f17984320.resized

Broadcast di berbagai platform mulai dari SMS sampai ke aplikasi chat mulai berdenting, itu tandanya lebaran sudah datang. Sebagian sudah hafal karena repetisi dari tahun kemarin, seperti “Sebening Vodka” atau “Kami Presiden RI bersama”, sampai segala macam ucapan lebaran yang menjadi mirip lomba sajak se – Indonesia. Satu hal positif, di saat lebaran orang-orang mendadak nyastra, mencintai sastra dan menjadi puitis.

Lebaran kali ini buat kami berdua adalah drama, mulai dari tiket yang membuat kami terpisah kursi selama di kereta perjalanan panjang yang harus ditempuh, transit di Bandung untuk keluar masuk kampung di Cikapundung dan Sumur Bandung sampai lari-lari masuk ke Stasiun Bandung. Namun kepulangan selalu berkesan, seperti apapun bentuk perjalanannya.

Ini adalah pengalaman pertama bagi istri untuk mudik jauh, biasanya ia hanya mudik ke Bandung. Awalnya kami ingin jalur darat, namun saya mengajaknya naik kereta saja. Saya hanya mencoba berpikir logis, bermobil bisa menghabiskan 24 jam di jalan, buang waktu dan makan banyak biaya. Dengan kereta kami bisa menikmati perjalanan tanpa takut terjebak macet dan tidak perlu berlelah-lelah, walaupun di kereta saya tak dapat tidur karena air dari AC yang terus menetes ke kepala.

Seluruh drama dan kejadian sebelum lebaran akhirnya membaur menjadi rona bahagia di hari raya. Kami tiba di Magelang saat subuh sudah turun, membasuh muka dengan air wudhu yang dingin lalu terlelap sebentar dan bangun setengah jam sebelum shalat ied di lapangan kampung dimulai.

Hati saya menghambur ketika tiba di kampung halaman, damai suasanya, disambut segar udara paginya. Melihat rumah di depan mata rasanya segara rasa kangen tumpah ruah. Berjam-jam lelah perjalanan sirna sudah.

Ketika akhirnya bersua dengan wajah teduh ibu, bersimpuh di kakinya, sesak melonggar dan penat terurai, semua berganti dengan satu kata saja, Bahagia. Barangkali Idul Fitri adalah kala di mana maaf terbang ke langit, waktu di saat segala salah terbenam dan berganti dengan keikhlasan. Idul Fitri adalah waktu di mana dosa luruh dan sisa-sisa dendam disapu bersih dari hati.

Idul Fitri adalah kembali kosong, bukan kekosongan, tapi kosong. Segalanya akan dimulai dari awal, segalanya kembali bersih, bukan untuk dikotori kembali dan dibersihkan tahun depan, tapi untuk mengingat bahwa kosong adalah di mana manusia akan melepas segala dendam dan berganti dengan maaf.

Idul Fitri ternyata bukan sekedar bermaafan dan sekedar menikmati kampung halaman, momen lebaran adalah mengisi hari-hari dengan rindu yang dilampiaskan. Menikmati kampung halaman yang tenang, bersua dengan teman-teman, mengembalikan hati kepada titik yang jernih. Lebaran adalah merenungi, bertafakur, mengingat apa yang terjadi setahun ke belakang.

Untuk itu lewat tulisan ini meminta maaf, jika selama setahun kemarin ada tulisan saya yang menyinggung, ada yang menorehkan luka di hati, ada yang mendatangkan duka. Saya juga meminta maaf jika info yang saya berikan ternyata salah, catatan yang tidak akurat, tulisan yang tidak objektif, tendensius serta belum mampu memberikan tulisan yang cover both side. Secara pribadi saya juga minta maaf jika ada pendapat yang keliru atau perkataan yang menuju mudharat.

Mari kosong kembali dan menjadi sosok yang lebih baik tahun berikutnya, mari saling menebar maaf dan berbagi bahagia.

Tabik.

Punya cerita tentang lebaran? Yuk ikuti kontes Instagram #PesonaLebaran di Indonesia.Travel, raih hadiah menarik dan nikmatilah hari raya dengan penuh kebahagiaan.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here