Langit di perbatasan NTT – Timor Leste

Pernah datang ke perbatasan negara? Pernah tahu bagaimana kondisinya? Di 2014 saya pernah ke perbatasan NTT dan Timor Leste. Kondisinya ya sepi sekali, saat itu infrastruktur di perbatasan cukup memprihatinkan, kondisi 2014 bisa dibilang perbatasan Indonesia kalah dengan perbatasan Timor Leste.

Tiga tahun beranjak, perbatasan sudah bersolek. Pemerintahan Jokowi ternyata menaruh banyak perhatian di perbatasan. Berbagai infrastruktur dibangun, poinnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengembangkan taraf hidup masyarakat perbatasan.

Tapi ternyata tak hanya infrastruktur fisik dan ekonomi saja yang dibangun. Melalui Kemenkominfo, Pemerintah juga mengembangkan infrastruktur komunikasi. Tujuannya untuk mengkoneksikan daerah terluar Indonesia dengan jaringan internet cepat untuk menghapuskan kesenjangan informasi di penjuru Indonesia.

Begini lho, di perbatasan itu memang hambatannya informasi, sinyal susah, bahkan ketika saya di perbatasan NTT Timor Leste justru yang lebih kencang dan masuk adalah sinyal provider Timor Leste, padahal saya sedang berada di sisi Indonesia. Ada apakah ini?

Senja di Timor

Sarana komunikasi memang juga salah satu masalah di perbatasan. Bagusnya adalah, infrastruktur komunikasi tak luput dari perhatian. Maka Kemenkominfo melalui BAKTI / Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika serta Telkomsel membangun 17 Base Transceiver Station di wilayah terpencil, terluar, tertinggal dan perbatasan.

Pembangunan ini bisa jadi solusi. Kesenjangan informasi di daerah terluar memang nyata adanya, dengan pembangunan ini arus informasi bisa semakin lancar dan masyarakat bisa mendapatkan informasi terbaru dengan cepat.

Memang kalau menengok perbatasan, mungkin hanya akan ada kisah sedih melulu. Terobosan ini membuka mata bahwa pemerintah melakukan sesuatu dan merupakan upaya pemerintah untuk memperkuat Indonesia dari daerah terluar, dari perbatasan.

Jadi begini, kita mulai dari hal yang sederhana saja. Kalau jaringan telepon nebeng negara tetangga apa negara sendiri ga mampu? Masalah ini banyak terjadi dan terakumulasi selama bertahun-tahun.

Lalu ada inisiatif Pemerintah bekerjasama dengan Telkomsel ingin masalah ini teratasi, setidaknya berdikari di jaringan komunikasi milik negeri sendiri. Masyarakat bisa menikmati jaringan yang sama dinikmati masyarakat lain yang tinggal di kota besar, dengan jaringan yang sama, kualitas yang sama. Pemerintah menjamin pemerataan informasi, dalam skup kecil, pemerintah memastikan semua Indonesia mendapatkan kualitas jaringan yang sama.

17 BTS ini memang diletakkan di batas negara dalam arti sebenarnya. Peluncurannya sendiri mengambil tempat di Alor. Dari Alor ini BTS 4G Generik dari Telkomsel disahkan, dengan demikian hingga penghujung negeri pun masyarakat bisa menikmati sinyal yang kencang.

Sementara ke-17 tempat itu adalah Wijim dan Yensawai di Raja Ampat, Arbais dan Amsira di Sarmi, Ayawasi, Kambufatem , Sauf, Arusdan Jitmau, Fategomi, Maybrat, Sobey di Telum Wondama, Kantuk Asam di Kapuas Hulu, Desa Tangguh di Bengkayang, Marore di Sangihe, Mungguk Gelombang dan Nanga Kelapang di Sintang dan di tempat peluncurannya sendiri Langkuru Utara di Alor.

Tak ada lagi cerita keterlambatan informasi. Saudara-saudara kita di perbatasan bisa menikmati layanan internet dengan kencang. Untuk hal yang positif itu berarti juga menjadi pengungkit masyarakat untuk menjadi lebih berdaya. Internet kencang berarti murid-murid di perbatasan bisa mencari bahan belajar di internet, guru-guru bisa mencari ide-ide di internet, para petani dan usahawan di perbatasan bisa belajar dari hal-hal dari luar melalui internet dan yang jelas adalah saudara di perbatasan bisa mengenalkan daerah mereka melalui internet.

Tentunya gerakan positif ini harus kita dukung. Pemerintah telah mendorong seluruh lapisan masyarakat untuk terus berdaya. Pemerintah juga menjamin setiap masyarakat mendapatkan layanan informasi yang layak. Ini seperti nilai-nilai yang dipegang pemerintah bahwa pembangunan dimulai dari pinggir.

Dari batas negara, bangsa Indonesia berdaya.

Tabik.

Ikuti kuis Instagarm dengan bercerita tentang pendapat kenapa Indonesia perlu mengenalkan dan memperkuat daerah terluar. Tag IG @DariPenjuru.ID, doorprize mnarik akan menanti.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

10 KOMENTAR

  1. Semoga dengan munculnya jaringan telepon dan internet bisa dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Sehingga mereka bisa mendapatkan informasi atau belajar tentang hal baru yang bisa di temukan di internet

  2. Semoga program ini berjalan dengan baik, nggak cuman di wilayah perbatasan NTT-Timor Leste, tapi daerah perbatasan lainnya juga. Karena semua rakyat Indonesia berhak mendapatkan fasilitas yang sama

  3. Saya optimis. Negeri ini sedang bergerak maju, berubah ke arah positif 🙂
    Ngomong-ngomong, perihal tersedianya akses internet di daerah penasaran, saya jadi penasaran dengan tarifnya mas. Apakah tarifnya lebih mahal daripada di Jawa, lebih murah, atau bahkan pemerintah memberikan akses internet gratis kepada warga di perbatasan sana? 😀

    Salam

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here