DSCF0065

Salib di NTT kisahnya berawal dari Larantuka. Kisah masuknya iman Katolik di Larantuka adalah kisah sejarah yang penuh magis.

Konon, bocah lelaki bernama Resiona menemukan patung setinggi tiga meter dengan postur dan wajah perempuan 5 abad silam. Di dekat patung tersebut ada tulisan yang terdiri dari tiga buah kata yang orang-orang Larantuka tidak tahu artinya.

Nun, orang-orang Larantuka menyebut patung tersebut sebagai Tuan Ma. Meninggikan Tuan Ma dalam kehidupannya, menjadikannya pelindung Larantuka. Sampai seabad kemudian, seorang paderi dari Ordo Dominikan datang ke Larantuka, melihat patung Tuan Ma dan tulisan tiga kata.

Kapel Tuan Ma
Kapel Tuan Ma

Patung Tuan Ma adalah patung Bunda Maria, dan tiga kata adalah Reinha Rosario Maria. Sejak itulah orang-orang Larantuka menerima iman Katolik dan hingga sekarang orang-orang Larantuka mayoritas adalah penganut katolik yang taat.

Nuansa relijius memang kental di Larantuka, gereja – gereja berdiri indah dan membuka pintunya setiap hari. Romo yang mengabdi di Larantuka menyambut kami dengan ramah di halaman Katedral Reinha Rosari Larantuka yang teduh.

Katedral Reinha Rosari Larantuka
Katedral Reinha Rosari Larantuka

Katedral yang menjadi pusat Keuskupan Larantuka ini bisa jadi adalah salah satu gereja terindah di Flores. Berdiri di puncak bukit dengan tiga menara di bagian depan dan ornamen salib yang rumit, gereja ini menjadi pusat kegiatan umat Katolik di Larantuka.

Di sebelah Katedral terdapat kediaman uskup yang mengabdi di Larantuka, di seberang katedral terdapat pemakaman para imam dan uskup yang telah mengabdi di Larantuka sejak berabad-abad silam.

Pemakaman suci Larantuka
Pemakaman suci Larantuka

Katedral ini dikenal dengan nama Gereja Besi, dinamai demikian karena seluruh pondasinya dari besi yang didatangkan jauh-jauh dari Den Haag. Jaman dahulu umat Katolik Larantuka dengan heroik membawa besi-besi itu dari kapal besar yang sandar di tengah laut Larantuka, besi-besi dipindahkan ke kapal nelayan dan dibawa merapat di dermaga Larantuka.

Hasil kerja masyarakat ini bertahan ratusan tahun. Katedral inilah yang kemudian menjadi nafas agama Katolik di Larantuka, setiap Semana Santa puncak acara diadakan di Katedral ini.

Katedral Reinha Rosari Larantuka
Katedral Reinha Rosari Larantuka

Larantuka adalah Serambi Roma, di mana iman Katolik menjadi penyejuk dan nafas bumi Larantuka.

Saya tinggal di Susteran Balela, sebuah kompleks biarawati yang terletak di tepi laut Larantuka. Ada kamar-kamar yang memang disediakan untuk tamu yang berkunjung di sini, biasanya akan penuh saat Semana Santa, perayaan suci umat Katolik Larantuka yang diadakan setahun sekali.

Tinggal di Susteran memberikan nuansa yang berbeda, saya terbangun karena kidung doa pagi para biarawati. Suasananya sangat sepi dan damai. Suster-suster yang di pagi hari sudah menyambut ramah. Saya menyesap secangkir kopi panas dan menikmati panorama laut Larantuka dari selasar susteran.

DSCF0036

DSCF0058

Hidup di Larantuka sepertinya damai dan tanpa curiga. Orang-orang tertawa lepas di pinggir jalan. Bahkan di Katedral saya bersua dengan anak kecil yang tiba-tiba mencolek pinggang saya, berusaha mengajak bicara dan meminta berfoto bersama, manis sekali.

Orang-orang Larantuka mudah akrab, saya berbincang dengan siapa saja yang saya temui di jalan. Ketika malam, karena menyambut Tour de Flores 2016, jalanan di depan susteran ditutup, kemudian orang-orang Larantuka berpesta di jalanan, menyanyikan lagu-lagu daerah disertai tetabuhan, ramai nian.

Lepas pantai Larantuka
Lepas pantai Larantuka

Larantuka seperti tempat yang sempurna untuk bertetirah. Kota kecil diapit gunung dan laut, jika kita memandang pantai maka ada laut lepas, jika kita memandang gunung, maka gunung tinggi nan hijau melambai. Hidup di Larantuka sepertinya hidup yang tenang dan tanpa kegusaran.

Menikmati Larantuka adalah perihal menikmati kedamaian. Di ujung timur Flores, serambi yang lain menyapa Indonesia. Serambi yang relijius dan penuh keindahan.

Tabik.

Tulisan dalam rangka penjelajahan Terios 7 Wonders edisi Flores dan Tour de Flores bersama Daihatsu Indonesia.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

16 KOMENTAR

  1. Larantuka. Bagus juga ya kalau diangkat sejarahnya. Masyarakatnya nampaknya juga sangat ramah gitu. Diimbangi dengan alam yang indah. pakaian yg dikenakan Mba2nya juga khas banget

  2. anaknya lucuuuuu ^o^.. berani juga nyolek2 minta foto ;p..

    walo bukan kristen, tapi aku sering melihat2 gereja kalo sdg traveling ke luar… kebanyakan gereja yg aku masukin jg gereja katholik mas.. tiap masuk ke dalam, sejuuuk banget, trus ornamen2 gereja yg mengundang rasa ingin tau…paling suka bgt kalo di gereja itu ada lukisan2nya.. kyk yg aku temui di bulgaria.. aku g tau itu gereja apa, tp katany yg terbesar di sana..

  3. Oke, aku jadi pengen ke Larantuka <3

    Tadinya aku kira cuma ada gereja itu, ternyata ada banyak gereja tua serupa ya sampai disebut Serambi Roma. Ada kekayaan alamnya pun di sana. Kalau naik pesawat turun di mana, mas? Maaf, nggak terlalu paham Indonesia Timur selain ibukotanya 😀

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here