?????????????????????????
sumber gambar

Saya punya kebiasaan di Bandara yaitu mengamati tingkah polah para penumpang. Kebiasaan ini menyenangkan, saya bisa menikmati hiruk pikuk dengan segala dinamikanya, sampai saya menyimpulkan sendiri bahwa tingkah laku orang Indonesia di Bandara adalah sangat unik dan tiada duanya.

Hal pertama yang mudah terlihat adalah troli yang penuh bawaaan dan diurus oleh porter yang sibuk. Saya pikir porter yang ada di Bandara juga sepertinya menjadi tanda budaya yang hanya ada di Indonesia. Budaya porter atau tenaga pengangkut ini memang jarang sekali ditemui di Bandara luar negeri, fenomena porter tampaknya memang ada di Indonesia.

Pun demikian dengan dari turis-turis luar negeri yang datang ke Indonesia, amat jarang terlihat menggunakan jasa porter, sebanyak apapun barang bawaannya akan dibawa sendiri. Mungkin di luar negeri sana budaya yang terbentuk adalah budaya untuk membawa barang bawaan sendiri-sendiri.

tmp_IMG_20131212_135823-1092984259
sumber gambar

Kebiasaan orang-orang Indonesia jika barang bawaannya banyak pasti akan menyewa porter dan melenggang aduhai tanpa membawa apa-apa. Porter-porter yang akan repot-repot mengangkat tas, mendorong troli sampai ke meja check in lantas memindahkan bagasi tersebut. Semuanya dikerjakan dengan peluh deras dan wajah lelah sang porter.

Saya kog malah melihat ada sisa-sisa kolonialisme dalam diri orang-orang Indonesia terkait porter, budaya untuk meninggikan diri dan menyuruh orang lain.

Porter barangkali memang sisa-sisa kolonial, jaman dulu porter akan menunggu tuan-tuannya, sinyo dan tuan Belanda di stasiun atau pelabuhan lalu membawakannya ke kereta. Sisa-sisa kolonialisme ini terbawa hingga sekarang, orang yang merasa berada dengan mudahnya menyewa porter, menunjukkan kuasa bisa menyuruh orang lain.

Padahal mah, apa susahnya membawa barang bawaan sendiri?

sumber gambar
sumber gambar

Berikutnya ciri khas orang Indonesia tercermin dari kardus yang dibawa. Kardus memang salah satu ciri khas orang Indonesia asli yang bepergian. Mau ke tujuan domestik atau ke luar negeri sekalipun, jika seseorang membawa kardus saat naik pesawat, bisa dipastikan ia adalah orang Indonesia atau minimal pernah singgah di Indonesia.

Kardus memang efisien, apalagi kalau barang bawaannya bertambah. Walau begitu kardus juga berbahaya, ringkih dan mudah rusak. Bayangkan jika kardus tersebut dilempar-lempar saat di bagasi atau tidak diletakan dengan benar, yang ada mungkin barang bawaan dalam kardus bisa hancur lebur.

Ketika di Malang kardus saya tidak boleh masuk ke kabin ketika hendak masuk ke ruang tunggu, padahal dari counter check in tidak diberitahukan apapun. Mungkin memang sudah jadi peraturan bahwa kardus tidak boleh masuk ke kabin, harus dimasukkan dalam bagasi.

Sejak kejadian itu saya justru berpikir bahwa memang seharusnya saya tak lagi menggunakan kardus karena tidak efisien dan justru merepotkan. Barangkali aturan tersebut justru melindungi konsumen atau penumpang pesawat terbang, saya pun kini memilih membawa tas tambahan daripada menggunakan kardus.

Tapi walaupun dilarang, kardus akan tetap menjadi ciri khas pelancong Indonesia yang tak akan pernah tergantikan.

sumber gambar
sumber gambar

Kebanyakan penumpang Indonesia juga tidak efisien saat masuk ke dalam area bandara. Saya dan mungkin sebagian dari kita pasti pernah merasakan dongkolnya antrian masuk ke bandara, mengikuti berbagai proses pemeriksaan badan dan barang hingga akhirnya masuk ke area check in.

Apalagi ditambah aturan terbaru yang memperketat proses pemeriksaan penumpang. Hingga banyak yang mengeluhkan kenapa harus melepas ikat pinggang, padahal justru dengan proses pemeriksaan tersebut pengelola bandara ingin meningkatkan keamanan penumpang dan penerbangan.

Kadang penumpang Indonesia ini terlalu banyak bawaan sehingga repot sendiri ketika masuk ke mesin pemindai barang. Mbok ya kalau packing itu yang efisien, kalau cukup bawa satu tas kenapa harus bawa dua? Kalau cukup menenteng satu tas kenapa harus tiga? Atau mungkin prinsip kalau jalan-jalan jauh tentengan harus banyak?

Hal-hal seperti ini selain merepotkan diri sendiri juga sangat merepotkan orang lain, antrian panjang bisa saja merugikan orang yang datang belakangan.

Prosedur keamanan di bandara yang meningkat sebaiknya diantisipasi penumpang dengan misalnya mengenakan celana tanpa ikat pinggang, mengumpulkan perintilan-perintilan dalam satu tas. Toh jika diri sendiri bisa mudah melenggang secara tidak langsung juga tidak akan merepotkan orang lain. Antrean juga tidak akan penuh-penuh amat.

Namun demikian pihak bandara juga harus memperbaiki diri, seperti memperbanyak kanal pada pintu masuk, menyosialisasikan peraturan keamanan bandara secara luas kepada para penumpang.

Bagi diri pribadi mungkin lebih baik juga lebih efisien saat packing, mengurangi bawaan yang tidak perlu, mengenakan pakaian yang simple misalnya tanpa ikat pinggang dan menyatukan gadget dan jam tangan dalam satu tas untuk pemeriksaan. Hal-hal kecil namun bisa membuat lebih efisien dan tidak repot lagi ketika di Bandara.

????????????????????????????
sumber foto

Lantas orang Indonesia hobi sekali check in di counter check in. Datanglah untuk penerbangan paling pagi, niscaya sejak dini hari penumpang yang akan terbang sudah datang, kemudian jelang dini hari counter check in sudah panjang antriannya.

Padahal maskapai-maskapai di Indonesia rata-rata sudah menyiapkan layanan web check in, hanya tinggal sebagian kecil maskapai yang tidak menyediakan layanan web check in. Padahal sebenarnya jika sudah web check in penumpang akan lebih tenang, melenggang ke bandara bisa dengan tenang dan tinggal melenggang menuju ruang tunggu.

Mungkin kebiasaan web check in ini memang harus dimulai dari diri penumpang sendiri. Daripada harus terburu-buru ke bandara, sewot saat antri check in lebih baik check in sendiri dan ke bandara sudah membawa boarding pass. Penumpang bisa melenggang ke bandara tanpa beban.

Beberapa poin tersebut sebenarnya menggambarkan bagaimana orang Indonesia sungguh merepotkan dirinya sendiri di Bandara dan kira-kira itu tadi beberapa kerepotan yang paling menonjol dari orang Indonesia selama di Bandara. Sesungguhnya repot-repot ini bisa dikurangi selama penumpang Indonesia bisa belajar lebih efisien saat di Bandara mempermudah diri sendiri.

Tabik.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

89 KOMENTAR

  1. Dan yang paling nyebelin adalah orang-orang yang senang ‘menyalip’ antrian. Dan modusnya makin gak tahu malu. Mula-mula berdiri di belakang, trus maju, pas kita perhatikan eh dia pura-puranya kaya nyariin saudara/teman/kenalannya yang ada di depan dan bilang mau ngasihin sesuatu, tau-tauuuuu ,,,, eh dia check in sendiri di depan.

    Suka pengen marah-marah sama orang yang kaya gitu. Padahal gak bakalan ketinggalan juga, khan satu pesawat, pasti bareng-bareng. Tapi ya begitulah kondisi bandara-bandara kita. Nyebelin sih, tapi kadang juga ngangenin. #eeaaa

      • Ini kejadian pas saya di bandara Hasanuddin beberapa bulan yang lalu. Ada ibu-ibu yang tiba-tiba mau nyalip antrian saya pas mau masuk metal detector. Saya langsung bilang “Bu, tolong antri ya!”. Padahal biasanya saya cuma ngelus dada, mungkin waktu itu saya sedang lelah. 🙂 Si ibu pun akhirnya mengantri dengan benar.

    • Saya pernah ketemu dengan tipikal orang yang suka nyerobot antrian seperti ini saat di bandara/kereta/naik busway. Namun, biasanya kalo gelagatnya udah mau nyerobot antrian, saya gak akan sungkan bilang supaya belajar antri dari belakang. Eh langsung orang yang bersangkutan wajahnya memerah karena malu.

  2. kebiasaan kita sama Mas. Tapi terkadang, ketika saya tertawa, terkikik melihat repotnya orang-orang itu di bandara, di dalam pesawat, juga menertawakan diri saya sendiri. Kadang-kadang masih belum bisa efisien 🙂

  3. Saya setuju denganmu klo orang Indonesia itu nggak praktis. Salah satu implikasinya ya ke jumlah barang bawaan ini. Mungkin karena sifat ke-nggak praktis-an itu pula muncul budaya pembantu untuk membantu mengatasi hal-hal yang tidak praktis. Implikasinya keberadaan porter. Agak nyambung toh? 😀

    Aku sendiri belum pernah lihat kardus bisa bebas masuk kabin. Tapi yang aku cermati, di tiap maskapai di tiap bandara sepertinya punya kebijakan sendiri-sendiri untuk barang bawaan yg “serupa” kardus. Seperti misalnya pas di bandara Mahmud Badaruddin II, SumSel. Kayaknya hampir tiap penumpang membawa bungkusan besar kerupuk ikan yang nggak masuk bagasi karena khawatir remuk. Agak sebel juga waktu itu karena cuma buat masukin backpack 20 lt ke bagasi kabin kok ya harus saingan sama kerupuk ikan yang makan tempat.

    Terus yang peraturan pemeriksaan badan itu. Semisal ada pebisnis yang bepergian pakai setelan jas lengkap, pakai ikat pinggang, dan cuma bawa tas kerja. Kayaknya gak punya pilihan lain selain memakai celana yg ada ikat pinggangnya itu. Khawatirnya klo celananya jadi melorot pas ikat pinggangnya dilepas itu gimana ya?

    Kemudian untuk yang kebiasaan check in di counter. Kalau aku perhatikan sebagian besar yang check in di counter itu pasti ya itu, bawa barang banyak. Karena jumlah penumpang yang seperti itu banyak jadinya ya….

  4. Iya bang bener banget. Saya akhirnya kapok ketika dulu pulang kampung dr jakarta. Berharap bisa bawa banyak tentengan tapi harus rela kehilangan hape kesayangan di dalam pesawat karena rempong sendiri.

  5. Pengamatan yang menarik mas, aku bisa membayangkan bagaimana sibuknya porter membawa barang-barang seraya diikuti salah satu pemilik barang. Jadi kepikiran kalo mudik naik kapal (bawa bawaan banyak) 😀

  6. Wah bener banget mas tentang jasa porter dan kardus bertumpuk-tumpuk itu. hahahhaa

    Kalau saya agak terganggu dengan mereka yang pas pesawat baru berhenti abis mendarat, pada dulu duluan berdiri sambil buka kabin, padahal bisa duduk dulu buat nunggu pintu pesawat dibuka dan garbarata terhubung ke pesawat. hahahahhaha

  7. Awalnya saya pikir begitu, proter cuma ada di Indonesia. Mau itu Bandara, pelabuhan, dan stasiun. Pas Umrah kemarin, porter di Mekkah lebih ‘kejam’ ternyata. Lebih jago memanfaatnya situasinya. Apalagi pas tahu yang datang itu orang Indonesia, siap-siaplah merogoh kocek lebih dalam.

    Saya pribadi nggak terlalu suka sama kardus, risih aja, dan nggak kece. Alah. Tapi kalau bawa makanan, apalagi makanan Indonesia yang you knowlah, pasti dimasukin kardus 😆

  8. Hehehehe, benar semua nya mas. Suka ketawa sich lihat beginian. Dengan banyak bawa barang, kemungkinan barang kita kececeran dan tidak sedikit yang tinggal dan hilang. yang rugi kitanya juga kan yach?

  9. terkait turis asing dan porter, mungkin karena turis asing lebih berhati-hati dengan orang asing?hhe

    oya, untuk web checkin, walaupun sudah web checkin bukankah harus tetap ke counter checkin untuk penukaran tiket asli? *selain tentu untuk taro barang di bagasi jika ada*

    • Engga mas, kalau web check in ya tinggal masuk saja kog ke ruang tunggu. Kalau drop bagasi kalau maskapai besar biasanya sudah disiapkan konter khusus bagi yagn sudah web check in.

  10. Saya sih paling sebel sm yg nyalip antrian dan buang sampah sembarangan di bandara atau negara orang, paling ngebetein deh. Oh iya, sama orang yang kalo nunggu di waiting room, tasnya ditaroh di kursi sementara masih banyak yg butuh kursi tunggu. Egois dan gak berempati. Bener-bener masih ada budaya primitif 🙁

  11. Terkait masalah web check in nggak semua masyarakat Indonesia ngerti mas soal begituan… heheheh beberapakali membantu org-org di daerah saya –daerah transmigrasi, utk membeli tiket pesawat dan menawarkan mo di check in sekalian. Malah bingung…

    🙂

  12. hahhaha tambahan mas, pada beberapa bandara tertentu yg ga pake garbarata, seperti halim, sering bgd nemuin orang2 foto2 ga pada tempatnya..
    misalnya foto di service road tempat lalu lalang kendaraan groung service, itu bahaya bgd , mreka foto2 ga liat sekitar, saya yg harus bawa truck isi avtur (refueller) kadang gatel pengen klakson atw ngagetin org2 kaya gini yg ngalangin jalan hahaha
    foto2 boleh, tp liat sikon tempatnya jg lah, masa di tengan jalan wkwkkw

    • Wah itu parah banget mas. 🙁 Coba kegilas atau ketabrak truk avturnya kan bahaya atau malah menghambat kerja ground crew yang mau approach ke pesawat.
      Sedih memang. 🙁

  13. iya tuh, porter! kayanya cuma ada di Indonesia ya… meskipun sekarang sudah mendingan dibanding bbrp taun lalu. Kalau dulu mau ambil trolley sudah pasti habis karena sudah dibawa sama porter-porter. sekarang sudah agak mendingan.

    kedua masalah kardus. jadi inget, dilihat dari barang yang melintas dari ban berjalan kita bisa tau bagasi tersebut dari penerbangan mana. kalau dari Medan, dijamin isinya kardus-kardus bolu Meranti, kalo dari Padang isinya kardus keripik Balado, dsb dsb.. hahaha… lucu juga sih. 😀 😀

  14. Orang Indonesia juga ada yang masih susah disuruh matiin hape loh mas… percaya ndak percaya…. disamperin pramugari dimatiin, pramugari pergi diidupin lagi. Kalau diliat dari gelagatnya ndak mungkin idup tapi phone mode yah.. soale ngidupinnya kayag sembunyi sembunyi.. mending kalo pesawat jatoh dia mati sendiri ga ngajak-ngajak penumpang lain..hahah

  15. Makanya saya malas kalau jalan-jalan ketitipan oleh-oleh. Lah, buat diri sendiri aja jarang beli oleh-oleh hehehe. Makin banyak bawaan kan makin ribet. Kalaupun mau bawa oleh-oleh banyak mendingan pakai jasa kurir. Iya, sih, jadi keluarin biaya lagi. Tapi daripada ngerepotin diri sendiri dan orang banyak? 🙂

  16. Ada teman saya yang selalu pakai jasa porter walaupun barang bawaannya gak banyak. Alasannya untuk bagi-bagi rezeki ke orang lain.

    Biasanya porter yang dipilih adalah bapak-bapak tua, yang masih punya semangat bekerja 😀

    Semoga dia bukan masuk definisi orang Indonesia yang disebutkan pada artikel ini, hehehe.

  17. Nambahin mas..
    Kita gak punya budaya mengosongkan jalan sebelah kanan, untuk ekskalator maupun travelator di tempat umum. Jadi kalau di bandara dan buru-buru, mesti rajin “permisi.. permisi…” xD

    Waktu aku di KLIA, ada abege Indonesia selfie-selfie di travelator, trus ada ibu-ibu malay lagi buru-buru teriak “Indonesia! Penuh jalan ni!”. Malu sih, tapi udah biasa lah yaaa :)))))

  18. Btw klo misal pergi cm berdua sm baby/toddler, bawa koper lumayan besar (isi koper hampir semua perlengkapan si baby) gmn mas? Masa mau dibilang meninggikan diri..sambil gendong anak, bawa tas 1, plus angkat koper itu lumayan bgt loh..klo sy pergi sendirian sih sebanyak apapun bawaan ga pernah pake porter..pernah nyoba ga pake porter pas bawa baby, alhasil dibantuin sm penumpang lain buat angkat kopernya..

  19. saya setuju mengenai tentengan.
    tetapi berpakaian simple??

    some people are fly for bussiness , mesti pake baju necis . lengkap dengan ikat pinggang yg mesti dilepas dia area pemeriksaan. dan karena harus ngejar meeting, bawa tentengan laptop , jas dan tas berisi dokumen2

    just my opinion

    • lho mas kan sudah ada di artikel sebenarnya, misalnya dilepas dulu sebelum masuk ke area pemeriksaan. baru nanti setelah area pemeriksaan digunakan kembali.
      saya pun sering kog flying for business dan harus proper dress. saya sempat harus lepas sepatu karena sepatu saya ada besinya (boots lapangan).
      belajar dari pengalaman, sekarang sebelum masuk bandara, hal-hal yang diperiksa saya lepas dulu (ikat pinggang, jam tangan, laptop dsb) saya masukkan satu tas. setelah pemeriksaan hingga ruang tunggu baru saya pakai. demikian mas. 🙂

  20. mas farhan, kok aku kalo mau motret di bagian checkin counter suka ditegor satpam yaaah 🙁 padahal motret pake hp butut doang hikz.

    Btw, nice artikel !!
    check in di counter checkin itu kadang bikin sebeel. Ada aja maskapai yang tetep nyuruh penumpang yang udah check in, untuk check in ulang kembali di counter web check-in. Tapi terkadang counter web check-in tutup dan mengakibatkan harus ngantri di konter checkin biasa 🙁

  21. soal web check-in ndak sepenuhnya benar
    bahkan sekelas garuda masih mewajibkan penumpang checkin di counter check-in meski sudah melakukan web check-in

  22. Masalah porter….sebenarnya porter itu sangat membantu, apalagi untuk org seperti saya yg kadang harus pergi sendirian membawa bayi…coba anda sekali2 jadi saya…yg harus repot satu tangan menenteng tas satu tangan menggendong anak trus koper saya siapa yg bawa?
    Saya termasuk org yg praktis…saat bepergian sendiri dl jaman masih belum punya anak, kalo ada urusan cm sehari dua hari saya malah kalo bisa cm bawa 1 tas laptop doank….tp itu gak bisa saya lakukan ketika sudah ada anak….
    Barang anak saya aja sudah menguasai satu koper gede…dan otomatis bawaan akan tambah bnyk lg..
    trus kalo saya gak di tolong porter gimana saya harus menenteng semua itu?
    Kalo anda punya solusinya saya akan sangat berterima kasih sekali 🙂

  23. Saya punya pengalaman di 1-2 bandara domestik, troli habis dipegang porter. Padahal porternya ga pegang barang siapa-siapa. Penumpang dipaksa untuk memakai jasa porter

  24. Komentar: saya hanya bisa berkomentar, karena penulis pada umumnya adalah pengamat. Kebiasaan yang sering juga saya lakukan. Suka dengan tulisan-tulisanmu, kak. Lanjutkan! 🙂

  25. 1 lagi mas, aku suka malu sbnrnya kalo masuk imigrasi Malaysia/singapur, dan banyak org indo nya, dan mereka ini, antri seriiiiing bgt lwt dari batas garis kuning yg udh ditentuin :D.. ujung2nya, ya ditegurlah ama petugas.. berasa jadi orang2 kita ga ngerti cara antri yg bener… hobi bgt sih berdiri mepet di belakang org yg sedang diperiksa pasportnya ama imigrasi.. -__- aku lgs kepikiran ama tukang copet kalo ada yg berdiri terlalu deket ama aku di blkang pas ngantri -__-

  26. waaahh bener tuh mas, yang pertama soal antri saya termasuk orang yang paling sering marah2 di bandara kalo soal ini, saya pernah di dorong pas mau turun dari pesawat, padahal didepan saya tuh antriannya brenti, gak bs jalan,padet gitu, org di belakang saya malah teriak “Jalan dong mbak, jgn brenti” buseett dah ni mo disuruh terbang apa ya.hahaaa
    soal web check-in kalo naik garuda mah enak ga perlu ngantri lagi pas check-in, tp ada maskapai lain yang nyediain web check-in malah websitenya yang error.
    soal kardus mah berawal dari budaya oleh-oleh mas.haha..saya termasuk orang yg paling malas dititipin oleh2, selain ribet bawanya,berat, bikin nambah budget perjalanan.hahaaa, semakin banyak oleh2, semakin banyak kardus.-_-

  27. bawaan kardus mewabah sejak ada tiket pesawat murah. dulu setau saya jarang sekali di bandara menemukan traveler yang bepergian bawa kardus. sekarang saya pun masih kerap bawa tentengan kardus dari daerah. tapi bener, enggak praktis karena kardus mudah rusak.

  28. ?? helloo ,, Salam … org2 Arabs juga hobi pake porter , arab yang medit atau kere gakmau bayar porter tapi gak sanggup juga naro bagasinya d belt sendiri ,, which is annoying… ??? di Dubai airport, jasa porter 25 dirham diluar tips. kardus gak cuma org indo , org India and Bangladesh or Pakistan juga pake kardus , malah lebih Parah , pake ember Atau digulung2 Aja barangnya di dalem blanket ??

  29. Halloo sy mau tanya…apakah boleh bagasi 4 orang di jadikan dlm 1 koper…jadi dlm 1 koper ada 30kg punya 4 orang…?mohon penjelasanya..untuk penerbangan domestik..

  30. Terkait web check in, kadang di beberapa bandara, -saya kurang paham, pihak bandara atau pihak maskapai- walaupun sudah web check in dan membawa print-an boarding pass, masih harus tetap check in di counter check in.. Malah menjadi sangat tidak efisien..

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here