Saya bukan orang yang pilih-pilih soal menikmati senja. Senja adalah perkara biasa saja, jika indahnya senja banyak dipuja-puja, bagi saya itu bonus semata. Senja indah atau tidak itu tergantung rasa, bisa di mana saja.

Di Plaza de Armas, saya menikmati senja yang berbeda. Orang-orang berkerumun dengan ceria menikmati waktu pulang kerja. Mulai jam enam belas, orang-orang menuju Plasa de Armas dengan perasaan lepas, ingin menikmati waktu bebas.

Di Peru, Plaza de Armas adalah pusat sebuah kota. Selalu ada Plaza de Armas di setiap kota, mulai dari ibukota seperti Lima sampai kota kecil, bahkan di desa pun ada Plaza de Armas. Karakter Plaza de Armas selalu sama, ada empat hal yang menjadi ciri, sebuah lapangan yang luas, balaikota/gedung pemerintahan dan katedral/gereja.

Saya menatap lekat-lekat katedral Lima, di depan katedral saya berdiri dengan perasaan gentar. Arsitektur katedral ini megah sekali, pintu masuk dengan lengkung tinggi bernama Portada del Perdon atau pintu pengampunan, filosofinya adalah Tuhan memberi ampun kepada semua orang yang masuk ke gereja ini.

Ketika saya masuk banyak yang sedang menekur diri dalam doa di depan altar. Suasananya hening. Matahari menyorot masuk melalui pintu utama, menambah magis suasana. Beberapa ornamen di Katedral Lima sepertinya ornamen moorish, peninggalan era islam Granada. Tapi itu hanya dugaan saya saja, bisa jadi salah.

Dibangun pada awal-awal penaklukan Peru, Katedral ini sekaligus menjadi lambang hegemoni Katolik Roma di Peru. Mayoritas orang-orang Peru memang beragama Katolik Roma walaupun di banyak daerah agama Katolik berkelindan dengan kearifan lokal. Walaupun demikian, hegemoni Katolik bisa ditemukan di tiap kota dalam bentuk Katedral atau gereja utama yang ada di Plasa de Armas.

Melangkah tak seberapa jauh dari Katedral terdapat istana presiden. Dijaga dengan pagar tinggi dan tiap lima meter ditempatkan penjaga bersenjata lengkap. Wajar namanya istana pasti dijaga ketat dan serba tertutup.

Istana ini menjadi pusat pemerintahan Peru sejak era penaklukkan Spanyol sampai sekarang. Dulu istana ini adalah tempat tinggal dan pusat kekuasaan Pizarro Sang Penakluk, hingga tahun-tahun setelahnya menjadi pusat pemerintahan Peru setelah Peru merdeka. Sekarang Istana ini pun masih menjadi istana tempat tinggal presiden Peru.

Bangunan lain yang penting di Plaza de Armas adalah balaikota Lima. Bangunan dengan fasad warna kuning ini adalah pusat dari pemerintahan Provinsi Lima. Sama tuanya dengan Plaza de Armas, bangunan ini dibangun  sejak abad ke-16.

Tak jauh dari balaikota terdapat pusat niaga. Memang beginilah Plaza de Armas, di mana-mana akan seperti ini. Pusat niaga ini adalah yang paling ramai dari area ini.

Daereh bisnis

Usai berjalan-jalan di area katedral dan area niaga saya berjalan-jalan di taman yang ada di tengah Plaza. Orang-orang yang pulang bekerja dan akan menikmati akhir pekan berkumpul. Sebagian duduk-duduk di taman dan menghabiskan waktu dengan menikmati suasana taman.

Area Plaza de Armas ini memang cantik di segala sudutnya. Bangunan-bangunan tua yang masih utuh menjadi objek foto yang apik, sementara itu lanskap perbukitan yang mengelilingi Lima menjadi latar lainnya yang cantik.

Ada satu lagi tempat yang saya kunjungi di area Plaza de Armas yaitu Gereja Santa Maria Rosario dan Biara Santo Domingo. Tempat ini sebenarnya adalah satu kesatuan hanya namanya saja yang panjang.

Biara ini berada sisi lain Plaza de Armas, di sisi jalan menuju istana. Dipagari tinggi-tinggi dan terkesan gelap, bangunan ini memiliki pesona arsitektural yang tersembunyi.

Bangunan ini terkenal dengan cat luarnya yang berwarna pink dan bagian dalamnya yang masih bertahan sejak abad ke 16. Di bagian dalamnya terdapat taman yang luas dengan air mancur di tengah tamannya. Bentuk ini persis dengan bangunan-bangunan di Spanyol

Kompleks gereja ini berkelindan dengan sejarah awal Spanyol masuk ke Peru. Pendiri gereja ini adalah seorang Ordo Dominikan bernama Vicente de Valverde yang turut serta dalam penaklukkan Peru. Bangunan ini kemudian dibangun sebagai tempat tinggal sekaligus salah satu pusat penyebaran agama Katolik yang paling awal di Peru.

Pada beberapa bagian kembali ada ornamen bergaya Moorish. Adaptasi ornamen muslim dari Granada ini mungkin dibawa oleh Pizarro ketika penaklukan Peru dengan orang-orang Morisco berada di pasukannya. Maka ketika membangun bangunan di Peru, beberapa ornamen Moorish sangat mencolok di kompleks ini. Bahkan lengkung pada tiang yang berada di selasar taman adalah ciri khas arsitektur Moorish.

Selepas berkeliling saya memandang lekat menara pink kompleks ini. Menara pink ini telah berabad-abad menjadi ciri khas kompleks ini. Sebelum keluar saya sempat mampir sebentar ke gereja yang ada di bagian depan kompleks, turut melihat bagaimana ornamen rumit di gereja ini dan akhirnya keluar setelah ada pengumuman tutup dari pengurus gereja.

Menjelang gelap saya segera bergegas meninggalkan Plaza de Armas. Matahari merah tampak indah menyerobot jalanan. Sebelum masuk mobil saya sempat bersua beberapa perempuan Quechua dari Huancayo yang berjualan souvenir. Mereka menggunakan bowler hat, baju wol, rok lebar serta kaos kaki tinggi.

Menikmati senja di Plaza de Armas ternya menyenangkan juga.

Tabik.

 

 

 

 

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

16 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here