DSCF4931
Aulia dan Mediawan. PNS muda yang rajin menulis untuk membuat perubahan.

 

Menjadi PNS seperti bermain-main dengan kotak kebosanan. Birokrasi yang seperti ular tangga yang tak ada habisnya, sehingga para PNS ibarat tikus yang bermain roda putar, hanya bergerak di situ saja, bergerak tapi diam, dinamis tapi statis.

PNS memang seperti burung murai yang dikonteskan. Dikurung dan diminta berkicau indah, jika tidak mampu berkicau indah maka tidak akan dianggap. Ya begitulah dunianya, menjadiΒ  abdi negara memang identik dengan kekakuan, sendika dhawuh, kritik disimpan di bawah ketiak dan mulut harus berkata yang bagus-bagus.Kekakuan yang muncul karena birokrasi inilah yang membuat orang-orang cemerlang di birokrasi terlambat muncul. Selain itu ada juga kata senioritas, di mana yang tua dianggap berpengalaman dan lebih kompeten untuk menduduki suatu jabatan, lantas dimanakah anak muda? Menjadi pupuk bawang dan menua di sudut ruangan tanpa berbuat apa-apa.

Apa hal demikian akan terus terjadi?

Banyak kaum muda yang enggan terjebak dalam dunia birokrat yang tak bergerak, memilih keluar, lalu melaju cepat. Sementara yang muda dan masih memiliki idealisme hanya ada dua pilihan, teguh dengan pilihan dan tersingkirkan, atau memilih opsi kedua menutup mata, menjadi diam lantas hidup dalam kepalsuan.

Jika kondisinya demikian maka sampai kapanpun dunia birokrat akan sekarat. Sedikit inovasi, sedikit improvisasi. Anak-anak muda dengan semangat menggelora dengan ide-ide baru hanya didiamkan saja atas nama sistem.

Lantas apakah kita hanya akan menyerah pada sistem karena sesungguhnya kita memiliki pilihan, diam berkerak mengikuti sistem atau dengan usaha sendiri mencoba memperbaiki sistem? Saya memilih yang kedua, saya memilih terus bersuara, saya memilih untuk berkata jujur atas apa yang terjadi, saya memilih mengoreksi, saya memilih memperbaiki. Tentunya dengan cara saya sendiri, dengan tulisan.

Ada yang bilang bahwa kata adalah senjata, maka saya yakini itu. Tulisan adalah alat untuk mengubah sesuatu, alat untuk membuat hal yang sebelumnya jelek menjadi lebih baik. Tulisan adalah alat menggelar gagasan, alat untuk menembakkan ide-ide segar.

Jika merasa idenya tidak disetujui, tuliskan! Supaya ide tersebut tidak hilang, supaya ide tersebut tidak menguap bersama rasa kesal karena penolakan. Sebarkan! supaya ide tersebut barangkali bisa bermanfaat untuk orang lain. Jangan merasa putus harapan karena ide diberangus. Ya, saya tahu, mayoritas atasan kita memang belum terbuka dengan ide baru, mereka tidak progresif dan belum mampu membuka diri, maka tuliskan ide, buatlah perubahan dengan ide-ide yang muncul.

Takut?

Saya juga demikian, saya pernah takut. Takut karir dihambat, takut atasan tidak suka. Wajar, tapi apa tidak lebih takut jika diri tidak jujur? Apa tidak lebih menyiksa hidup dalam kepalsuan?

Maka tuliskan dengan benar, jangan menyerang, mengkritiklah dengan memberikan solusi. Tulislah dengan runtut dengan logika. Tuliskan tulisan yang berisi, tulisan yang membuatmu merenung, tulisan yang memang ditujukan untuk membuat baik sebuah hal.

Bukan tulisan yang membabi buta, yang hanya mengejar kesalahan orang lain, yang hanya menghakimi orang lain. Jika itu yang ditulis, maka tidak akan ada perubahan, hanya tebaran kebencian.

Bagaimana memulai menulis? Tuliskan lewat mediamu sendiri, jika punya blog tuliskan di blog. Jika berani mengirim di media massa, kirimkanlah di media massa. Sebarkan ide perubahan sejauh mungkin yang bisa dilakukan. Penilaian tak datang dari atasan atau rekan kerjamu, penilaian akan datang dari perubahan yang muncul karena tulisanmu, sekecil apapun itu.

Jika tidak kirimkan tulisan ke media online, supaya lebih banyak yang membaca. Kirimkan ke Birokreasi contohnya, portal yang khusus yang menampung ide-ide segar dari para PNS di seluruh Indonesia. Portal yang mewadahi para tulisan-tulisan dari para birokrat.

Mari menulis, di negara ini sesungguhnya kebebasan berpendapat dijamin oleh undang-undang. Maka beranikanlah diri untuk menulis, mulailah bersuara. Jika PNS hanya diam saja, maka negara ini tidak akan berubah. Jika ide tidak ditulis dan disebarkan, perubahan tidak akan terjadi.

Tabik.

NB : Judul terinspirasi jargon Kaum Proletar Sedunia Bersatulah.

Foto oleh : aikpahlawankita.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

28 KOMENTAR

  1. Saya malah sangat sangat sangat tertarik bilamana banyak PNS-PNS dari “golongan tua” rajin menulis. πŸ˜€

  2. Kasih pelatihan menulis untuk lingkungannya, Mas. Bawa anak-anak muda dengan blog2 mereka yg keren, agar pegawai negeri punya bayangan indahnya hidup kala kita bersuara…

  3. wah tulisannya mantap, saya setuju dengan pendapatnya meski saya bukan PNS yang tidak tahu bahwa jadi PNS itu seperti bermain-main dengan kebosanan,
    dibenak saya itu PNS adalah orang yang punya pekerjaan tetap yang sudah mapan dan tinggal memikirkan nasib negara.
    keep writing.

  4. birokreasi yak?aku lihat di kalendernya gita di kubikelnya aku pikir itu sekte apaan gitu hahaha… kesannya (agak) misterius hohoho…
    boleh share cerita travel disitu gak sih?
    aku gak n belum bisa nulis sastra hahaha

  5. Pns tetep bisa treveling ke luar negeri , pns tetep bisa masuk tv ,pns juga tetep bisa ngeblog hehee itu mas farchan

  6. saya PNS dan baru mulai nulis lagi.. walau masih jarang banget :D, setuju PNS harus punya media untuk curhat dan memberantas segala birokrasi yang njilemet, yang entah kenapa susah banget untuk berubahnya.

  7. bagus banget tulisannya, inspiratif dan kata kata tentang “PNS” pas banget dengan keadaan PNS sekarang ini
    Rata-rata orang ingin menjadi PNS karena iming” tunjangan dan dana pensiun, sehingga orang” di PNS bekerja dengan situasi yang membosankan, kaku, tidak berkembang. Orang” pengen menjadi PNS karena rasa nyaman yang membuat malas melakukan sesuatu perubahan karena dengan diam saja sudah mendapatkan gaji. Tidak inovatif dan berkembang. Padahal bila dibandingkan dengan pengusaha, gaji / penghasilan lebih besar daripada PNS.

  8. Baru nemu tulisan ini dan saya suka, mewakili banget gambaran diriku dalam lingkungan PNS. Bosan, terkungkung, rasanya susah berprestasi,biarpun berprestasi tapi kalah dg senioritas. Bagai Singa tak da lawan. Pengin berjuang,tapi ini sdh kultur dlm sistem. Bener, jalan alternatif adl menyalurkan ide,gagasan dgn tulisan. Aku juga ngeblog jika bosan. Ketika ide2,energi tdk tersalurkan di dalam, aku tuangkn di luar, beraktivitas di komunitas.
    Tidak semua PNS malas, byk pns2 muda yg segar dlm pemikiran tapi terbentur dg posisinya yg cuma staf. Tdk dipungkiri,di birokrasi masih ada budaya feodal, klo sampeyan cuma level terendah, diamlah, lakukan yg sdh ditugaskan,titik. Kadang jd macam robot saja.
    Tapi ada juga eselon yg benar2 memimpin, mengkader, melatih,memberi kesempatan staf belajar,memberi pinjam panggung utk si staf belajar mjd level di atasnya.
    Maturnuwun mas, tulisannya membangunkanku !

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here