DSC_0308_opt
Ping dan Chang. Anak dan bapak pemilik Shangrila Leisure Farm

Ketika sarapan di hari kemarin, tiba-tiba rombongan kami disapa oleh seorang tua dengan rambut memutih semua, tampilannya sangat sederhana dan tampak semakin bersahaja dengan senyumnya yang lebar serta ramah pada semua orang. Leo, pemandu kami lantas mengenalkan kami semua pada orang tua itu, namanya Chang. Di balik tampilan sederhananya, ternyata Chang adalah pemilik Shangrila Leisure Farm yang kami tempati.

Chang, yang usianya sudah beranjak enam puluh tahun sekarang tidak terlalu banyak bicara, dia lalu sibuk dengan kegiatannya mengawasi seisi resort, berkeliling ke sana ke sini memastikan semuanya berjalan dengan baik. Tapi sapaan sederhananya pagi kemarin membuat impresi mendalam dan takzim hormat dari kami.

Siang harinya kami berjumpa dengan Ping, anak kedua Chang yang disehari tugas manajemen resort sehari-harinya. Chang memiliki dua anak bersaudara, Ping dan adiknya yang masih kuliah. Ping inilah yang sedang dididik Chang untuk menjadi pengganti Chang, menjadi pemimpin di resort ini. Karena Chang sibuk berkeliling resort, Ping-lah yang kemudian menemani kami tour berkeliling resortnya.

Kisah Dua Puluh Tahun Membangun Resort

Shangrila Leisure Farm ini dibangun bertahun-tahun oleh Chang, perjuangannya yang mencintai dunia pertanian kelak membuatnya dikenal dengan nama Farmer Chang atau Chang si Petani. Lahir dan besar di Dong-Shan, Chang kemudian menjadi seorang pegawai pemerintah. Tapi rupanya kecintaan pada dunia pertanian lebih kuat sehingga Chang memilih keluar dari tempatnya bekerja dan rela berkubang tanah menjadi seorang petani.

Perjuangan membangun resort miliknya patut diacungi jempol, prosesnya lama dan dimulai dua puluh tahun yang lalu. Chang yang bertekad membangun kampung halamannya kemudian membangun kompleks perkebunan sederhana, menanam buah-buahan di bukit-bukit Dhong Shan. Tanahnya pun hanya berstatus sewa dari Pemerintah Taiwan, semuanya bermodal kecintaannya pada dunia tanam menanam.

DSC_0260_opt
Area Shangrila Leisure Farm

Kegiatan berkebun ini menjadi pengisi hari dan penghasilan utama Chang. Namun usahanya sedikit limbung karena bergabungnya Taiwan dengan WTO. Masuknya Taiwan sebagai anggota WTO membuat usaha Chang sedikit limbung karena hasil kebunnya tak lagi mampu bersaing dengan produk impor yang masuk ke Taiwan dnrgan masif. Rata-rata petani tradisional Taiwan bernasib sama, lagipula areanya yang kecil membuat hasil kebun domestik tak punya ruang gerak, terdesak hasil kebun produk impor.

Akhirnya Chang berinovasi, dia membuka perkebunannya untuk wisatawan. Awalnya sangat sederhana, Chang memungut uang bagi mereka yang memetik hasil kebunnya. Lambat laun pengunjung makin banyak, mereka adalah orang-orang dari perkotaan Taiwan yang mencari ruang gerak untuk bersantai di hari libur. Banyak pengunjung yang kemudian meminta Chang membuat restoran, akhirnya dibukalah restoran untuk para pengunjung. Tentunya menunya disesuaikan dengan bahan – bahan yang tersedia dari kebun Chang.

Usaha Chang ini rupanya mendapat perhatian, kala itu saat usaha ini masih berkembang, upaya yang dilakukan Chang dianggap sebagai pelopor usaha agribisnis baru di Taiwan. Chang adalah inovator bagi usaha agrowisata di Taiwan. Lama kelamaan area yang dikelola Chang ini kemudian makin besar dan total mencapai 17 hektar dengan kompleks yang sangat lengkap, mulai areal perkebunan, taman, restoran sampai kamar-kamar setara hotel berbintang untuk akomodasi pengunjung.

Usaha keras Chang selama dua puluh tahun ini berbuah manis, sesuai namanya Shangrila, tempat ini menjadi tempat tetirah yang dicari banyak orang. Bahkan menurut Ping, resortnya pun sudah dikenal di mancanegara, tingkat huniannya tinggi, rata-rata turis dari Singapura, Malaysia dan Cina Daratan yang berwisata di resort ini. Sekarang resort ini menjadi pelopor dalam konsep leisure farm yang baru dikembangkan di Taiwan.

Shangrila Leisure Farm, Resort Kebanggaan Chang

Resort ini kira-kira total jenderal seluas 17 hektar dan dibagi menjadi 2 kepemilikan. Satu bagian adalah properti pribadi Chang sementara bagian lainnya adalah lahan yang disewa Chang dari pemerintah. Lokasinya persis di atas bukit, dengan atap-atap bangunan berwarna merah dan bentuk bangunan persis tempat tetirah di Eropa. Ketika kami datang, resort ini tampak sibuk dengan pembangunan. Memang resort ini terus berekspansi karena makin banyak tamu yang datang.

Area resort terdiri dari beberapa bagian, yang pertama adalah area kebun, luas sekali, isinya macam-macam dari bunga-bungaan sampai beragam buah-buahan. Area dua adalah area restoran dan hotel, di sinilah tempat para tamu menginap dan beristirahat. Untuk area ini saya acungi jempol, penataan interiornya apik sekali, didominasi unsur kayu, setiap jendela kamar memiliki pemandangan langsung ke lembah-lembah di Dong-Shan.

DSC_0328_opt
Lobby Shangrila Leisure Farm

Tarif menginap di sini dimulai pada angka 2800 New Taiwan Dollar (kurs 1 NTD = 392 Rupiah) untuk dua orang pengunjung. Dengan fasilitas yang didapatkan adalah akomodasi, sarapan, tiket masuk area kebun sampai sesi aktivitas malam seperti melepas lampion dan api unggun. Jika dikurskan saya kira ini cukup murah dengan fasilitas sedemikian banyaknya.

Yang paling membuat saya kagum dengan resort ini adalah komitmennya untuk membuat resort yang ramah bagi umat muslim. Ping menjelaskan tamu-tamu muslim yang datang cukup banyak, mayoritas dari Malaysia. Itulah sebabnya Ping tak main-main melayani mereka, hidangan yang disajikan adalah hidangan halal, ditandai dengan cap halal pada piring-piringnya. Tak kurang Ping menunjukkan sertifikasi bahwa restoran yang mereka punyai ramah terhadap muslim yang dikeluarkan oleh The Chinese Muslim Association.

DSC_0315_opt
Sajian halal di restoran Shangrila Leisure Farm.

Ping dengan ramah mengajak kami berkeliling ke area kebun. Area ini berada di sebuah bukit sendiri, areanya dari bawah bukit sampai puncak, bahkan di punggungan bukit dengan kemiringan yang curam pun tak dilewatkan, semua tidak lepas ditanami beragam tanaman . Bagian favorit dari area kebun adalah drum tower, menara pandang yang berada di puncak bukit, dengan area pandang lembah-lembah Dong-Shan. Menurut Ping, area ini disukai karena pengunjung bisa berpuas diri memukul bedug yang ada di menara, untuk melepaskan stress katanya.

Saya justru punya tempat favorit lain, area ayunan. Di puncak bukit tak jauh dari drum tower terdapat ayunan dengan view langsung lembah. Rasanya mendebarkan sekaligus membawa rasa kagum. Saat berayun mata kita tak bisa lepas dengan panorama indah di bawah sana. Berayun di ketinggian ditemani desau angin sembari menikmati panorama nan hijau membuat saya benar-benar berada di Shangri-la.

DSC_0250_opt
Area Kebun Shangrila Leisure Farm. Tampak dari kejauhan adalah Drum Tower
DSC_0223_opt
Pohon Tinggi di Area Kebun
DSC_0230_opt
Area Ayunan dengan view menawan

Konsep Sustainable Travel Yang Terus Dikembangkan

Leo, pemandu kami dari Taiwan Leisure Farms Development Association menjelaskan bahwa selain aspek bisnis, Chang juga menerapkan community development dalam pengembangan resort-nya. Ini selaras dengan tujuan awal Chang untuk mengembangkan kampung halamannya. Prinsip pertama yang dipegang Chang adalah menggunakan semua bahan lokal yang ada, untuk restorannya Chang bersikeras harus memakai hasil kebun sendiri, jika hasil kebun tidak mencukupi, Chang kemudian membeli dari petani-petani lokal di sekitar, dengan demikian para petani lokal pun bisa terus berkembang dan memiliki penghasilan yang bagus.

Perkebunan dan pertanian Chang memang dikelola dengan manajemen dan sistem yang modern, namun Chang tetap mempertahankan cara tradisional untuk merawat tanaman-tanamannya. Ya, semua tanaman di kebun Chang adalah tanaman organik, bebas dari bahan-bahan kimiawi. Ini membuat sayur dan buah dari kebun Chang sangat segar dan bisa langsung disantap tanpa takut-takut dengan kandungan kimia di dalamnya, pun dengan sistem organik ini lingkungan di sekitar perkebunan dijamin tetap terjaga kelestariannya.

Chang memang pelopor dan yang paling sukses di Dong-Shan, tapi Chang tidak lupa dengan impiannya untuk membangun kampung halamannya. Chang lantas menjalin hubungan dengan kebun-kebun di sekitar resortnya, membuka tour-tour lintas perkebunan. Ini membuat pengunjung memiliki banyak pilihan sekaligus membantu mengangkat perkebunan-perkebunan lain di Dong-Shan.

DSC_0201_opt
Student Trip dari Filipina. Siswa – siswa ini selama 3 minggu tinggal di resort.

Ping, anak tertuanya yang juga penerus Chang kelak pun turut membawa semangat ayahnya. Jika para pemuda-pemuda di Taiwan memilih untuk kerja di kota besar alih-alih tinggal di desa, Ping sebaliknya. Ping yang seorang IT Specialist lebih memilih kembali ke kampung untuk membangun kampungnya. Menurut Ping, dirinya ingin menyediakan solusi bagi Taiwan yang mengalami kesenjangan tenaga kerja dimana orang-orang muda lebih memilih meninggalkan kampung dan pergi ke kota, dan di kampung hanya tinggal generasi tua. Ping ingin membukakan mata bahwa jika anak muda tinggal di kampung, maka anak-anak muda itulah yang bisa memajukan kampung. Senada dengan Chang yang dua puluh tahun lalu memilih tinggal di kampung, Ping pun memilih menemani ayahnya membesarkan resort sekaligus membesarkan kampungnya.

Konsep edukasi dan budaya pun tak dilupakan Chang. Ping menunjukkannya pada kami dengan membawa kami mengunjungi ruang kelas yang dimiliki Shangrila. Kala itu kelas dipenuhi oleh siswa-siswa sekolah dasar dari Filipina yang mengadakan field trip selama tiga minggu di sini. Selama berada di sini, mereka akan belajar budaya Cina, teknik pertanian sampai beragam kerajinan. Ping melanjutkan bahwa selain siswa-siswa di Filipina, mereka juga sering dikunjungi siswa-siswa dari Singapura dan Malaysia, datang untuk belajar banyak hal di resort.

Selain itu, Shangrila Resort juga aktif mengundang sekolah-sekolah di Yilan bahkan seantero Taiwan untuk datang dan belajar tentang pertanian. Chang ingin agar generasi muda di Taiwan mengenal lebih dekat dengan dunia tanam menanam. Saya merasa, konsep ini bagus sekali, masalah Taiwan sama dengan di Indonesia, di mana pertanian dan perkebunan dipandang sebelah mata dan dianggap tidak seksi di mata anak-anak mudanya.

Beberapa pegawainya pun merupakan mahasiswa-mahasiswa yang magang di tempatnya, beberapa dari Malaysia dan Singapura. Saya berbincang dengan salah satu diantaranya, seorang mahasiswi dari Malaysia. Dia berencana magang enam bulan, di resort dia diajari banyak sekali tentang proses berkebun dan memilah jenis tanaman. Selain itu dia juga merangkap guide bagi tamu-tamu dari Malaysia yang datang, sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Chang terbantu, mahasiswa ini pun dapat ilmu.

DSC_0202_opt
Gasing Taiwan

Saya sempat mencoba gasing di resort. Ada arena gasing yang luas yang bisa digunakan, disediakan juga gasing-gasing yang merupakan mainan tradisional Taiwan. Bentuk gasingnya besar, terbuat dari kayu keras. Jika ingin memutar maka harus dihentak keras-keras agar dapat berputar sempurna. Selain itu kami rombongan trip juga mencoba membuat rice ball, makanan ringan semacam mochi yang dibuat dari tepung beras yang dilumuri cairan gula.

Sisi tradisional memang lekat di resort, tak ingin melepaskan tradisi Chang membawa banyak tradisi Cina di resort. Selain mainan tradisional, Chang juga memasang banyak puisi-puisi mandarin klasik di area resort-nya. Kemudian ada pertunjukan wayang, agak mirip dengan wayang potehi di Indonesia. Lantas ada juga orang-orangan sawah tradisional yang dipasang di pintu masuk. Semangat Chang menyongsong modernitas tanpa meninggalkan tradisi memang selaras dengan prinsip hidup orang Cina, Yin dan Yang, semua harus selaras dan seimbang tanpa harus mengorbankan yang lain.

Taiwan yang selama ini dikenal dengan negara tempat pabrikan-pabrikan elektronik rupanya juga menyimpan sisi tradisional yang terus dijaga dan dipegang. Orang-orang seperti Chang inilah yang menjadi penyeimbang, seorang inovator yang menunjukkan bahwa pertanian, tradisi pun bisa terus maju mengimbangi modernitas yang berlari cepat di Taiwan. Chang memang inovator, di usianya yang kepala enam Chang masih terus berkembang, bahwasanya perkebunan pun bisa maju, tak hanya maju secara ekonomi tapi juga membuat sebuah daerah menjadi berkembang maju.

Tabik.

NB : Trip ini terlaksana atas undangan Smailing Tour  yang bekerja sama dengan Taiwan Leisure Farms Development Association.

Shangrila Leisure Farm

No. 168, Meishan Rd, Yilan County, Taiwan

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

6 KOMENTAR

  1. Terima kasih ya Farchan, sudah diperkenalkan dengan Chang si Petani dan Ping si pemuda desa yang berbangga. Perjalanan kali ini tampak menyenangkan betul. Ditunggu catatan-catatan Taiwan berikutnya ya 🙂

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here