Saya langsung sesak nafas ketika tiba di Arequipa. Ini semua karena perbedaan ketinggian, dari Lima yang berkisar 0-100 mdpl saya tiba di Arequipa yang berada di ketinggian 2500 mdpl. Hal ini membuat tubuh harus bereaksi dengan cepat di daerah yang kadar oksigennya tipis. Selain soal ketinggian juga hawa dingin yang menusuk di Arequipa, ketika saya datang untuk berwisata di Arequipa, musim dingin sudah mulai mengetuk pintu.

“Ini makanlah daun koka” kata pemandu saya,

“Bagus untuk mengurangi gejala sakit ketinggian”

Perkenalan dengan daun sakti Suku Inca ini berawal di Arequipa. Daun Koka memang memiliki khasiat untuk mengurangi gejala AMS (Accute Mountain Sickness). Benar, setengah jam setelah saya mengunyah daun koka dada saya mulai ringan, tak sesak napas lagi.

Saya berada di Arequipa untuk aklimatisasi suhu dan ketinggian. Arequipa menjadi tempat yang pas untuk aklimatisasi, sebelum saya menuju Puno atau Cusco yang ketinggiaannya di atas 2000 mdpl.

Arequipa adalah kota tua yang penuh bangunan kolonial Spanyol. Nyaris seluruh kotanya adalah bangunan tua. Hotel tempat saya tinggal misalnya, dulunya adalah bekas gudang milik Spanyol. Setelah Peru merdeka gedung ini beralih kepemilikan yang akhirnya diambil alih oleh Pemerintah dan disewakan kepada yang berniat memanfaatkan, dengan catatan turut melakukan perawatan terhadap bangunan tua tersebut.

Hotel Casa Andina Arequipa
Hotel Casa Andina Arequipa

Jalanan di kota tua Arequipa seluruhnya masih peninggalan era kolonial. Disusun dari batu-batu vulkanik bukan jalan beraspal. Jalan beraspal hanya ada di bagian luar kota tua.

Jika melihat konturnya, Arequipa serupa ceruk dengan baris gunung-gunung tinggi sebagai batasnya. Ada dua gunung terkenal yang tampak dari kota, Chachani dan El Misti. Dua gunung tersebut juga dianggap suci oleh orang-orang Quechua.

Berbeda dengan kota lainnya di daerah Andes yang kental budaya lokal. Arequipa adalah kota yang sungguh Spanyol. Ini tak lepas karena di masa lalu transisi perpindahan Arequipa dari pengaruh lokal ke Spanyol berjalan mulus. Dari kota era Inca Spanyol lalu dibangun menjadi kota modern Dan Spanyol memiliki lahan yang luas ketika membangun Arequipa.

Plaza de Armas Arequipa tidak sebesar di Lima namun seluruhnya dikelilingi bangunan tua. Ada katedral dengan fasad era kolonial, lalu balaikota dan dikelilingi toko dan restoran yang berada di dalam bangunan tua.

Ketika saya tiba di Arequipa, sedang ada perayaan, pesta rakyat. Tentara, TNI, PNS, siswa, mahasiswa sampai para pekerja di berbagai sektor membuat defile dan berparade, disaksikan oleh penduduk Arequipa yang menyemut di Plaza de Armas.

Menariknya Arequipa adalah pemerintahnya melindungi benar bangunan tua. Jadi ada semacam sistem di mana pemerintah akan mengambil alih bangunan tua yang tidak terpakai lalu menyewakannya dalam jangka waktu yang panjang kepada pemodal yang mampu menyewa sekaligus merenovasi dan merawat bangunan tersebut. Begitulah cara pemerintah kota Arequipa merawat bangunan tua. Maka tak heran akan ditemukan berbagai gerai modern di bawah bangunan tua.

Salah satu contohnya adalah Gereja Serikat Jesuit, gereja ini dibangun pada awal berdirinya Arequipa. Termasuk salah satu bangunan paling awal di kota ini. Selain gereja, tempat ini juga menjadi asrama bagi para anggota Serikat Jesuit yang menyebarkan agama Katolik di Arequipa.

Sekarang sebagian dari bangunan ini dimiliki dan dikelola oleh Bank Negara Peru. Bangunan selain bangunan gereja dikomersilkan untuk menjadi bangunan toko ataupun kantor.

Eksotis sekali.

Mengenal Arequipa berarti harus mengenal sejarahnya. Arequipa sebelum menjadi kota di era Spanyol adalah kota bangsa Inca. Bukti-bukti peninggalan bangsa Inca ada di Museo Santuarios Andinos yang letaknya tak jauh dari Plaza de Armas.

Museum ini kecil dan didominasi warna merah marun, bahkan dari pintu masuk tak tampak seperti sebuah museum, lebih mirip bangunan sekolah. Ketika masuk barang bawaan saya harus dititipkan, tidak boleh membawa apapun ke dalam museum.

Koleksi museum ini adalah koleksi yang paling berharga di seluruh Peru, Mummy Juanita. Ini adalah mumi seorang gadis muda yang mengungkap bagaimana kehidupan orang Inca di masa kejayaannya.

Mumi ini ditemukan di puncak Gunung Ampato, di masa lalu gadis ini adalah bagian dari ritual pengorbanan diri Suku Inca. Berada di puncak gunung dan terawetkan secara alami oleh dinginnya es yang melingkupi puncak Gunung Ampato, mumi ini ditemukan oleh Johan Reinhard.

Dari mumi tersebut, para peneliti menemukan bagaimana pakaian orang Inca di zaman dulu, bagaimana kehidupannya, cara meninggalnya. Bahkan dari penelitian mumi juga ditemukan asal-usul Suku Inca berdasar analisis DNA yang ternyata berkaitan dengan DNA orang-orang yang ada di Pasifik dan juga Asia Timur.

Selain mumi, tersimpan juga artefak yang ditemukan di sekitar Arequipa. Banyak sekali jenisnya, mulai dari kain sampai porselen. Hal ini menunjukkan bahwa dulunya Arequipa adalah daerah pemukiman suku Inca.

Terletak di ketinggian membuat Arequipa cocok untuk bercocok tanam. Selain itu dikelilingi gunung berapi membuat tanah di Arequipa subur dan makmur.

Di sekeliling kota memang banyak sekali lahan pertanian. Di Peru sendiri, Arequipa adalah lumbung penghasil kentang dan jagung. Bahkan hasil pertanian di Arequipa ini juga diekspor ke negara lain.

Saya mengelilingi perbukitan di Arequipa yang hijau, ternyata sekarang sedang musim tanam jagung. Para petani turun ke ladang dan sibuk menanam jagung. Di beberapa bagian kota, terasering dari era Inca masih dipertahankan. Berbeda dengan terasering di Indonesia yang pendek dan berbatas tanah, terasering peninggalan Inca tinggi sekali, mungkin sekitar dua meter dan terbuat dari tumpukan batu.

Soal alamnya yang hijau dan hawanya yang dingin memang membuat Arequipa cocok sekali menjadi tempat wisata. Tak heran banyak turis yang berwisata di Arequipa dan kota ini menjadi kota wisata ketiga terbesar di Peru setelah Lima dan Cusco.

Alam dan sejarah adalah hal yang menjadi daya tarik di Arequipa. Sejarah juga menjadi kisah yang menarik di Arequipa. Jika ke Peru jangan lupa untuk mampir di Arequipa.

Tabik.

 

 

 

 

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

12 KOMENTAR

  1. bg gunung Chachani dan El Misti itu boleh di daki atau endak ya? soalnya yang saya baca di artikel abg gunung itu di anggap suci oleh orang-orang Quechua

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here