Tiga puluh menit dari pusat Kota Sapporo di sebuah lereng yang curam, terdapat tempat untuk berlomba mewujudkan mimpi kuno manusia, terbang. Okurayama Ski Jump Stadium menjadi tempat manusia melawan gravitasi, terbang dan melayang. Perwujudan terbang ini diberikan gelanggang dan menjadi tontonan banyak orang.
Okurayama Jump Stadium adalah monumen yang tersisa dari Olimpiade Musim Dingin yang dihelat di Sapporo pada 1972, di sinilah cabang Ski Jump dilombakan. Setelah olimpiade usai, stadion ini dipertahankan oleh pemerintah Jepang dan menjadi kawah candradimuka atlet-atlet Ski Jump Jepang.
Saya datang tepat di hari libur, ini berarti hari kompetisi. Orang-orang sudah berduyun-duyun datang ke gelanggang, antrian-pun sudah panjang. Tak hanya penonton yang datang, keluarga para atlet yang berlomba juga datang, bahkan banyak keluarga yang datang untuk bervakansi bersama. Gelanggang ini menjadi titik temu orang-orang Sapporo yang ingin menghabiskan akhir pekan.
Saat musim kompetisi seperti ini, Okurayama dan daerah sekitarnya menjadi ramai. Untuk menyokong musim kompetisi, masyarakat setempat kemudian menjadi relawan. Para pensiunan menjadi relawan pengatur jalan, keamanan, sementara anak-anak muda menjadi steward atau penjaga loket. Kompetisi Ski Jump yang rutin diadakan memang menjadikan daerah Okura menjadi pusat keramaian.
Karena saya datang dengan undangan saya mendapatkan kartu akses untuk Pers, artinya saya bisa masuk ke seluruh area di Okurayama Ski Jump Stadium. Stadion ini secara garis besar dibagi menjadi beberapa bagian, lintasan, tribun penonton, restoran, observatorium dan Sapporo Winter Museum. Hanya saja karena sedang ada kompetisi, tidak semua akses terbuka. Hanya museum, tribun dan restoran yang boleh diakses secara bebas oleh pengunjung, sementara itu tempat lainnya tidak bisa diakses kecuali memiliki kartu akses.
Tribun penonton adalah tempat yang paling ramai, di sinilah para pendukung atlet yang berlomba mengambil tempat. Riuh sekali, penonton saling berteriak memberikan dukungan, ada yang membawa gendang dan ditabuh dengan berisik. Ada juga yang hanya duduk diam dan sibuk melihat kertas bertuliskan angka, mereka yang diam ini rupanya sedang menghitung peluang untuk memasang taruhan.
Taruhan memang menu utama di setiap kompetisi di Jepang, legal. Para penonton yang memasang taruhan melakukannya secara resmi. Mereka akan menghitung kertas berisi peringkat atlet, meraba peluang, sampai akhirnya merasa mantap dan kemudian menuju bandar untuk memasang taruhan.
Dari tribun penonton inipula adrenalin dipaksa menggelegak, bagaimana tidak ketika melihat dari lantasan yang sangat curam ini tiba-tiba meluncur manusia dengan papan luncur panjang, lalu terbang selama beberapa detik dan meluncur jauh hingga ke bawah. Rasanya waktu berhenti sejenak dan saya terpana dalam kekakuan.
Atlet-atlet yang berlaga tampak sibuk, mereka lalu lalang di sekitar luncuran. Para atlet sibuk pemanasan, mempersiapkan alat, berkonsultasi dengan pelatih, sampai yang hanya beristirahat menunggu giliran tampil. Di hawa dingin, hawa kompetitif para atlit memanaskan suasana.
Jika sudah saatnya bertanding, para atlet akan naik menuju lintasan. Para atlet sendirilah yang akan membawa bilah papan ski berikut tongkatnya, berpakaian ski yang tebal dan membuat mereka terlihat seperti robot yang berjalan kaku.
Saya turut naik ke lintasan, terdapat tribuk khusus peliput yang telah disediakan. Di puncak lintasan Okurayama terdapat bangunan sebagai titik awal luncuran. Jika bukan musim pertandingan bangunan ini bisa dimasuki pengunjung dan menjadi observatorium, pengunjung bisa menikmati panorama kota Sapporo dari atas puncak Okurayama ini.
Mendadak suasana sunyi, ternyata pertandingan sudah akan dimulai. Atlet sudah bersiap di puncak lintasan, pengunjung mendadak senyap, mereka berdebar-debar. Kesunyian pecah saat aba-aba start dimulai, detak jantung tiba-tiba berdegup kencang dan suasana mendadak pecah dalam hening.
Satu sosok meluncur kencang dari atas lintasan, mengapit tongkat dengan kencang, badannya merunduk menciptakan sikap aerodinamik untuk melawan angin. Di ujung akhir lintasan, tiba-tiba sosok tersebut menghambur ke udara, terbang di ketinggian dan mendarat ratusan meter di bawah sana disambut histeria para penonton.
Dalam satu kejadian, ada kesenyapan ketika sosok tersebut melawan angin, ada nafas yang tertahan, ada rasa kagum dan berakhir dengan gegap gempita setelah mendarat. Di Okurayama, manusia mewujudkan mimpinya untuk terbang, melawan angin, melayang di udara.
Tabik.
NB : Terima kasih untuk Garuda Indonesia Holidays dan City of Sapporo untuk kesempatan tiada dua ini.
1274 Miyanomori
Chuo Ward, Sapporo, Hokkaido Prefecture 064-0958
Jepang
Cakepppp! Jepang wilayah utara kalau musim dingin emang menarik banget ya.
PS: atlit apa atlet hayooo? 😀
Tul Kak! buruan beli promo ke Sapporo. 😀
PS : iyaa…salah nih..thanks sudah dikoreksi kak..
Seru banget sih janjalan Sapporo bersalju trus main ski di Okurayama 😀
Itu Air Asia lagi promo ke Sapporo kak!
Wah ini beruntung sekali bisa ke Sapporo pas ada eventnya pulak.
Saya pas di Jepang cuma main di Honshu, Kyushu sama Okinawa, jadi gak sempat ke Sapporo. Bukan gak sempat sih tepatnya, tapi kocek nya gak sanggup hahahaha.
hihihi..memang sangking jauhnya ya kak Cipu? berasa terisolir. 😀
Mas bagus2 amat sih fotonyaa..
saya juga pernah nyoba ski di Shiga Perfecture, tapi boro-boro kepikiran ambil foto ciamik, wong pake bajunya aja bikin ribet, apalagi jalan sama sepatu ski + bawa perlengkapan yang berat-berat T_T, oiyaa sama kedinginan sampe mimisan hahaha (maklum orang bekasi, jadi norak) jadi deh foto seadanya dan yang penting ada foto diri.. . Terus sekarang, mau nulis buat majalah bingung, karena fotonya ga ada yang pantes hiks…
Semua karena kameranya mbak. 😀
Wah Shiga juga terkenal ya Mbak Ayu. Nulis aja mbak, nanti kan foto bisa diseleksi satu demi satu.
aku ga sabar pgn cepet lahiran spy bisa traveling lagi -__-… pgn k jepang nih kalo udh bisa traveling
Wah siap mbak!
Saya doakan lancar selalu ya mbak. 🙂
Apik banget, kepengen kesana juga..
🙂