BruFbQKCYAI0KkO

Kalau membandingkan kereta api jaman dulu dan sekarang perbedaannya sangatlah nyata. Bahkan jika ditarik mundur, naik kereta api era 10 tahun dan sekarang perbedaannya besar sekali.

Saya mulai rutin menggunakan kereta api jarak jauh ketika mulai kuliah sekitar 10 tahun yang lalu. Rute Jakarta – Jogja adalah rute yang rutin saya lalui, harga tiketnya masih 38 ribu rupiah. Beli tiket di stasiun sebelum berangkat dan tidak ada pemesanan online.

Jaman dahulu tidak khawatir kehabisan tiket, ada calo yang menjajakan tiket. Imbasnya kereta yang penuh tetap dijejali penumpang.

Era itu adalah era kesengsaraan naik kereta menurut saya. Penumpang tidak diperhatikan, perjalanan penuh ketidakpastian. Bayangkan saja penumpang berkelimpangan di lantai gerbong kereta.

Kala itu opsi naik kereta hanya karena satu hal, tiket murah. Maklum masih mahasiswa, segala-galanya mencari yang serba murah meriah.

Sepuluh tahun berlalu, kereta sekarang tidak lagi sama dengan dahulu. Dalam satu dekade perkembangan dan perbaikan dalam perjalanan berkereta sungguh pesat sekali. Saya tak perlu berdesak-desakan lagi di gerbong, tak lagi kepanasan dan juga bisa istirahat dengan nyenyak.

Yang pertama paling dirasakan adalah perubahan dalam ticketing kereta.

Jaman 2005 tiket kereta ekonomi masih berupa kertas karton kecil. Dengan tiket itulah penumpang naik ke kereta. Kadang tiket tersebut bisa digandakan, artinya satu kursi dijual untuk dua tiket di masa itu. Permainan para calo.

Bahkan jika tidak punya tiket pun tidak apa-apa. Ada istilah bayar di atas, menyuap petugas kereta api supaya bisa duduk di restorasi, biasanya 50 ribu. Dengan demikian tanpa tiket saya bisa melenggang dan mendapatkan tempat yang enak pula.

Jaman sekarang jangan harap tanpa tiket kereta bisa naik ke gerbong. Yang ada bisa diturunkan di stasiun antah berantah oleh petugas.

Memesan tiket kereta pun bisa sangat mudah, ada banyak kanal yang bisa digunakan. Mulai dari web resmi PT KAI, loket, sampai e-commerce. Upgrade pelayanan tiket kereta yang luar biasa dalam sepuluh tahun ini sungguh memanjakan penumpang dan pelanggan kereta api. Saya tak perlu lagi repot-repot datang ke stasiun untuk membeli tiket, tak perlu khawatir kehabisan tiket dan tak perlu berburu calo.

Kini infrastruktur kereta pun diperhatikan dengan baik. Stasiun-stasiun semakin bersih dan jauh dari kesan kusam. Ruang tunggu yang nyaman dan papan informasi yang jelas, perbaikan terus dilakukan di sana-sini

Naik kereta api pun semakin enak dengan gerbong-gerbong yang bersih. Petugas kebersihan hampir tiap jam mondar mandir dari gerbong ke gerbong membersihkan sampah yang ditinggalkan penumpang.

Soal keamanan juga terjamin, polsuska/polisi khusus kereta api bersiaga di sepanjang perjalanan demi menjamin keamanan para penumpang.

Gerbong-gerbong seluruhnya dilengkapi AC juga kursi yang nyaman. Tidak ada lagi namanya kegerahan di gerbong, restoran di kereta juga menyajikan menu-menu yang enak dan semakin variatif.

Sepuluh tahun sejak saya rutin berkereta, ternyata perubahan tersebut terjadi begitu cepat. Kini kereta api mulai menjadi primadona transportasi umum.

Kini saya tak lagi khawatir untuk naik kereta, bisa istirahat dengan tenang sampai tujuan.

Siapa hendak turut?

Tabik.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

26 KOMENTAR

  1. Dalam 2 tahun terakhir ini saya sering banget menggunakan kereta api. Kalau sebelumnya, waduh, ngeriiiii… mending naik bus aja walau dengan resiko nyawa karena supirnya banyak yang ugal-ugalan 🙂

  2. Iya Mas, saya pernah naik dari Jogja ke Jakarta..dengan berlapis-lapis koran maka Toilet pun bisa disulap jadi tempat duduk karena saking penuhnya gerbong penumpang di dalam. Sekarang kemajuannya menurut saya sangat-sangat pesat dan jauh berbeda dibanding 5 atau 10 Thn yang lalu..

  3. membaca cerita mas Effener, mengingatkan saya jg kenangan merintis pd jaman kerja di Jkt dan pulang ke Jogja tiap bulan 2x,
    berbekal duit 38Rb naik ekonomi dgn pengorbanan berjejal, bersesak2an, berdiri selama 9 jam tanpa tmpat duduk hahaha…
    duduk dibawah dilangkahin orang lewat, para penjual asongan dan pengamen, sungguh kenangan yg tak terlupakan..

  4. Iya nih bener banget artikelnya mas Ef, dulu pernah sampe nginep di stasiun senen buat beli tiket progo, tidur di depan loket, subuh2 mulai ngantri dan sampe depan loket tiketnya abis.

  5. aku naik kereta baru sekali mas, kalo di Indonesia yaa… itu juga KA argo jkt-solo :D.. ntah kenapa blm berani naik commuterline nya :D.. Denger cerita temen2 yg naik KA k kantor, suka ciut sendiri pas tau ramenya gimana, sikut2an dll :D..tapi kalo utk KA jrk jauhnya aku akuin bgs kok 🙂

  6. hehehe…sang penulis dan para komentator rerata punya kenangan pait dg KA di masa lalu ya…samaaa dong dg dakuuhh, tapi klo sekarang bahkan anakku syuka naik prameks klo mau ke Solo, ogah naik bis/travel…

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here