutan mereka.

Orang-orang Bayan juga teguh memegang adat, mereka menganut Wetu Telu, sebuah ajaran yang sering disalahpahami oleh orang luar Bayan. Banyak yang tidak mengira bahwa Wetu Telu adalah versi Islam tradisional dari orang-orang Bayan, banyak yang bilang sholat – nya hanya 3 kali dan sebagainya. Tapi tentunya itu salah besar, orang-orang Bayan penganut muslim yang taat, mereka shalat 5 kali sehari seperti muslim lainnya. Wetu Telu adalah pedoman adat, tidak ada sangkut pautnya dengan agama, dengan Wetu Telu mereka mengatur kehidupan duniawi, pemerintahan dan adat mereka.

Dari sekian hal yang menarik di Bayan ternyata banyak yang belum diketahui oleh khalayak. Mayoritas orang ke Bayan memang hanya mengunjungi Masjid Bayan Beleq dan itupun kebanyakan turis mancanegara, sedikit sekali orang lokal yang kemudian mampir ke Masjid Bayan Beleq. Keberadaan Bayan memang tenggelam dengan keberadaan desa sebelah, Senaru yang lebih terkenal karena menjadi pintu masuk ke maha gunung Rinjani.

Melirik potensi yang ada di Desa Bayan, sebenarnya desa ini mampu menjadi objek wisata budaya baru di Kabupaten Lombok Utara. Dengan kondisi alam yang cantik, adat yang masih terjaga serta kehidupan pedesaan yang sederhana, Bayan sangat sempurna untuk dijadikan objek wisata baru. Dan kemudian itulah yang dilakukan oleh masyarakat Desa Bayan 2 tahun belakangan, mereka mulai berbenah demi kemajuan Desa Bayan.

Adalah British Council yang bermitra dengan masyarakat untuk membangun Desa Bayan. Masyarakat ingin Desa Bayan maju, British Council pun demikian, ada 1 visi yang sama dimana baik British Council maupun masyarakat ingin pariwisata bisa membangkitkan Bayan. Pariwisata memang memiliki 2 sisi mata uang, bisa memajukan suatu daerah dengan pesat tapi bisa jadi bumerang bila tidak dikelola dengan benar. Jalan tengahnya adalah membangun konsep wisata berkelanjutan, dengan demikian pariwisata bisa berkembang dan masyarakat sendiri yang akan mendapatkan manfaatnya.

Maka pembangunan fisik saja tidak cukup, manusianya pun harus dibangun agar masyarakat kelak turut maju dengan pariwisatanya sendiri. Maka inisiatif-inisiatif dari masyarakat Bayan kemudian difasilitasi agar mereka tak hanya jadi penonton di desa sendiri. Dibentuklah kelompok guide dari masyarakat setempat, para remaja yang bersemangat inilah yang kelak akan memajukan desanya sendiri, selain itu mereka belajar juga bahasa Inggris agar semakin profesional.

Selain guide, sentra-sentra baru wisata di Bayan mulai dikembangkan seperti telusur hutan, mengunjungi pusat tenun ikat, mempelajari adat sampai kesenian daerah berupa tari-tarian. Desa Bayan sedang bersolek untuk masa depan mereka sendiri, saya sendiri melihat ada cahaya menyala-nyala dari para pemuda dan penduduk desa yang menginginkan Bayan lebih berkembang daripada sekarang.

Ini adalah awal untuk perkembangan Bayan. Masyarakat punya hasrat untuk memajukan desanya sendiri, dengan upayanya sendiri dan saya kira, perjuangan mereka dimulai sekarang. Bayan layak untuk bangkit dan maju menjadi pusat wisata baru. Dan mari kita terus berdoa supaya dalam beberapa tahun ke depan, kita akan mendengar Bayan sebagai desa wisata yang ramai dikunjungi wisatawan.

Tabik.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here