DSCF0209

Bangsa Indonesia adalah bangsa laut, tapi sekian lama bangsa ini lupa ingatan bahwa maritim adalah sumber kejayaan bangsa. Barulah akhir-akhir inilah gaung kebangkitan maritim kembali bergejolak untuk mengembalikan marwah sebagai bangsa laut.

Seperti itulah yang saya lihat di Surabaya. Pelabuhan Tanjung Perak sedang bergeliat, ingin menunjukkan kegagahannya sebagai salah satu pelabuhan paling modern di Indonesia. Lewat tangan dingin Pelindo III Tanjung Perak berbenah menjadi gagah.

Ketika beberapa waktu lalu Jokowi mengumumkan soal Tol Laut banyak orang yang bingung. Banyak orang yang secara literal mengartikan sebagai jalan tol laut di atas laut. Sementara yang lain masih menebak-nebak seperti apa tol laut.

Di Surabaya saya mendapatkan arti sesungguhnya Tol Laut.

Awal mula gagasan Tol Laut adalah tentang mampetnya urusan distribusi dari Indonesia Barat ke Timur dan sebaliknya. Selain itu juga ruwetnya rentang distribusi baik Impor atau Ekspor yang harus tergantung dengan negara tetangga.

Sebagai gambaran, ongkos logistik sebuah barang ke Hamburg lebih murah daripada ke Padang. Sungguh sesuatu yang ironis, bagaimana mungkin ongkos ke luar negeri lebih murah daripada ke dalam negeri.

Untuk ekspor/impor pun masih rumit. Kapal besar yang datang dari luar negeri berhenti dahulu di Singapura baru setelah itu barang dipindah ke kapal-kapal kecil untuk didistribusikan ke wilayah Indonesia.

Ketergantungan itulah yang ingin dipangkas oleh Pelindo III. Bagaimana caranya? Salah satunya adalah membuat pelabuhan yang terintegrasi dengan teknologi canggih dan mampu disandari kapal-kapal besar.

Maka muncullah Terminal Teluk Lamong, sebuah terminal baru kebanggaan Pelindo III untuk memangkas keruwetan sistem logistik lewat laut di Indonesia.

Automatic Stacking Crane
Automatic Stacking Crane
DSCF0088
Crane bongkar muat dari kapal

Terminal Teluk Lamong saat ini baru selesai pada tahap satu dengan teknologi mutakhir, Automatic Stacking Crane. Yaitu sistem yang memungkinkan crane berjalan otomatis dan dikendalikan dari menara kendali.

Sistem ini memangkas dwelling time proses bongkar muat kontainer. Ketika saya masuk di menara kendali memang sistemnya sudah canggih. Baik kontainer yang bongkar maupun muat, semua sudah disusun oleh sistem dan nanti crane akan mengambil kontainer tersebut secara otomatis. Semua by system.

Menara Kontrol
Menara Kontrol
Pengoperasian Crane dari menera kontrol
Pengoperasian Crane dari menera kontrol

Pelindo III lewat Terminal Teluk Lamong adalah pengguna pertama kali teknologi ini di Indonesia dan nomor 4 di dunia setelah Virginia, Abu Dhabi, Catalunya. Crane ini dioperasikan dari menara kendali dengan para operator yang sebagian besar adalah perempuan.

Proses bongkar muat inilah yang ingin diperbaiki oleh Pelindo III. Terminal Teluk Lamong pun masih dikembangkan.

Satu hal yang membuat berdecak kagum adalah bagaimana pelabuhan ini dikembangkan untuk mewujudkan green port. Bagaimana itu?

Penerapan green port adalah untuk mewujudkan pelabuhan yang ramah lingkungan dimulai dari Teluk Lamong. Semua truk yang beroperasi di dalam pelabuhan adalah truk berbahan gas atau minimal memenuhi standar emisi Euro 3. Sebuah visi yang jauh ke depan.

Truk BBG
Truk BBG
Proses bongkar muat
Proses bongkar muat

Jika soal bongkar muat sudah ada solusi dengan crane-crane yang canggih. Maka masih ada permasalahan berikutnya yang muncul, bagaimana dengan kapal-kapal besar yang akan sandar?

Pelindo III kemudian melakukan pengerukan alur laut. Selama ini kedalaman alur laut hanya mampu menampung kapal barang dan penumpang berukuran kecil. Oleh Pelindo III kedalaman alur laut dikeruk lebih dalam sehingga kapal barang dan penumpang berukuran raksasa bisa langsungΒ sandar di Pelabuhan Tanjung Perak.

Kelak seluruh area Tanjung Perak kedalaman alurnya akan sama semua, yaitu minus 16 meter. Ini berarti kapal-kapal barang raksasa yang selama ini tidak bisa sandar di Tanjung Perak bisa bersandar dengan aman. Ini berarti perlahan pengiriman barang dari/ke tidak perlu bergantung pada pelabuhan negara tetangga.

Kapal sandar
Kapal sandar

Nantinya Kapal-kapal barang besar dari mancanegara bisa melenggang anggun untuk bersandar di Tanjung Perak. Efisiensi biaya logistik yang dihasilkan akan sangat signifikan sekali.

Keseriusan Pelindo III ini karena melihat kondisi geografis Pelabuhan Tanjung Perak yang sangat strategis sebagai pelabuhan besar. Terlindungi oleh Pulau Madura sehingga alur yang mengalir ke pelabuhan adalah arus yang tenang, memiliki benteng alami bagi kapal-kapal yang sandar.

Senada dengan hal tersebut, Pelindo III juga menyiapkan infrastruktur pendukungnya. Pelabuhan Teluk Lamong yang baru selesai tahap pertama sudah bersiap untuk pembangunan tahap ketiga. Dengan demikian kapasitas pelabuhan semakin besar dan menampung banyak kapal untuk sandar.

Di bagian lainnya, Pelindo III mendorong dibangunnya JIIPE / Java Integrated Industrial and Ports Estate di daerah Gresik. Kompleks ini direncanakan sebagai kompleks yang menggabungkan kawasan pelabuhan, industri dan residensial.

Area JIIPE
Area JIIPE
Area JIIPE
Area JIIPE

Produk-produk industri dari pabrik bisa langsung didistribusikan via kapal. Bahan baku yang keluar atau menuju area JIIPE bisa menggunakan beberapa akses, jalur darat dengan truk atau dengan kereta api. Dalam masterplan JIIPE ini nanti akan ada penambahan akses rel kereta api dari stasiun terdekat.

Saya merinding membayangkan bagaimana jika kelak kompleks ini sudah selesai semua. Pastilah akselerasi yang luar biasa bagi Tanjung Perak.

Melihat bagaimana Pelindo III membangkitkan pelabuhan Tanjung Perak membangkitkan optimisime saya bagaimana kelak Indonesia bisa kembali berjaya di dunia maritim. Memiliki pelabuhan kelas dunia.

Di masa lalu, Indonesia pernah berjaya di maritim, semoga kelak dengan akselerasi Pelindo III Indonesia bisa kembali berjaya di lautan. Kerja, kerja, kerja.

Tabik.

Pelindo III

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

28 KOMENTAR

  1. Jika benar-benar lebih bagus, bisa jadi Singapura agak ketar-ketir. Biasanya kapal-kapal enggan ke Indonesia karena pelabuhannya kurang mumpuni atau masih carut-marut. Semoga saja bisa menjadi lebih baik.

  2. Saya dulu ingat sekali. Mengantar-jemput Pakde yang sering naik kapal Surabaya-Balikpapan di Tanjung Perak. Masih kecil, SD, saat itu masih kusam, kayak terminal bus. Ruwet. Sekian lama kemudian jarang main ke sana lagi, tahu foto-foto perkembangan terkini Tanjung Perak, layaknya bandara, dan efisiensi bongkar muatnya. Salut.

    Tanjung Perak bukan hanya di tepi laut (seperti lagu Suroboyoan), Tanjung Perak juga tol laut hehehe πŸ™‚

  3. Di Cilacap, dengan Pelindo II juga mulai ditingkatkan kemampuannya Mas..Infrastruktur jalan di luar untuk mendukung mobilitas bongkar muat Pelabutan Tanjung Intan Cilacap sudah mulai ditingkatkan semua dengan cara dicor beton semua akses jalan keluar dan menuju Cilacap. Negara kepulauan memang harus memiliki pelabuhan-pelabuhan yang besar dan mendukung aktivitas kapal-kapal besar.

  4. Kereen. Wajah baru pelabihan Indonesia setelah bebenah. Aku pernah tour yg pelindo 2 di Tj. Priok kak. Kapan2 pingin liat yg Tj. Perak juga.

  5. Aaamiiin..
    Merinding saya melihat foto – foto nya Mas Chan :). dan membayangkan terintegrasinya seluruh moda transport di Indonesia membuat saya semakin optimis dengan negara ini. Hidup Pajak Indonesia πŸ˜‰

  6. canggih sekali, miris sekali merasakan barang yang akan kita export atau import harus mampir dulu ke tetangga sebelum masuk ke Indonesia. bahkan barang yang kita beli dari chinna bisa lebih murah biaya kirimnya daripada mengirim barang ke papua..
    Semoga Indonesia bisa Berjaya lagi setelah sekian lama terupuk..

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here