Bicara bulutangkis saya jadi ingat saat masih kecil dulu. Bulutangkis menjadi olahraga idola, semua orang ingin menjadi Alan Budikusuma atau Ardi B Wiranata. Di desa dulu yang punya televisi bisa dihitung dengan jari, karenanya jika ada pertandingan badminton tiba, balai desa atau rumah orang yang memiliki televisi bisa ramai dan penuh orang yang menonton pertandingan.
Selepas era euforia Alan Budikusuma, Indonesia masih memiliki jagoan bernama Taufik Hidayat. Gaya mainnya yang flamboyan benar-benar membius, kadang musuh dibiarkan unggul terlebih dahulu baru kemudian ditaklukkan dengan angka tipis. Saat itu Taufik bak selebritas, dielukan-elukan oleh publik Indonesia.
Lantas bagaimana dengan sekarang? Minggu lalu saya berkesempatan berbincang dengan perwakilan PBSI dan BCA, yaitu Yuni Kartika, Ahmad Budiarto, Inge Kartika dan salah satu atlet bulutangkis Indonesia, Fran Kurniawan Teng.
Dalam kesempatan tersenut Yuni Kartika yang dulunya juga atlet bulutangkis yang legendaris di Indonesia menjelaskan bahwa Indonesia sudah melakukan persiapan dengan sungguh-sungguh untuk menghadapi BCA Indonesia Open 2016. Suasana di Pelatnas juga sangat positif, para atlet berlatih dengan keras siang dan malam demi mengharumkan nama bangsa di gelaran BCA Indonesia Open 2016.
Saya jadi teringat anthem yang khas dari supporter Indonesia, sorakan “Indonesia!” yang berulang ditimpali tepuk tangan panjang dan berulang tampaknya sudah menjadi bentuk dukungan yang khas dari penonton Indonesia. Sorakan itulah yang membakar semangat sekaligus seolah menggetarkan Istora Senayan tempat BCA Indonesia Open 2016 diadakan.
Bulutangkis memang masih diminati banyak orang. Masih menjadi olahraga favorit masyarakat. Di pelosok – pelosok kampung masih dimainkan, turnamen bulutangkis masih ramai di mana-mana. Ini karena memang bulutangkis yang konsisten mengharumkan nama bangsa, memberikan prestasi yang membanggakan.
Menurut Ahmad Budiarto yang merupakan pengurus teras PB PBSI. Sempat surutnya prestasi bulutangkis Indonesia adalah karena lambatnya regenerasi, terutama di sektor putri. Namun demikian PBSI terus berusaha keras untuk melakukan scouting dan menempa bibit bibit baru atlet putri yang akan menjadi tulang punggung Indonesia.
Hasilnya adalah kini, atlet-atlet putri sudah Indonesia sudah kembali unjuk gigi di pentas dunia. Mulai mendaki tangga rangking atlet dunia, seperti Maria Febe atau Lindaweni Fanetri.
Perjuangan atlet-atlet Indonesia di BCA Indonesia Open 2016 ini tak hanya mengumbar peluh semata, namun jauh di balik keringat yang menetes di gelanggang ada rasa bangga yang meluap untuk menancapkan kuku Indonesia di mata khalayak perbulutangkisan dunia.
Menurut Ahmad Budiarto, atlet-atlet Indonesia bukanlah atlet sembarangan. Atlet-atlet kita memiliki semangat yang berlipat dan disiplin yang spartan. Setiap pagi buta sudah mulai latihan hingga siang, istirahat sebentar lalu melanjutkan latihan sesi siang hingga malam. Rutinitas yang mungkin bagi orang akan membosankan dan begitu berat telah ditaklukan oleh para atlet kebanggaan Indonesia.
Semangat para atlet Indonesia itulah yang didukung oleh BCA. Gelaran Indonesia Open memang bukan kompetisi main-main. Sejak diadakan di tahun 1982, Indonesia Open pada 2007 telah menjadi bagian dari BWF World Superseries dan pada tahun 2012 Indonesia Open dinobatkan BWF sebagai pertandingan bulutangkis terbaik di dunia.
Tentunya ini adalah gelaran yang bergengsi. Untuk itulah Inge Kartika sebagai perwakilan dari BCA menegaskan dukungan penuh dari BCA untuk gelaran BCA Indonesia Open 2016 ini. Sebagai sponsor utama, BCA tentunya mendukung secara penuh agar gelaran ini tetap menjadi gelaran kebanggaan Indonesia dan juga mendukung supaya atlet-atlet Indonesia bisa menjadi juara di panggung sendiri.
Saya kembali teringat bagaimana dulu Indonesia benar-benar berjaya di dunia dan teringat bagaimana euforia masyarakat apabila atlet-atlet bulutangkis berlaga di gelanggang. Mengingat euforianya saja saya merinding sendiri.
Sekarang saatnya untuk mendukung Indonesia di BCA Indonesia Open 2016. Seminggu ini kita akan disuguhi perjuangan atlet-atlet Indonesia yang berjibaku di medan laga demi mengharumkan nama Indonesia. Menunjukkan nasionalisme lewat tetes keringat dan setiap ayunan raket untuk menumpas lawan.
Tabik.
Ketika Rudi Hartono sedang jaya-jayanya saya masih kecil. Ingat banget Bagaimana pahlawan Thomas Cup Indonesia itu juga bermain film. Setelah itu ada Lim Swee King. Lius pongoh baru kemudian Susi Susanti dan Alan budikusuma. Pada daerah manakah nama Indonesia benar-benar harum. Semoga dengan dukungan BCA atlet bulutangkis kita akan mengembalikan kejayaan tersebut. Amin
Amin Mbak..
Olahraga bulutangkis ini jadi satu-satunya olahraga yang punya kesan mendalam buat saya. makasih infonya Mas Ef 🙂
Sama Mas. Olahraga yang merakyat sekaligus mendunia.
aku mbingek jagoan juga chan..
jaman smp , temen temen pada manggil aku “han jian”..
kenal han jian gak?
jadul banget Han Jian. hihi
Saya dan istri akan nonton pas Semi Final dan Final Insya Allah. IN – DO – NE – SIA prok prok prok prok
Bisa ketemu kita Mas. 😀
Grey Nit udah kalah tadi. Damn
🙁
saking nggak tahunya, pada waktu masih kecil justru saya mendukung Yang Yang ketika melawan Icuk Sugiarto…..sederhana saja, karena yang saya kira yang namanya Icuk itu Yang Yang dan yang namanya Yang Yangitu sosok Icuk (jadi ketawa sendiri dech ketika dikasih tahu)
Haha..jadi malah ketuker ya Mas. 🙂
Iya dulu zaman susi susanti, alan budi, ardi dll mah masih ngikutin, karna mungkin ngak ada hiburanlain yaa
Sekarang dah lupa ama bulu tangkis ini hehehe
Hahaha. 🙂 betul kak cum, jaman dulu balai desa penuh kalau tanding badminton.