Karya anak SMK dari Aceh dengan Biodieselnya

Beberapa tahun lalu ketika hiruk-pikuk mobil Esemka yang berujung pada hoax dan meme tak berkesudahan, saya justru salut dengan anak-anak SMK yang merakit mobil itu. Di usia 17-18 tahun katakanlah, mereka mampu merakit mobil yang instalasinya susah. Kalau dibandingkan dengan saya, usia 17-18 tahun mentok cuma berani lirik gebetan dan berujung kirim surat cinta ya anak-anak SMK itu jagoannya.

Ada idiom memang kalau lulus SMK lulus dan cepat kerjanya. Idiom itu masih berlaku di desa saya, sekeliling saya banyak yang sekolah di SMK apalagi jika tingkat ekonominya terbatas. Lulus, biasanya lalu merantau dan kerja di pabrik manufaktur di Cikarang. Ada juga yang jadi pelaut, tetangga samping rumah saya di Magelang lulusan sebuah SMK perikanan bekerja jadi pelaut di kapal penangkap ikan di Jepang, gajinya tiga kali lipat gaji saya di kantor.

Namun jaman yang bergerak cepat membuat permasalahan baru yaitu tuntutan kebutuhan tenaga kerja dengan spesifikasi lebih tinggi, anak-anak SMK pelan-pelan susah mendapatkan pekerjaan. Fakta ini terangkum dari data di BPS yang hingga Agustus 2016 anak SMK yang menganggur mencapai lebih dari 7000 orang di berbagai sektor industri.

Bayangkan, pemerintah melalui SMK sudah merancang tenaga-tenaga kerja muda yang siap kerja namun tidak mampu diserap oleh industri. Pemerintah tentu tidak tinggal diam, melalui Kementerian Perindustrian pemerintah merancang merancang sejumlah kegiatan untuk menyiapkan tenaga kerja industri tersertifikasi sebanyak 1.040.552 orang di tahun 2017-2019. Rencananya tenaga kerja ini berasal dari lulusan SMK yang langsung bisa terjun ke dunia industri.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meninjau karya anak SMK

Rancangan program ini cukup panjang. Jika dilihat dari roadmapnya rencana jangka pendek ini meliputi pembinaan dan pengembangan SMK yang link and match dengan industri, juga dilaksanakan Diklat 3in1 (pelatihan-sertifikasi-penempatan kerja), pemagangan industri, serta sertifikasi kompetensi.

Saya lalu berkunjung ke Cikarang untuk melihat seperti apa sih program yang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian ini. Rupanya ada peluncuran Program Pendidikan Vokasi Industri untuk wilayah Jawa Barat di PT Astra Otoparts Tbk. Dalam hal ini Kemenperin bekerja sama dengan pelaku industri untuk memberdayakan para lulusan SMK.

Kenapa pemerintah tak bisa sendiri? Karena tentunya untuk menyalurkan tenaga kerja pastilah perlu kerjasama dan peran serta industri. Jika tidak maka apa yang dilakukan oleh pemerintah akan sia-sia dan penyaluran tenaga kerja dari SMK tidak bisa maksimal.

Program ini didukung langsung oleh Presiden Jokowi. Dalam pembukaan program ini Presiden berpesan bahwa kebutuhan tenaga kerja dari SMK akan sangat krusial karena saat ini Indonesia sedang gencar-gencarnya membangun infrastruktur yang membutuhkan banyak tenaga kerja. Para lulusan SMK tentulah calon tenaga kerja potensial dengan ilmu dan skill yang siap kerja.

Di acara ini saya juga melihat bagaimana anak-anak SMK memang memiliki daya untuk berbuat sesuatu. Ada booth-booth SMK dari berbagai daerah Indonesia yang didukung oleh industri.

Dari Aceh misalnya ada SMK yang mampu mengembangkan produk biodiesel. Ada yang mampu merakit mobil untuk medan sulit. Beberapa SMK juga mampu merakit komponen-komponen sulit.

Dengan segala macam yang mampu dibuat oleh anak-anak SMK, saya memang benar-benar mengakui bahwa anak SMK sudah dirancang siap kerja. Potensinya ada dan negara mencoba memfasilitasinya.

Dari segi kurikulum misalnya, Kemenperin dan Kemendiknas bekerja sama membuat kurikulum yang mengakomodasi siswa SMK. Jadi ketika lulus tidak kaget dengan dunia kerja. Misalnya untuk SMK jurusan otomotif, kelas 1 sudah dikenalkan alat dan komponen, kelas 3 bongkar pasang alat dan komponen, kelas 3 sudah bisa menganalisa kerusakan dan mereparasi. Dengan demikian ketika lulus kan apa yang didapatkan di bangku sekolah bisa langsung diaplikasikan dan tinggal butuh sedikit adaptasi.

Saya melihat apa yang dilakukan pemerintah sebuah hal yang positif sekali. Harapannya kelak target satu juta SDM industri yang tersertifikasi kompetensi sampai tahun 2019 bisa tercapai.

Jika pemerintah sudah merancang sesuatu untuk membuat anak SMK berdaya, kenapa kita tidak mendukungnya?

Tabik.

 

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

12 KOMENTAR

  1. Reportasenya menarik mas. Kadang, di beberapa kalangan memang SMK masih sering dipandang sebelah mata. Tapi, jika memang bisa dapat keterampilan praktis lebih cepat, mengapa tidak untuk masuk SMK? 🙂

    Salam

  2. karena ada rasa gengsi untuk masuk smk …itu pernah saya rasakan, nem sy (waktu itu tahun 90 an masih jaman pake nem) bisa masuk sma fav,. di bandung namun karena alasan ekonomi saya pilih smk (biar cepat kerja) jujur saja ada rasa malu krn smk kesannya yang nemnya kecil (kurang pinter hahaha) sy pilik smk analis kimia , setahun kerja sambil bimbel akhirnya bisa kuliah di PTN di Bandung, bangga rasanya dari smk bisa masuk PTN, jadi kata siapa dari smk ga bisa masuk PTN bergengsi … mungkin mindset klo smk hanya untuk kalangan menengah bawah (biar cepat kerja) yang harus dihilangkan agar anak2 semangat juga masuk smk.

  3. Kalau sekarang saya lihat anak sekolah yang berani memilih SMK untuk pendidikannya (pilihan sendiri), menurut saya keren banget. Diusia muda sudah mampu menentukan jalan untuk meraih cita-citanya. Semoga dengan adanya program ini, anak-anak SMK tidak kalah saing dengan yang lain

  4. hampir sama kayaknya ya, sama ipa dan ips. dulu pas sma kadang malu kalo masuk ips, karna kesannya ipa tuh buat yg pinter2, sisanya masuk ips. jadi yg suka ekonomi, sejarah, atau geografi, tetap masuk ipa biar gak dikira tdk pintar.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here