Pernah merasakan rasanya kecewa mengikuti lomba blog dan tidak menang? Merasa sudah menulis panjang dan lebih baik dari peserta lain tapi tetap saja kalah? Pernah merasa jengkel atau geram kenapa yang menang hanya orang-orang itu saja? Sama, saya juga pernah merasakannya.
Tapi, apakah pernah merasakan bagaimana menjadi seorang juri lomba blog? Tahan dulu komentarnya sebelum membaca beberapa sudut pandang saya sebagai seorang juri.
Sekarang ini lomba blog memang semakin banyak dan itu menjadi fenomena. Dengan berbagai tema dan hadiah yang semakin menarik. Lalu bagaimana caranya supaya menang lomba blog dan bagaimana sebenarnya mekanisme lomba blog itu dibuat? Banyak blogger belum tahu dan itu berujung pada sentimen negatif atau skeptis pada kualitas penjurian.
Saya sih cuek saja, maksud saya adalah saya tidak peduli jika ada perdebatan di luar itu karena keputusan juri biasanya sudah disebutkan, bersifat mutlak.
Yang pertama adalah seorang juri pasti punya subjektifitas dan bagi saya hal tersebut wajar. Setiap orang pasti memiliki preferensi masing-masing, selera dan dari situlah muncul subjektifitas. Bagi saya sebaik apapun juri pasti memiliki subjektifitas dan juri yang baik adalah juri yang bisa meminimalkan subjektifitas tersebut serta menguji subjektifitasnya dengan juri yang lain. Oleh sebab itu menurut saya, lomba blog yang baik adalah yang jurinya lebih dari satu untuk meminimalkan subjektifitasnya dan bias para jurinya.
Dari subjektifitas inilah peserta lomba blog sebenarnya bisa mengukur kesempatan untuk menang. Caranya adalah cari tahu selera jurinya, dengan catatan juri tersebut diumumkan di pengumuman lomba.
Tulislah sesuai selera juri, dengan demikian satu pintu kemenangan telah terbuka. Setidaknya juri akan melirik tulisan tersebut. Seorang juri dalam sebuah lomba blog akan membaca puluhan atau mungkin ratusan tulisan peserta, at least juri akan notice jika ada tulisan yang sesuai dengan seleranya.
Membaca puluhan / ratusan tulisan peserta itu bikin otak panas lho. Sudah begitu banyak peserta yang seenaknya saja bicara juri tidak kompeten atau bla-bla-bla lainnya. Padahal saya percaya juri tidak mungkin main-main saat melakukan penjurian, pertama seorang juri pasti dipilih karena kompetensinya, kedua seorang juri mempertaruhkan nama baiknya. Dengan 2 hal tersebut tentunya seorang juri seharusnya tidak main-main atau kredibilitanya yang jadi taruhan.
Saya selalu minimal tiga kali membaca tulisan peserta. Jika masih ragu saya akan membacanya kembali. Jadi jika ada tiga puluh peserta lomba blog, saya membacanya minimal 90 kali artikel tersebut. Buang-buang waktu? Tidak, saya hanya mencoba menjadi seorang juri yang kredibel yang adil.
Ada beberapa hal yang saya lakukan ketika pertama kali menjadi juri. Opsi pertama adalah mempelajari peraturan dari penyelenggara lomba. Lalu membuat tabel penilaian berdasarkan kriteria yang diberikan oleh penyelenggara. Tabel inilah yang menjadi acuan saya saat menilai, saya buat nilai dalam skala 100. Dari tabel nilai itulah pertanggung jawaban saya pada juri.
Jika lomba menulis artikel biasa, saya meminta file yang isinya hanya tulisan dan judulnya saja tanpa disertai nama penulisnya. Hal ini untuk meminimalkan bias subjektifitas.
Beda dengan lomba blog, jika ada lomba blog saya akan minta update tercepat atas artikel yang sudah dipublish di blog. Kenapa demikian? Karena penilaian yang paling adil adalah penilaian langsung saat tulisan tersebut dipublish.
Saya menemukan ada beberapa blogger yang mengubah tulisan yang sudah dipublish saat lomba blog. Tidak hanya satu, modusnya adalah mereka publish terlebih dahulu lalu saat menjelang deadline mereka mengganti tulisan tersebut dengan tulisan yang baru sama sekali atau melakukan pengeditan pada naskah yang telah publish sebelumnya.
Pada beberapa lomba blog di mana saya pernah menjadi juri, saya pernah menemukan praktik kecurangan seperti ini dan hal ini adalah hal yang saya benci, hal ini tidak menghargai para peserta lomba blog yang sudah susah-susah membuat tulisan. Itulah mengapa saya selalu meminta penyelenggara untuk langsung mengirim link yang sudah publish kepada saya supaya saya bisa langsung menilai.
Praktik tersebut terjadi karena banyak peserta yang sebegitu ingin menang sehingga mereka menghalalkan segala cara untuk menang. Melihat postingan-postingan peserta lain terlebih dahulu lalu memperbaiki postingan sendiri di saat akhir. Satu hal mereka curang, sisi lain mereka tidak percaya diri dengan karyanya.
Well, praktik ini tidak akan saya loloskan jika saya jurinya. Ini demi kredibilitas loma juga demi rasa keadilan para peserta, saya berpihak pada peserta yang membuat karya dengan sungguh – sungguh dan jujur, tidak berpihak pada peserta yang mencoba segala cara untuk menang.
Hal-hal di balik layar seperti ini yang tidak diketahui oleh peserta. Jika tidak menang dengan mudah mengambinghitamkan juri dan penyelenggara lomba.
Lantas kenapa yang menang itu-itu saja. Jika kontennya bagus, sesuai persyaratan lomba dan memiliki nilai plus, kenapa tidak menang? Orang yang sudah biasa menang lomba blog tentunya memiliki asam garam kenapa mereka menang.
Tapi itu tidak mutlak, banyak juga yang langganan juara lomba blog yang tidak menang. Tapi ada juga yang tidak pernah menang lomba blog tiba-tiba menyabet juara pertama. Kombinasi konten, ketaatan pada persyaratan lomba dan nilai plus-lah bagi saya yang membuat sebuah postingan blog bisa memenangkan lomba.
Well, lomba blog bagi saya berbeda dengan lomba penulisan. Seorang juri harus memiliki wawasan yang luas termasuk pemahaman tentang gaya bahasa dan istilah-istilah yang populer, karena postingan blog lebih cair.
Bagi saya gaya bahasa menjadi kriteria kesekian. Memangnya ini lomba karya ilmiah yang bahasanya harus baku? Tidak kan? Apalagi sekarang ini blogger di Indonesia banyak jenisnya dengan gaya bahasa yang berbeda-beda pula. Tema, ide dan kesesuaian dengan kriteria penilaian menjadi prioritas penilaian.
Memang menjadi juri lomba blog tidak bisa kaku, harus banyak beradaptasi, harus paham tren terkini tapi di luar itu semua, ia juga seharusnya memahami dunia literasi, memahami creative writing, memahami tren blogging. Sepertinya berat ya?
Ya memang berat, tapi ya seperti itulah juri lomba blog, tidak semata soal memilih pemenang lomba blog atau sekedar menerima job lomba blog. Bagi saya amanah paling besar menjadi juri adalah menjaga kredibilitas dan reputasi lomba blog itu sendiri.
Kompetensi saya menjadi blogger sebenarnya diuji saat saya menjadi juri lomba blog dan kompetensi saya dalam menulis ditantang saat membaca tulisan orang lain.
Itu yang membuat saya tidak main-main saat menjadi juri. Karena saat saya menjadi juri sebenarnya peserta lomba semuanya memandang saya menjadi juri, bisa jadi bukan saya yang menilai karya peserta tapi sebaliknya para pesertalah yang sedang menilai bahkan menghakimi saya sebagai juri.
Di akhir, semoga dengan tulisan ini bisa menjadi sudut pandang lain bagi teman-teman blogger yang ingin mengikuti lomba blog. Bahwa sama seperti peserta, saya, kami para juri lomba blog juga berpikir keras saat menjuri.
Lupakan pikiran bahwa juri bisa disetir karena tidak semua juri bisa disetir dan saya percaya bahwa juri yang bagus pastilah memiliki idealisme yang kuat.
Selamat mengikuti lomba blog dan sampai jumpa pada lomba yang saya menjadi jurinya.
Tabik.
Terima kasih tulisannya Mas Ef. Tugas menjadi juri memang berat. Apalagi nantinya harus berurusan dengan komplain.
Lalu untuk mengetahui gaya yang disukai oleh juri itu bagaimana Mas? Kalau dia blogger mungkin kita bisa tahu dari gaya penulisannya.
Kalau dari orang brandnya apakah kita harus selalu menulis yang sifatnya “jualan”?
Salam Lia. 🙂
Kalau juri dikomplain sudah biasa, pertanyaannya adalah yang komplain ini pernah jadi juri ga?
Bisa sih observasi selera juri, pasti ketebak.
Kalau buat brand ya belum tentu. Yang penting sesuai term and condition saya kira udah cukup
Aku pernah merasa kecewa pada salah satu lomba blog dan pas telusuri tulisan yg menang itu jauuuuuuuh dari kriteria lomba . Hikss… sempat kapok sih, tapi… setidaknya buat aku lebih belajar lagi soal ketekunan dlm menulis. Hehehe
Thank om efenerr sudah menghadirkan tulisan yg mencerahkan pikiran ini ttg lomba blog 🙂
Siap 🙂 Semangat ya, semoga makin berkembang terus ke depannya.
berasa kok, jadi juri lebih memusingkan, apalagi kalau ada beberapa peserta yang dari segi syarat dan keseluruhannya sudah oke, milihnya pusing, harus dibolak balik membaca lagi untuk menentukan terbaik dari yang terbaik *pengalaman jadi juri giveaway ehhe, dulu sih sempat ngedrop karena kalah ikutan lomba waktu zaman masih ingusan ngeblognya, sekarang walaupun sudah kalah ribuan kali sampai ada temen yg bilang “masih ikutan lomba blog yg itu lagi? padahal kalah terus juga” tetep aja aku mah maju demi memuaskan rasa penasaran, hasil akan selalu mengikuti setiap usaha, I believe it mas *panjang amat ini ya, ikut lomba blog dibuat fun aja buat ngasah kemampuan berpikir :p
Wah dikomenin Jawara, jadi minder saya. 😀 Anyway yang penting itu semangat pantang menyerah ya Ev. 😀
Makasih buat sharing-nya. Baca ini jadi makin luas sudut pandangnya, Mas. Saya share yak 🙂
siap mas, terima kasih. 🙂
Wah terima kasih pencerahannya..
terima kasih kembali mbak
Noted mas Farchan, walaupun belum pernah ikutan lomba blog. Hehehe
Siap Mbak Efi. 🙂
Bagian yang peserta edit setelah submit link itu kena banget Mas Ef. Kenal beberapa orang yang melakukannya dan mereka anggap itu bukan kecurangan. Saya sampe geleng-geleng. Parahnya beberapa menang lombanya. Great point mas! 😀
Haha, itu dia mas. kalau mau edit ya silakan asal belum disubmit. Kalau sudah submit kan berarti sudah publish dan setuju ketentuan lomba, dengan mengedit berarti dia menolak mengikuti ketentuan lomba kan?
Good share…. berharap semua juri bisa seperti dalam uraian tulisan ini.
amiiin
Tandai dulu ah.. Ntar kalo aku ikutan lomba blog, menangin ya kak *eh*
wani piro kak? *eh
Alhamdulillah dapat pencerahan dari salah 1 juri. Harus lebih banyak belajar lagi nih aku. Moga2 konsisten menulis dgn baik dan bisa menyesuaikan dg tren blog saat ini hehehe
Semangat ya Mbak! 🙂 Semoga sukses selalu
Selera juri. Yup bener banget, saya dulu kalo menulis lomba pasti nyari tahu jurinya siapa. Walaupun ga menang setidaknya saya tahu kalulo tulisan saya tsb ga sesuai dg selera juri dan tentunya kriteria yang lain juga
Siap Kak! 🙂
Pernah ikut lomba produk yang padahal tulisan saya itu ada paling atas dipencarian. Eh malah blas tidak masuk 10 besar penjurian. Hasilnya….nyesek.. nb: saya nggak edit2 tulisan loh hehe
Tenang mas, menang itu ada saatnya. 🙂
Jadi bikin semangat ikut lomba
Harus semangat Mbak! 🙂
Saya beberapa kali ikut lomba, dan ketika membaca tulisan pemenang lomba rasanya tidak ada masalah. Tulisan mereka jauh lebih teratur dan menarik. Selama ini kalau ikut lomba harapannya malah mereka yang sering menang lomba ikut, jadi kalau misalnya menang,s etidaknya ada kepuasan tersendiri. Minimal lebih paham kalau ada kemajuan dalam tulisanku 🙂
Kalau masih tetap kalah ya dinikmati, yang penting ikut berpartisipasi dan blog ada tulisannya 😀
Semangat selalu! 🙂 Saya selalu menikmati tulisanmo lho btw. Kapan-kapan ketemu ya.
Oohh begitu. Kalai lomba foto juga sama kayaknya . Tapi kalau lomba foto lebih mudah melihat selera juri. Hehehe
iya, sama juga karena fotografer punya selera masing-masing.
Iya nich juri memang bisa saja tidak obyektif. Tapi saya positif tinking aja, yang penting menulis secara maksimal. Tapi, jadi pesimis juga ikut lomba nich, karena saya menangkapnya peserta yang posting dahulu diprioritaskan, berarti yang posting belakangan serasa diabaikan. Padahal jujur, saya yang termasuk seringkali posting menjelang DL. Bukan bermaksud curang, tapi biasanya nggak sempat nulis. Nah, pas menjelang DL baru dipaksakan, dan biasanya ide bisa mengalir lebih baik saat itu. Dalam hati ada motivasi, kalau nggak sekarang nulis berarti kesempatan akan lewat, hehe ….
Lho tidak diprioritaskan. Kalau ada yang publish lebih dulu, juri punya banyak waktu untuk menilai lebih detail. Termasuk untuk meloloskan atau tidaknya. 🙂
Terimakasih postingannya. Jadi tambah pencerahan …
terima kasih kembali.
Terimakasih postingannya. Jadi tambah pencerahan nich ..
terima kasih kembali.
nyimak dgn seksama.. mmg hasil lomba gak bisa ditebak, saya juga pernah jd penyelenggara kuiz, rasanya mmg getir saat bbrp inbox masuk “riwueh” cuma nanya kenapa dan kenapa. Sejak itu saya jd ngerti gimana gak enaknya jd juri, dan akhirnya klo ikut lomba aku bersikap kalem: diam2 belajar, diam2 ikut, diam2 tawakal menang kalah biasa 🙂
Hehehe Siap Mbak! 🙂 pengalaman yang memperkaya yaaa
Ini perlu dicatat buat aku yg baru sekali dua kali aja ikut lomba blog. Makasih sharingnya Mas Ef
siap mbak, semoga bisa lebih mengenal lebih dalam tentang lomba blog.
Selera juri di pahami , tapi gak pernah ikut lomba orang yang ikut kebanykan sudah suhu2 mending baca ae lah, kalo lomba foto mah gpp sekali2 ikut walau kalah terus 😀
terima kasih informasi sangat membantu buat saya yang gak pernah ikut lomba blog 😀
Siap Mas!
Mas, kapan mau jadi juri lomba lagi, Mas? Saya mau ikutan lombanya.
Rasanya saya belum pernah ikut lomba yang Mas jadi jurinya 😀
sebentar lagi ada. 😀
Tapi kalau terpampang juri lomba blog, kok aku tambah ngeri ya om.
Kenapa ngeri om?
Nah, ini baru keren. Setidaknya menambah pengetahuan tentang dapur para juri. Thanks Mas ceritanya.
Oh ya, bagaimana kalau naskahnya memang baru di-post menjelang deadline? Demi menjaga kualitas tulisan misalnya, karena saya terbiasa mengendapkan tulisan untuk beberapa waktu dulu, kemudian membaca ulang, mengedit, membaca ulang, diendapkan lagi. Jadi butuh waktu cukup banyak sebelum kemudian dipublikasikan.
Atau begini, dalam kasus lain dia baru tahu ada lomba justru saat menjelang deadline?
Apakah kemudian ada kriteria-kriteria tersendiri bagi mereka yang mengepost tulisan paling awal dan paling akhir?
Sama-sama Mas. 🙂
Tidak ada masalah kok posting jelang deadline.
Kredibilitas para juri dipertaruhkan saat menjuri suatu lomba, ini betul banget, kak! Lagi-lagi sebagai peserta lomba kita juga kudu tau selera juri. Ya intinya, nulis aja dengan jujur dan sepenuh hati *eaaaaak
benar kak. Eaaaa
Makasih banyak Mas sharingnya.. ^_^. Sangat bermnfaat buat saya yg pemula di lomba bloh. Izin share yo mass..
silakaaaan
Waktu awal-awal ngeblog dengan tulisan dan kosa kata yang masih sangat terbatas sering ikutan lomba blog dan nggak pernah menang. Kemudian lebih fokus untuk menulis dulu yang lebih baik. Kemudian ikut lomba. Alhamdulillah beberapa ada yang menang. Dulu sempet dapet tips juga dari seleb blogger yang sering menang lomba. Salah satunya cari tahu tentang jurinya, seleranya. Hehehe bacaan menarik euy di siang hari gini
Salam mas indra, pasti sering menang lomba nih.
Kenapa setelah posting kok malah di edit menjelang deadline, mungkinkah di amencuri2 artikel2 peserta lain yaa trus mengedit nya
salah satunya demikian mascum. 😀
Terima kasih banyak, Mas Farchan. Keren tulisannya bikin melek. 😀 Anyway, yang bener “subjektifitas” atau “subjektivitas” ya? Karena yang aku tahu “subjektivitas”, asal katanya “subjectivity”. Sama seperti “aktivitas” atau “kreativitas”. Hehe. Sekadar masukan.
oia, terima kasih masukannya. 🙂 saya ralat.
Wah baru tau.. terima kasih info nya,, jd nambah semangat nulis nih, hehe
Terimakasih. 🙂
Woowww, terima kasih sharing-nya om. Kalau boleh tau, bahasa loe-gue abdol gak ya dipakai dalam artikel yang dilombakan?
buanyak kok yang pakai lo – gue. 🙂
Aku termasuk baru banget ikutan lomba blog, sempet sih stalking cara dan gaya penulisan mastah2 lomba blog kenapa artikel mereka bisa juara,.,tp semuanya balik lagi ke kreatifitas masing2,.,untuk point edit artikel saat2 terakhir bisa jadi emang ga punya ide dan ga pede sm hasil karya sendiri, (soktau)
Betul! Yang lebih penting dari semuanya adalah kreativitas.
Bah, klo jurinya kek sampeyan semua sih gak bakal ada blogger yg misuh misuh dgn pemenangnya.
Proses penilaian juri ini setidaknya memberikan gambaran pada blogger lomba bagaimana sulitnnya mencari yg terbaik.
Haha ya Engga mas. 🙂 Tapi memang belum semua blogger tau mekanisme penilaian, taunya misuh2 doang.
Walah ada ya yang edit abis2an menjelang DL
Baru tau
Btw makasi sharingnya mas
Jadi tahu sudut pandang juri
Salam kenal
Ada Mbak! Dan sering menang lomba. Haha
Terimakasih sharingnya pak Farchan.
Msih ikut 1kali lomba …
Semoha bisa ikut lomba2 berikutnya
Amin!
alhamdulillah, ada pencerahan, baru 3x ikut lomba blog dan 1 pecah telor … urusan tulisan, insya allah aman karena terbiasa nulis di luar blog … yg jadi PR, sekarang lomba blog banyak yg bakal ada poin plus klo pake inpograpis + pideo dan daya khayalku rendah urusan desain pisual mah
makasih inpohnya mas
Semangat selalu Mbak!
Memahami selera juri itu gampang2 susah juga ya mas ef. Kalau kita tahu siapa jurinya, kita bisa hunting tulisan mereka dan pelajari gaya bahasanya. Yang susah ya kalau kita ngga tahu sama sekali siapa jurinya. Memberikan yang terbaik (a.k.a all out) dalam mengikuti lomba blog itu harus bagi saya. Apalagi kalau hadiahnya itu sesuatu yang bener2 diinginkan 🙂 . Aku deadliner garis keras. Alasannya, karena ide unik dan menurut aku beda dari yang lain, akan muncul kalau sedang tertekan :p istilahnya the power of kepepet itu mujarab bagi aku. Thanks for sharing mas ef. Jadi tahu selera mas ef sebagai seorang juri 🙂
Betul! Memberikan yang terbaik akan menghasilkan yang terbaik! 🙂
Baru tau praktek kecurangan kyk gitu, biasanya kl ikut lomba abia nulis lupakan aja biar ngga terlalu ngarep ? TFS pak juri #salim
Belum pernah ikut lomba gue om.. Kyknya blom pede heheheh
Baca tulisan ini baru tahu sampe ada yang curang mmm segitunya kah obsesi pgn menang?
Nuhun infonya kang salam kenal ?
Ada Mbak! Salam kenal juga ya
Halo, Mas. Kenalan dulu ya… Sedang dan akan jadi juri lomba blog apakah? Sekarang kita udah kenal kan yah… hihi
Salam kenal Mbak, saya lagi njuri sebuah lomba nih kebetulan.
Pelajaran yang sangat berharga buat saya yang kadang ikut lomba blog.
Wah terimakasih pencerahannya mas. Saya beberapa kali ikut lomba blog, baru 1 kali menang tapi bukan lomba blog besar.
Semoga ini bisa jadi penyemangat saya nulis lebih bagus lagi ?
amiiiiin
Luar biasa… aku jadi ambil satu kesimpulan besar dan pelajaran yang sebenernya remeh tapi ini penting. Yaitu… ‘Menghargai setiap tulisan.’
benar. 🙂
Tulisan Mas.Farchan memang mak jleeb..suka mbacanya..
🙂 makaih mas.
waaah, skr jd juri mas.. ini aku kalo BW, akhir2 ini lg banyak bgt temen2 yg ikutan lomba blog .. ada beberapa tema aku baca.. jgn2 salah satu jurinya kamu ;).. aku bisa dibilang jrg bgt ikutan lomba blog. ga sempet nulis sih sbnrnya, krn pulang kantor malam udh kecapean sendiri.. boro2 mau mikir ;p.. jd lbh seneng bacain punya temen2 yg ikutan, trs aku tebak2 deh sapa yg bakal menang 😀
Hehe. Iya Mbak, saya juga jarang ikut lomba kok sekarang. 😀
Memangnya tulisan yang sudah dipublish masih bisa di utak atik lagi? Hm….kalau udah publish terus masih bisa diutak atik (apalagi sampai banyak) memang tergolong unfair lah menurut saya. Tapi pernah lho, ada panitia lomba yg bilang udah daftar aja dulu ntar kalau tulisan yg udah dipublish mau diganti masih bisa kok…. saya sebagai blogger sekaligus peserta lomba newbie seketika bengong. Memang boleh kayak gitu, Mas?
Ya bagi saya hal tersebut tidak etis dan tidak dibenarkan. 🙂 Kalau mau edit ya sebaiknya jangan publish dulu. 🙂
Ternyata seperti itu ya jadi juri lomba blog, menarik dan penuh tantangan. Wah, saya jadi terinspirasi untuk bisa jadi juri lomba. Makasih ya atas sharing pengalamannya, mas. 🙂
Baru2 ini ikut lomba udah baca s&k nya bolak balik, yakin ga ada yg kelewat. jadi pede publish di awal. lalu beberapa hari menjelang DL dapat email s&k berentet. jeng jeng jeng…kalo gitu gimana enaknya?
Kalau seperti itu ya silakan publish artikel lagi Mbak.
Terima kasih sudah mengungkapkan pandangan sbg juri.
Sudah beberapa kali ikut lomba blog dan kalah, tapi memang ada hal2 yang baru dipahami setelah baca artikel ini. Sepertinya kedepan sudah akan lebih baik lagi.
😀
Terima kasih mas dan semangat selalu.
Waah sharing yg bagus Mas Farchan, next kalo saya ikutan lomba saya cari tahu dulu selera jurinya *Noted 😀
Iyah, bener. Biasanya suka agak gampang ketebak, kalau jurinya siapa yang menangnya tulisan jenis gimana. Makasih, sudah sharring, semoga selalu menjadi juri yang budiman, hehehee…
Amin! ayo ikut lomba terus. 🙂
Halo Mas Farchan.. Thanks bgt infonya.. 🙂 Saya baru2 ini mulai suka ikut lomba blog dan blum pernah beruntung.. hihi.. Iya ya ternyata selera juri mesti kita perhatikan jg..
Sama-sama Mbak, tetap semangat semoga next bisa menang ya.
Lomba yang penilaiannya tidak menggunakan ukuran terjauh, tercepat, tertinggi dan sebangsanya memang agak sulit menentukan juaranya, apalagi jika semuanya bagus. Subyektifitas juri pasti ada seberapapun kecilnya.
Saya setuju jika ada peserta lomba mempublish dulu baru mengedit belakangan.
Terima kasih pencerahannya.
Salam hangat dari Jombang.
Terima kasih pakdhe sudah mampir. Sembah nuwun dan salam kenal.
Aku sih, kalo ikut lomba blog, hbs posting trus lupakan he he caraku biar ngga kecewa2 amat kalo ngga menang, tapi aku penasarannya mas Farchan, apa alexa rank, DA, PA, dll sllu jd pertimbangan jugak sama juri lomba?
Iya Mbak. Tulis, publish, lupakan.
Saya sih ga masuk itungan. Kalau di syarat lomba ga dimasukkan ya saya ga masukkan ke kriteria penilaian.
Terima kasih telah berbagi, mas 🙂
Sama-sama Mbak.
Wah, kalo melakukan editing menjelang deadline sih nggak bener itu om. Sebab, gimanapun caranya pasti ada indikasi ia sudah membaca artikel peserta lain. Bahkan cenderung menjiplak secara tersirat. Lha wong yang menjelang deadline juga banyak yang gitu *ups*
Pengalaman ya Mas? Hahaha. Saya sih geleng-geleng aja lihat para blogger bersikap demikian.
Dapat satu pembelajaran bagi saya seorang newbe dalam hal tulis menulis serta dalam lomba blog. Thanks sob
you are welcome, mate.
terimaksih..buat masukan…, jarang ikut lomba nih..he2
Tetap Semangat ikut lomba blog walaupun belum pernah menang, nggak pernah menilai juri, yah memang belum menang aja hehehe
Makasih dapat pencerahan, masih Semangat ikut lomba blog
wah… suhu turun gunung, makasih pencerahannya mas FNR… selamat juga udah menempati posisi yg kayaknya lebih cocok buat seorang FNR… aku lagi mikir2 nih, mau nulis apa soal jawa tengah, pengalaman wisata di jawa tengah malah minim soale 🙁
aku belum ketemu ide nih mau nulis apa di lomba blog jawa tengah, padahal orang asli jawa tengah, tapi ya lebih banyak menghabiskan waktu di luar jawa tengah haha…
makasih pencerahannya mas FNR, selamat juga udah mutasi ke tempat yg lebih layak n lebih sesuai buat seorang FNR
semoga makin moncer..
wah, keren tulisannya… aku malah belum ketemu ide nih mau nulis apa di lomba blog jawa tengah, padahal orang asli jawa tengah, tapi ya lebih banyak menghabiskan waktu di luar jawa tengah haha…
makasih pencerahannya mas FNR, selamat juga udah mutasi ke tempat yg lebih layak n lebih sesuai buat seorang FNR
semoga makin moncer..
Jawa Tengah padahal buanyak banget pesonanya. Ga habis-habis.
jarang ikut lomba saya mah….hehehehe
Makasih mas info dan pencerahannya, jadi tau trik menang lomba ehehe. Semangat ga nulis mepet DL ehehe
siap Mbak. 🙂
Baru mengenal blog, ingin tahu lebih banyak seluk beluk blog, kok alhamdulillah dikasih link ini sama teman.. terimakasih infonya…
Terima kasih kembali Mbak. 🙂
Saya menemukan ada beberapa blogger yang mengubah tulisan yang sudah dipublish saat lomba blog.
.
.
.
iya banget mas. Ini sering (banget) saya jumpai. Tulisannya. Orangnya belum pernah 😀
Terutama pada lomba blog dengan hadiah bernilai besar. Kita yang berburu tulisan sama deadline langsung lemes pas lihat yang kayak gitu ternyata pake acara edit-edit lagi belakangan. Hiks 🙁
Sudah menjadi modus yang umum Mbak dan menjadi dihalalkan. Sedih juga saya.
tanggung jawabnya besar ya sebagai juri..
banget Mbak! 🙂
Waktu mulai rajin ngikut lomba, saya sering tanya, apa tidak masalah jika diedit post yang untuk lombanya? Kata teman-teman tidak masalah. Saya tidak tahu kalau ternyata dari kaca mata juri itu berbeda.
Mbak, pernah ikut ujian sekolah? Kalau jawaban sudah dikumpulkan boleh diganti ga?
Mantab. Terimakasih sharingnya mas. Jadi bahan pemikiran sblm submit artikel ke panitia event.
Siap mas
Perlu kuterapin lagi kalo mau ikutan lomba nih. hheee
TFS buat sharingnya 😀
Sama-sama Mbak.
Juri ibarat hakim ya mas, harus adil. Kalau saya sih apapun keputusan juri itulah yang terbaik karena setiap lomba pasti punya kriteria dan tidak sama antara lomba yang satu dg yg lainnya.
Iya bener Mbak. 🙂
Mas, aku suka dengan artikel ini. Terima kasih mas, bermanfaat sekali, ehehehheew. :))
Terima kasih Mbak Aya. Salam kenal. 🙂
Thank you Pak Juri *salim*
baru tau ada praktek2 ketidakjujuran dalam pembuatan blog, hahaahahha, ngga pernah kepikiran sih kayak gitu. Tapi pernah 2 kali ikutan blog mepet DL alhamdulillah dapet hadiah hiburan, kl ngga mepet mungkin jd pemenang? hihihi XD
🙂 Ada mbak dan buanyak kok. Kalau mau iseng, perhatiin aja yang submit dan itu terjadi berkali-kali lho.
Perasaan udah 2x komen ilang2 mulu.. hihihihi… TFS, ingat saya Pak Juri.. temennya Nia yg ketemuan di acara IKEA *salim*
Hai Mbak Sandra, ingat kok. 🙂 *sungkem*
Mas, ini aku pun merasakan dan pernah juga di share sama orang di kantor yang notabene ga jauh dari digital media. unsur subjektifitas dalam penjurian suatu lomba blog itu emang tinggi banget 🙂 🙂
ini tipsnya kepake banegt biar menang lomba hehehhe
Iya memang akan ada unsur subjektifitas ya. 🙂
Mencerahkan tulisannya, jadi ada sudut pandang lain dan pelajaran kalo mau ikutan lomba, hehehe.
Kenapa kesempatan untuk menang, peserta harus menyesuaikan tulisannya dengan selera juri itu sendiri? Bukankah setiap orang punya seleranya masing-masing Bang. Bagaimana kalau selera juri tak sesuai dengan selera si peserta, apakah kesempatan menangnya nol? Bukankah juri itu harus netral tidak hanya memihak yang satu selera dengannya? Mohon pencerahannya lebih dalam bang. Saya masih kurang paham.
Terima Kasih. 🙂
Salam kenak
saya tidak bilang harus ya mbak, hehe. saya juga tidak bilang kalau tidak sesuai juri maka kesempatan menangnya nol. saya juga tidak bilang juri memihak yang satu selera.
saya hanya ingin menjelaskan bahwa, kecenderungan juri jika membaca tulisan yang sesuai seleranya pasti akan tertarik dengan tulisan tersebut, apalagi setelah juri tersebut membaca ratusan naskah dari peserta. demikian.
Terima kasih atas sharingnya ya, Mas :)!
Dapat ilmu cara memenangkan lomba, 🙂
Tulisan yang jujur tidak jiplak, tidak editan menjelang deadline dan isi sesuai tema wajar menang lomba.
Siap Mas. 🙂
saya benar-benar gak tau kalau mengubah isi tulisan setelah publish itu termasuk kecurangan.. hiks. saya pernah mengedit beberapa kata yang salah eja ataupun memperbaiki tata cara penulisan. hiks. maafkan kak. saya gak tau.. 🙁
yuk belajar lebih baik lagi. 🙂
Setuju bahwa selera juri memang menentukan. Saya pernah baca juri lomba yang menulis bahwa dia lebih konsentrasi ke mutu tulisan dan pengalaman riil ketimbang infografis dan dukungan multimedia lain. Tulisan jd prioritas. Ini selera beliau. Dan betul, memang saya juga pernah menang di suatu lomba, menyisihkan para jawara infografis. Mungkin jurinya lagi suka yang apa adanya hehehe. Makasih sudah buka dapur Mas.
Yes! cant agree more..
Edit sebelum disubmit masih bisa diterima lah ya, yang gak fair kan kalau sudah disubmit. Nah, kalau edit nya hanya untuk koreksi tulisan yang typo apa juga gak diperbolehkan?
By the way, thanks for sharing! 🙂
iya bisa. 🙂
membaca selera juri….ah, ini yang daku kesulitan hehehe…pantesan selalu kalah
semangat Mbak!
Penulisannya keren min ringan dan kalau dibaca cepet paham
Thanks bro.
trus kalau kita tidak tau jurinya siapa gmn min?
Tulis saja Kak.
Aku udah lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaa banget nggakikut lomba.
Dan belum ada rencana untuk ikut.
Soalnya sekarang peserta lombanya keren-keren, euy…Kalau bikin postingannya nggak ‘beneran’ dipastikan nggak akan menang. 🙂
Iya betul Kak Yessi. Kudu outstanding
Sangat informatif dan menginspirasi .. terima kasih buat pencerahannya mas..
terima kasih kembali/
Hmmm baru rencana mau ikutan lomba blog…
?
Makasih oom sudah curhat.
semangat!
Saya sering ngikut lomba blog, tapi gak pernah menang. Gaya penulisan saya mungkin tidak disukai juri
Jangan berputus asa Mbak!
Sekarang saya paham, bahwa tulisan yang di edit itu di anggap melanggar peratutan
Yes demikian
Karena ada yg ngeshare lagi, mau komen lagi ah. Sepakat! Saya sedang berusaha sejujur-jujurnya ketika ikut lomba dan gak mepet de el utk postingnya. Saya masih melakukan edit untuk typo saja tanpa merubah susunan tulisan, soalnya klo ada typo rasa gak enak dibaca. Tapi ada juga sih artikel lomba yg akhirnya gak diubah walo typo karena malas hehe
Duh dikomen idola tuh gimana rasanya.
Saya belum terlalu banyak ikut lomba blog sih, beberapa kali doank, dan diantara beberapa yang saya ikut yang menang itu-itu aja, memang. Tapi kenapa? lha wong pantes, kok. Buaguss banget. Bikin saya mikir, kenapa saya ga bisa bikin kaya gitu.
Walhasil, setiap ikut lomba blog saya malah bukan penasaran kenapa saya ga menang, tapi saya penasaran akan sekeren apa yang nanti menang. Biar saya belajar lagi. Ehehe, terima kasih share-nya, Mas.
Semangat Mas1
Saya percaya bahwa juri memiliki penilaian tersendiri, namun kecurangan tetap tidak bisa diampuni. Terima kasih telah berbagi 🙂
Betul Mas. ?
Wah, harus sering komen diblog ini ni, siapa tau jadi subjektifitas tersendiri saat ada lomba
Siap! 😀
Selera juri…. beberapa kali melakukan itu. Kadang berhasil kadang ngga. Tapi emang pemenang lomba blog biasanya pake musim. Klo si A….. si A terus ampe beberapa bulan dan kemudian bosan dan kemudian dilanjutkan B C D hehehe
Macam musim kemarau ya. 😀
blogger yang mengubah tulisan yang sudah dipublish dihitung curang ya, lalu bagaimana dengan lomba blog yang tiba-tiba diperpanjaang
Yang curang panitianya.
Saya masih sering mas ngeliat para juara lomba blog sering edit artikel setelah pendaftaran lomba blog ditutup pkl. 23:59. Bahkan sy sering screen shoot hasil tulisan para juara yang ikut pas mendekati pukul 23:59. Saya ada buktinya (masih saya save) !!! Anehnya pas pagi hari semua artikel tulisannya jadi berubah total, banyak perbaikan dan tambahan gambar dan sejenisnya. Mereka juga ternyata licik. Mereka yang penting bisa isi form pendaftaran dan URL, dieditnya nanti pas waktu dini hari. Kejam ya. Gak pake hati nurani. Kalo ada keganjalan seperti ini apakah kita bisa kirim bukti kelicikan peserta tersebut secara diam-diam kepada panitia/juri ya mas (soalnya nama juri disebutkan)??? mohon pencerahannya.