Open Trip ke Ciletuh bareng TukangJalan.com
Open Trip ke Ciletuh bareng TukangJalan.com

Sekarang ini akrab dikenal istilah Share Cost atau Open Trip, di grup-grup traveling banyak sekali tawaran trip dengan 2 model trip tersebut. Nah, ada baiknya sebelum memulai perjalanan, masing-masing tahu binatang apa sih dua hal tersebut? Memahami Share Cost dan Open Trip supaya lebih tahu tentang detail perjalanan yang dilakukan.

Dua istilah ini merebak tiga – empat tahun belakangan, di era saya mulai menekuni dunia perjalanan lewat Backpacking masih sepi istilah tersebut. Di era-era 2005-2008, Backpacker berprinsip Do It Yourself, semua dilakukan sendiri, jarang sekali yang menggunakan bantuan orang lain, semua diatur sendiri. Ya, era di mana Backpacker belum dibenturkan dengan Turis dan menjadi perdebatan tiada akhir.

Share Cost dan Open Trip, apa itu?

Jika ada trip barengan dan para pesertanya membagi pengeluaran sama besar, itulah yang sekarang dinamakan Share Cost. Prinsipnya adalah biaya-biaya dan pengeluaran yang telah disepakati dibagi rata ke semua peserta trip. Biaya tersebut bisa seluruh biaya yang dibutuhkan, bisa juga hanya item tertentu yang disepakati saja. Seluruh biaya yang dibagi rata adalah biaya aktual saat trip.

Praktek Share Cost bisa bervariasi, seperti saat saya ke Jepang, saya membagi biaya penginapan dengan travelmate saya. Untuk biaya lainnya saya bayar sendiri-sendiri. Jadi hanya biaya penginapan saja yang di-share dengan travelmate. Atau di kali lain saat ke Lasem, saya share cost untuk biaya penginapan, guide dan transportasi lokal. Sementara biaya makan bayar sendiri-sendiri.

Model share cost juga bisa seperti ini, dalam satu trip ada yang menyediakan mobil, orang lain membayar bensin dan tol-nya, sementara anggota trip lainnya menyiapkan logistik. Dengan demikian sesungguhnya share cost tidak tergantung pada nominal, tapi tergantung kesepekatan atas apa yang diberikan.

Share Cost ke Bandung untuk Kaskus OANC. Saya bawa mobil, yang lain iuran bensin dan tol.
Share Cost ke Bandung untuk Kaskus OANC. Saya bawa mobil, yang lain iuran bensin dan tol.

Praktik Share Cost yang paling mudah adalah dengan melakukan breakdownΒ pada seluruh pengeluaran dan dibagi ke seluruh peserta trip. Semua tergantung kesepekatan antar peserta trip itu sendiri. Yang paling penting dari Share Cost adalah semangat untuk sharing, artinya tidak ada keuntungan yang diambil dalam sistem share cost. Semua dibagi rata untuk seluruh item pengeluaran.Dalam hal repot-repotan, dalam seluruh peserta trip juga ikut repot menyiapkan trip.

Bisa juga dalam share cost satu orang menjadi koordinator. Hal ini dilakukan bila trip membutuhkan persiapan panjang, satu orang inilah yang akan menguruskan beberapa urusan seperti booking hotel, transportasi atau akomodasi. Nah jika ada model demikian maka tak apalah diberikan uang tanda lelah, walaupun memang prinsipnya tanpa keuntungan.

Beda lagi dengan Open Trip, ini tak ubahnya dengan trip-trip yang diselenggarakan travel agent. Dalam sistem open trip, peserta tinggal setor uang kepada satu orang atau EO dan setelah itu trip bisa diselenggarakan.

Prinsip Open Trip bisa menggunakan kuota dan pre-order, jika kuota terpenuhi trip bisa dilaksanakan, jika tidak bisa dibatalkan sesuai ketentuan. Dalam Open Trip, penyelenggara pastilah mengambil keuntungan dari trip tersebut, imbalannya peserta trip tak perlu repot-repot karena semuanya sudah diurus oleh EO atau penyelenggara trip.

Pilih Mana?

Soal pilih mana antara Share Cost dan Open Trip sebenarnya dikembalikan kepada peserta sendiri. Saya pernah menjalani dua-duanya, Share Cost maupun Open Trip. Walaupun memang untuk saya, yang paling nyaman untuk diri sendiri adalah independent trip karena biasanya saya melakukan trip sendiri.

Tapi saya boleh bilang, sesuaikan budget, buat saya itu yang paling penting sebelum memutuskan melakukan trip. Jika budget melimpah, ambil saja open trip, tinggal bayar dan menikmati trip. Tapi kalau ingin sedikit sisi adventure, lakukan Share Cost, dengan demikian setidaknya akan merasakan pengalaman bagaimana mengatur segala sesuatunya di perjalanan.

Share Cost - Backpacking ke Singapura 2012 silam.
Share Cost – Backpacking ke Singapura 2012 silam.

Mana yang lebih cocok dengan gaya berjalanmu? Kalau backpacker, tentunya lebih cocok dengan share cost, masih independen, masih mengatur tripnya sendiri, masih bisa menekan pengeluaran sehemat mungkin.

Lantas bagaimana dengan Open Trip? Gaya ini lebih cocok bagi mereka yang memiliki budget sedikit berlebih dan tak mau repot-repot mengurus perjalanan. Mungkin lebih cocok diterapkan untuk para flashpacker.

Menentukan hendak memilih Share Cost ataupun Open Trip sebenarnya tidak ada kaitannya dengan gaya perjalanan karena itu preferensi masing-masing. Setidaknya dengan mengenal karakter dua jenis trip maka jadi bisa menentukan seperti apa perjalanan yang ingin dilakukan.

Titik Kritis

Banyaknya minat melakukan perjalanan seperti hukum ekonomi. Banyak permintaan, banyak penawaran. Simak saja, sekarang ini banyak sekali EO atau trip organizer yang menawarkan Open Trip atau banyak juga orang yang mengajak share cost. Namun mungkin karena awamnya wawasan tentang Open Trip atau Share Cost, banyak yang tidak mengecek lebih lanjut tawaran trip, asal bayar trip dan tahunya beres.

Salah satu modus yang paling banyak dilakukan adalah dengan mengkaitkan trip dengan Backpacker seperti Open Trip hemat a la Backpacker atau Share Cost a la Backpacker. Apa sih salah Backpacker sehingga terus dikait-kaitkan?

Jadi begini, mungkin Backpacker adalah terminologi yang paling mudah untuk mengasosiasikan dengan harga murah. Pokoknya asal Backpacker pasti murah, tapi murah itu kondisi yang subyektif, murah buat satu orang belum tentu murah untuk orang lain. Itulah mengapa embel-embel backpacker disertakan, untuk membuat mindset orang-orang bahwa itu adalah trip murah.

Saya menyarankan sebelum memutuskan ikut Open Trip atau Share Cost coba buat hitung-hitungan sendiri terlebih dahulu. Menghitung semua item pengeluaran dan bandingkan dengan harga yang ditawarkan EO atau trip operator. Jika memang lebih murah sendiri kenapa tidak dijalankan sendiri?

Ada juga orang yang membuat perjalanan dengan model Share Cost tipu-tipu. Share Cost tapi tidak terbuka dengan detail pengeluaran yang sebenarnya atau mengambil benefit dari yang telah dibayarkan. Itu jelas praktik yang salah. Jika ingin Share Cost, minta semua detail pengeluaran riil dan bandingkan harganya.

rp_10228_1174377518544_1201231617_30561270_3896570_n.jpg
Independent Trip, Bogor, 2009

Atau memang lebih ingin menikmati perjalanan tanpa perlu repot-repot mengatur perjalanan? Jika demikian maka lebih baik ikut Open Trip. Bisa jadi juga budgetnya mepet dan bisa menghemat dengan Share Cost.

Intinya sih saya menyampaikan, jadilah pejalan yang cerdas. Pertimbangkan baik-baik seluruh aspek ketika akan melakukan perjalanan. Apakah budget cukup? Apakah ingin kenyamanan? Apakah EO atau Trip Operator-nya bisa dipercaya? Dan sebagainya.

Tak ada yang lebih baik daripada Open Trip atau Share Cost, semua tergantung budget. Daaan jangan lantas percaya pada setiap tawaran trip, simak kembali jejak trip operator. Atau jika memang ingin merasakan petualangan yang sesungguhnya, ya lakukan sendirian, independen.

Tabik.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

27 KOMENTAR

  1. Menurut saya, open trip tidak melulu identik dengan Travel Agent.
    Saya memang belum menemukan definisi yang baku soal open trip, namun bila dikembalikan dengan definisinya adalah ‘trip gabungan’, yang bisa lebih identik dengan mengajak melakukan perjalanan bersama-sama. IMHO.

    Open Trip yang disebutkan mas Ef, karena travel agent melihat permintaan pasar yang cenderung memilih ‘tinggal bayar, beres’, kemudian orang-orang mengartikan ada fee untuk jasa mengatur perjalanan orang lain. Padahal tidak melulu demikian.

    πŸ˜€

  2. Open trip dan share cost memang ada kelebihan masing-masing, dengan share cost berapapun pengeluaran itulah yang harus dibagi sama rata dengan seluruh peserta, namun kadang yang menjadi masalah adalah susahnya mencari teman yang bisa diajak untuk ngetrip bareng, kalau harus ditanggung sendiri atau berdua sedangkan di tempat tujuan harus sewa kapal ato suatu tujuan yang tidak ada angkutan umum tentu pengeluaran menjadi lebih membengkak. Bergabung dengan open trip bisa menjadi solusi karena kadang bisa lebih murah daripada pergi berdua atau sendiri.

  3. Pengen share cost trip, tapi susah cari temennya.
    Padahal selalu lebih murah kan ya kalo share cost gitu. Kalo sendirian mau share cost ama siapa πŸ™

  4. Kalau aku seringnya share-cost, buat temenku yang mau open trip. Alias aku yg rancangin itinerary, urus ini itu, lainnya tinggal bayar, aku ikut iuran, terus jalan deh. Jadi aku ini golongan apa dong kak Chan?

    Tapi belakangan ini aku lebih seneng solo trip sih, nanti cari temennya di lokasi tujuan. Lebih fleksibel karena bisa semaunya, tapi ya gitu deh ,,, gak ngimpi model gini bisa sampai ke Raja Ampat hahaha …

  5. Independent trip emang yang paling enak ya Mas. Repot sendiri asik sendiri. haha. Paling gampang emang ikut open trip. Share cost sama inner circle aja deh soalnya rawan gesekan :p

  6. Memang intinya kalau mau jalan-jalan pun juga harus teliti. Makasih ya Mas. Sekarang saya jadi paham bedanya share cost sama open cost dan bagaimana caranya biar ‘kalo bisa’ nggak ketipu. πŸ™‚

  7. Kalau aku sih sering banget share cost tentunya buat trip ke gunung lah yya, tpi pernah juga ngrtrip sendiri sampai di AsamaYama Jepang, dan tentunya bebarengan sma training pertanian d jepang kalau nggak mana ada budged sampai jepang, share cost asyiiik mantap berbagi jd gda yg kaya dan yg miskin, yg d makan sama semuanya

  8. Saya sudah mencoba share cost dan Open Trip, semuanya tergantung sih. Tidak semuanya independent Trip murah dan Open Trip mahal.

    Paling suka ikut Open Trip yang tidak terlalu banyak orang. Open Trip juga menambah teman.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here